SwaraSenayan.com. Rumah Aspirasi Rakyat (RAR) yang terletak di bilangan Jalan Cut Nyak Dien Jakarta Pusat adalah sebuah perhimpunan beragam tokoh masyarakat DKI Jakarta yang menginisiasi pergerakan untuk menampung aspirasi masyarakat yang ingin Jakarta kedepan dipimpin oleh sosok yang Pancasilais, Jujur, Bersih, Tegas, Cerdas dan Beradab, sebagaimana kriteria yang menjadi harapan dan tagline perjuangan RAR dalam mencerdaskan pemilih memilih pemimpin.
Kali ini, RAR didatangi Forum Ulama dan Habaib dan Komunitas Peduli Anak Negeri untuk sama-sama menyampaikan aspirasinya dalam memilih Gubernur pada Pilkada DKI Jakarta mendatang.
Perjuangan kemerdekaan bangsa ini hasil jerih payah dan perjuangan ulama dan kyai. Tidak hanya perjuangan fisik mengusir penjajah bangsa Indonesia, tapi pejuang-pejuang bangsa juga melakukan ijtihad dan istikharah dalam merumuskan dasar konstitusi negara yang tertuang dalam UUD 1945.
Demikian Habib Abdullah Al Hadad dari Forum Ulama dan Habaib dalam orasinya ketika menyampaikan aspirasinya di Rumah Aspirasi Rakyat (9/9/2016).
“UUD 1945 itu hasil istikharah ulama dan kyai, baik dan tidaknya sudah diperhitungkan buat kemaslahatan bangsa. Dengan dirubahnya UUD 1945 maka disitulah pintu masuk kerusakan sistematis yang mengancam keselamatan bangsa,” tegas Habib Abdullah.
Menurutnya, perubahan UUD 1945 yang Asli menjadi UUD 2002 adalah celah yang digunakan pihak-pihak lain secara sistematis yang merusak bangsa dan negara warisan pejuang bangsa. Akibatnya, penyelenggaraan kekuasaan negara dikendalikan pemodal dalam sistem demokrasi liberal kapitalistik. Situasi ini menggiring sikap rakyat menjadi pragmatis ditengah kehidupan rakyat itu sendiri yang semakin susah, semakin terpinggir, tergusur dan dimiskinkan. Rakyat tak ada harganya lagi.
“Ahok adalah kaki tangan pemodal Cina untuk mengeruk kekayaan bangsa Indonesia. Faktanya jelas, rakyat digusur dari tanah leluhurnya sendiri. Sebelum negara ini berdiri, warga yang digusur itu sudah menempati tanah Kampung Pulo, kok dibilang menyerobot tanah negara,” tegas habib.
Yang lebih menyakitkan, lanjut Habib, yang menempati tanah-tanah gusuran tersebut dibangun apartemen, dimana ujungnya bangsa Cina yang menempati hunian tersebut. “Jika kita tidak punya rasa kebangsaan terhadap fenomena penguasa negara yang meminggirkan pribuminya, maka rusaklah bangsa ini. Karena kecintaan terhada negeti ini sebagai bagian dari iman,” ujarnya dengan semangat berapi-api.
“Dulu Pejuang mengorbankan jiwa raganya demi anak cucu, bangsa dan negara. Kok sekarang kita bercerai berai diadu domba oleh antek-antek kapitalis imperealis sebagai kaki tangan kepentingan asing dan aseng. Rakyat jangan mudah dibohongin dengan politik uang. Kita harus merdekakan Jakarta dari arena peperangan pemodal, rebut Jakarta dari Ahok. Jangan pilih Ahok, kalau perlu turunkan Ahok,” anjurnya kepada hadirin yang khidmat menyimak.
Habib Abdullah menilai bahwa Ahok jelas sudah melanggar hukum, dalam kasus sumber waras sudah jelas melanggar tapi dilindungi kekuasaan. KPK dianggap melindungi Ahok. KPK dinilai tak punya hati dan nyali. “KPK harus dikembalikan seperti zaman Pak Taufikurrahman Ruki. KPK sekarang bau busuk. Harus ada people power untuk menurunkan rejim Ahok. Smoga Allah memudahkan urusan rakyat. Insya Allah, Allah membantu perjuangan kita,” tutup Habib. ■ss