SwaraSENAYAN.com. Awal mula bisnis batik dimulai sejak kuliah di Universitas Diponegoro (UNDIP) dengan memanfaatkan waktu luang disela-sela jam kuliah, untuk bayar uang kuliah. Ketajaman memilih dan menekuni bisnis inilah yang telah mengantarkan menjadi produsen batik dengan kualitas tinggi.
Demikian disampaikan Arif Rachman selaku owner Batik BRITIZH kepada SwaraSENAYAN (17/4/2016).
Berbekal ketekunan dan modal kepercayaan (trust), Arif akhirnya dipercaya oleh teman-temannya, tetangga, saudara yang punya bisnis batik untuk menjualkan tanpa modal sepeserpun. Pria asli Pekalongan ini memang menekuni bisnis sejalan dengan icon kota kelahirannya sebagai kota batik. Melalui bisnis batik, Arif sebulan sekali pulang ke Pekalongan untuk setoran, tukar barang, sekaligus nengok orang tua.
“No trust no business,” ini slogan yang dipegang teguh Arif sampai hari ini. Jiwa entrepreneur nya terasah sejak kuliah. Semangat bisnisnya membuncah dan makin terasah ketika dia harus berjuang untuk membiayai kuliah sendiri, walau sebenarnya orang tuanya mampu.
Selepas kuliah, Arif bekerja di perusahaan telekomunikasi. Karena dalam jiwanya sudah tumbuh sebagai entrepreneur Arif merasa tidak nyaman bekerja sebagai karyawan. “Saya merasa passion saya sebagai karyawan tidak pas,” ujarnya.
Setelah mengalami pergolakan pilihan antara tetap bekerja sebagai karyawan atau memilih berusaha sendiri, akhirnya Arif memutuskan resign dan kembali memilih untuk menekuni bisnis batik yang pernah dirintisnya sejak kuliah.
“Awal mulai bisnis batik saya mulai sejak tahun 2010, saya berani memutuskan untuk membuka toko di Thamrin City yang terkenal sebagai icon pusat batik di Jakarta,” katanya penuh dengan optimis.
Keputusan Arif membuka toko tersebut ternyata sangat tepat dan membuahkan hasil, serta makin membuat eksis jadi pemain pedagang batik sampai sekarang. Tidak hanya menjual, Arif juga mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi sendiri berupa batik tulis dan cap di Kota Pekalongan.
Pilihan bisnis Arif Rahman memang banting setir dari jurusan sewaktu kuliah. Arif adalah alumni Teknik Elektro UNDIP 2002. Itulah bisnis, memang tidak terkotakkan oleh bekal disiplin ilmu sewaktu di kampus.
Karena itu, Arif terus mengasah kepekaan sebagai pebisnis dalam membaca dan menyikapi beragam peluang yang ada melalui socialpreneur, termasuk keputusannya untuk menjalin silaturahim dengan UNDIP Business Community (UBC).
“Saya ikut UBC dan UBC EXPO supaya bisa silaturahim dengan alumni UNDIP serta untuk mempromosikan produk-produk saya agar lebih laris dan terkenal,” ucapnya dengan semangat khas pengusaha muda yang penuh optimis membaca peluang.
Apalagi produknya Arif ini benar-benar otentik (asli), yaitu produksi batik tulis dan cap. Arif tidak memproduksi type printing, karena menurutnya untuk proses pembatikan ya hanya tulis dan cap yang masih bisa disebut batik. Disinilah Arif gencar mengedukasi konsumen dan masyarakat Indonesia dimana batik adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang bernilai seni tinggi.
“Saya produksi dan menjual sendiri batik yang otentik dan berkualitas tinggi. Batik BRITIZH juga akan meramaikan UBC EXPO pada 22 Mei 2016 dengan batik-batik andalannya. Guyub, Gayeng, nGrejekeni tenan deh melu UBC Expo,” ucapnya. ■dam