SwaraSenayan.com. Forum diskusi ini bermaksud untuk merapatkan barisan seluruh elemen bangsa perihal persoalan-persoalan yang tengah melilit Indonesia sebagai bangsa yang besar. Kronisnya persoalan bangsa saat ini sebagai dampak dari UUD 2002 hasil amandemen yang sudah jauh dari nilai-nilai Pancasila dan harapan para pendiri bangsa. Tidak ada kata lain, solusinya adalah kembali pada UUD 1945 yang asli.
Demikian ditegaskan DR. (HC). Hj. Rachmawati Soekarnoputri, SH. dalam pengantar diskusi Konsolidasi Tokoh Nasionali “Kembali ke Kiblat Bangsa” di Aula Dr. Ir. Soekarno, Kampus Universitas Bung Karno Jakarta (20/11/2016).
Diskusi ini mengambil topik membedah permasalahan yang muncul pasca amandemen UUD 45 dan menilai ulang posisi dan strategi bangsa dalam persaingan global.
Menurut salah satu pembicara, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno menyatakan bahwa era reformasi tidak membawa pada kemaslahatan rakyat Indonesia. Pancasila sudah di degradasi menjadi pilar-pilar.
“Pancasila harus kembali menjadi falsafah hidup. Indonesia sudah dikepung oleh kapitalis, dan ini yang membuat Indonesia tidak bisa lepas dari genggaman asing, aseng, asong dan dapat berindikasi pada gangguan ancaman yang merongrong NKRI,” tegas mantan Menkopolhukam ini dengan keprihatinannya.
Menurutnya, UUD 2002 telah diamandemen sebanyak 4 kali, ada keinginan untuk amandemen ke-5. Ini yang tidak kita setujui, karena jika kita menyetujui adanya amandemen ke-5 maka kita juga mengakui 4 (empat) amandemen sebelumnya.
“Secara tegas kita menyatakan bahwa harus kembali ke UUD 1945 asli, perubahan-perubahan yang telah dikaji dapat dimasukkan dalam addendum. Saat ini para purnawirawan telah bersatu dan mendirikan sekretariat bersama yang akan melakukan kajian-kajian secara komprehensif dan tindakan nyata untuk kembali ke UUD 1945 Asli. Revolusi yang kita lakukan adalah merubah cara berfikir (mindset) secara cepat,” tegasnya. *MTQ