UNDIP itu Universitas Pekerja, Ayo Kita Bangun Jiwa Entrepreneur Melalui UBC

Ayo Berbagi!
Y Joko Setiyanto bersama Pengurus Alumni UNDIP DPD DKI Jakarta, "Guyub Gayeng nGrejekeni"
Y Joko Setiyanto bersama Pengurus Alumni UNDIP DPD DKI Jakarta, “Guyub Gayeng nGrejekeni”

SwaraSENAYAN.com. UNDIP sangat minim dalam mendidik dan mengajarkan entrepreneurship kepada mahasiswanya, sehingga hanya menghasilkan lulusan jiwa-jiwa pekerja, dimana setelah lulus kuliah para mahasiswa hanya berbondong-bondong menulis curriculum vitae, lalu mencari lowongan kerja di kantor-kantor.

Sebuah autokritik yang berani, tegas dan lugas kepada almamater yang telah mencerdaskannya. Hal inilah yang sekarang tengah didobrak oleh Mas (sapaan khas alumni Undip) Y Joko Setiyanto selaku Ketua Ikatan Alumni UNDIP DPD DKI Jakarta kepada SwaraSENAYAN (13/4/2016).

Atas keprihatinan tersebut, dia menawarkan sebuah konsep socialpreneurship berbasiskan keluarga alumni melalui UNDIP Business Community (UBC). Pendirian UBC ini terdorong oleh keprihatinan Mas Joko atas minimnya jiwa entrepreneur yang dimiliki oleh alumni UNDIP.

“Dari jumlah alumni UNDIP hanya sekitar 5 persen saja yang punya jiwa entrepreneur sejati. Saya ingin menanamkan jiwa entrepreneur kepada mahasiswa yang masih duduk di bangku kuliah,” ujar Joko yang sudah menjadi dosen tamu untuk mata kuliah khusus kewirausahaan.

Apalagi sekarang ini era globalisasi, menurut alumni Teknik Sipil ini, bahwa era trend internasional saat ini adalah entrepreneurship. Ditengah globalisasi ini, kelemahan orang Indonesia itu tidak memiliki jiwa penakluk. Sehingga untuk menaklukkan Indonesia sendiri tidak bisa, sehingga Indonesia justru ditaklukkan oleh bangsa asing.

Untuk itu, jiwa entrepreneur adalah penakluk. Keluar zona nyaman dan berfikir out of the box. Dengan semangat ini, maka akan mereduksi pengaruh budaya negatif yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Joko mengutip pepatah populer “mangan ora mangan asal kumpul”, “hujan batu di negeri sendiri lebih baik daripada hujan emas di negeri orang”, “Nenek moyangku orang pelaut”, mengakibatkan jiwa entrepreneur bangsa ini tumpul, melemahkan semangat untuk mendobrak dalam melakukan misi penaklukkan.

“Industri kreatif sebenarnya didukung sepenuhnya oleh pemerintahan Jokowi, namun ternyata belum bisa berkembang maksimal. Kita harus meniru Bill Gates, dari tiada menjadi besar. Sebenarnya situasi politik sekaramg mendorong wiraswasta untuk tumbuh berkembang,” terangnya dengan penuh optimis.

Mas Joko membentuk UBC sekaligus sebagai Pembina UBC dengan slogan “Guyub Gayeng nGrejekeni” untuk mencetak entrepreneurentrepreneur baru dari alumni UNDIP. Jika mau besar maka harus konsisten. Jika mau berorganisasi dan berkarya ya harus turun berkeringat hingga gembrobyos. Bertanggung jawab, lebih memperhatikan proses (hasil belakangan), sehingga akan menghasilkan social responsibility dan demokrasi yang tinggi, jiwa-jiwa yang merdeka.

Untuk mewadahinya, Mas Joko menyelenggarakan UBC EXPO yang menjadi agenda tahunan sebagai ajang promosi. Masing-masing anggota alumni di challenge menampilkan produk-produk inovatifnya, jika belum punya produk, ini juga kesempatan untuk memotivasi dan mempersiapkan bisnis baru bagi yang belum memiliki bisnis sendiri.

Sehingga yang maju semakin maju tiap tahunnya serta mencetak entrepreneur baru yang lebih bermutu. Masing-masing harus pandai membaca peluang dan mampu fight menaklukkan persaingan melalui kerjasama yang saling menguntungkan.

“Penguasaan terhadap market akan menaikkan level bisnis dan peningkatan profit. Untuk itu, marilah kita sama-sama membangun komunitas bisnis yang bisa tumbuh bersama dengan memperhatikan mutu, ketepatan waktu, harga yang bersaing dan kejujuran,” pungkasnya. ■dam

Ayo Berbagi!