
SwaraSenayan.com. Jelang Pilkada DKI Jakarta, beragam aksi dan aspirasi warga DKI semakin dinamis dan beragam. Kali ini Rumah Aspirasi Rakyat (RAR) yang terletak di bilangan Jalan Cut Nyak Dien Jakarta Pusat menginisiasi pergerakan untuk menampung aspirasi masyarakat yang ingin Jakarta kedepan dipimpin oleh sosok yang Pancasilais, Jujur, Bersih, Tegas, Cerdas dan Beradab, sebagaimana kriteria yang menjadi harapan dan tagline perjuangan RAR dalam mencerdaskan pemilih memilih pemimpin.
Kali ini, Jumat (9/9/2016) RAR didatangi Forum Ulama dan Habaib dan Komunitas Peduli Anak Negeri untuk sama-sama menyampaikan aspirasinya dalam memilih Gubernur pada Pilkada DKI Jakarta mendatang.
“Tidak mungkin tokoh-tokoh besar, ada jenderal, birokrat, ulama, habaib dan sederet tokoh-tokoh masyarakat melakukan konsolidasi kekuatan rakyat jika tidak terjadi kerusakan yang begitu massif terhadap bangsa dan negara ini. Reputasi tokoh-tokoh seperti Pak Taufikurrahman Ruki dan Ibu Lily Wahid bagi saya sudah cukup legitimate forum ini,” ujar Rahmad HS Tokoh Pemuda Betawi dalam orasi di Rumah Amanah Rakyat (9/9/2016).
“Saya pernah samperin langsung Ahok ke ruangannya ketika masih menjadi wagub. Saya kritisi Ahok bukan sebagai Cina dan non Muslim, tapi karena etika sebagai pemimpin yang tak layak berbicara kasar di ruang publik. Saya melawan dimulai dari diri sendiri,” tegas Rahmad yang kental dengan logat betawinya.
“Kedepan, kita harus bergerak, turun langsung ke simpul-simpul massa. Kekuatan melawan Ahok harus massif,” seru Rahmad.
Rahmad juga menyampaikan kekesalannya kepada Ahok, menurutnya baru Ahok gubernur yang berani mengatakan bahwa Bamus Betawi itu rasis. “Harus di test tuh kejiwaan Ahok,” ujarnya.
Jika mau menyelamatkan bangsa dan negara ini, lanjut Rahmad, jangan sampai Ahok jadi gubernur, berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan negara. Keutuhan bangsa ini terancam jika terus-terusan disulut ulah Ahok yang makin ugal-ugalan dalam berbicara dan bersikap.
Rahmad yang sebelumnya sebagai Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) DPD Partai Hanura Prov. DKI Jakarta mengaku kecewa ketika partainya mengusung Ahok.
“Saya pilih keluar dari Hanura, daripada masuk neraka. Saya di Hanura itu Ketua OKK, dimana saya melakukan penataan organisasi dan kaderisasi partai, tapi Pak Wiranto mem-bypass proses mendukung Ahok yang mengabaikan aspirasi kader dibawah,” tukas Rahmad.
Rahmad dalam orasinya menegaskan, bahwa dirinya tetap berikhtiar untuk mendiskualifikasikan Ahok sebagai calon gubernur. Menurutnya, jika Hanura menarik dukungan, besar kemungkinan Ahok akan terganjal maju.
“Saya sudah SMS Pak Wiranto agar Hanura mencabut dukungan terhadap Ahok. Saya yakin Pak Wiranto masih memegang teguh sumpah prajurit. Semoga beliau masih memiliki hati nurani dalam berpolitik,” tegasnya.
Rahmad meyakini, Ahok tidak akan menang, sekalipin PDIP mendukungnya. Karena gelombang masyarakat yang menolak Ahok sudah massif. Di semua penjuru mata angin DKI Jakarta sudah menolaknya. PDIP harus menghitung jangan sampai ditinggalkan wong cilik sebagai basis kekuatan partainya. Beda dengan Hanura, Nasdem dan Golkar, partai-partai ini hanya mengedepankan pragmatisme. ■ss
Setuju, pilihlah pemimpin yang dapat mengayomi, pemimpin yang mengutamakan aspirasi rakyatnya , pemimpin yang adil dan bijak mengambil keputusan
Dan pemimpin yg toleran…thd anak buah dan pns yg mau korupsi kolusi dan nepotisme