SwaraSENAYAN.com. Sebagai kader dan alumni HMI seharusnya melekat dan memiliki tiga keunggulan, yaitu unggul keagamaan, akademik intelektual, dan sosial kemasyarakatan. Sistem dan jenjang pengkaderan HMI itu terbaik peringkat 10 di Asia Pasifik, namun follow-up lanjutannya sangat lemah.
“Oleh karena itu, HMI harus perkuat keberlanjutan pengkaderan dan peran serta dalam kehidupan sosial kemasyarakatan guna menggapai tujuan dan cita-cita HMI untuk Islam dan Indonesia,” demikian paparan Abdullah Hehamahua Ketua Umum PB HMI 1978-1981 dalam Stadium General pada Pembukaan Munas IV Badan Pengelola Latihan (BPL) PB HMI (15/3) di Tanjung Pinang Kepulauan Riau.
Dalam paparannya, Abdullah Hehamahua yang juga sebagai mantan Penasehat KPK ini menyatakan dibandingkan organisasi kemahasiswaan lainnya, HMI yang paling konsisten dalam pengkaderan. Masukan dan kritik konstruktif yang dialamatkan ke HMI harus dijawab dengan bukti nyata, bahwa HMI mampu tingkatkan kualitas dan kuantitas pengkaderannya, serta peran nyata dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Senada dengan seniornya, Ketua Umum PB HMI dalam sambutannya menegaskan bahwa sistem pengkaderan HMI harus ada pembaharuan dan perbaikan. “Saya sangat mengharapkan Munas IV BPL PB HMI mampu menghasilkan pembaharuan dan perbaikan pengkaderan HMI kini dan kedepan,” ujar Ketua Umum PB HMI Mulyadi P. Tamsir yang sekaligus membuka secara resmi Munas IV BPL PB HMI.
Dalam Seminar Munas IV BPL PB HMI yang bertemakan “Strategi Pengkaderan HMI Dalam Membentuk Muslim Intelegensia”, Ketua Umum DPP Asosiasi Pedagang Kaki Lima (APKLI) Ali Mahsun menyatakan bahwa HMI merupakan organisasi pengkaderan dan pencetak pemimpin bangsa. Namun demikian, hingga saat ini kader dan alumni HMI sangat lemah diakar rumput, serta kontribusi peran sosial kemasyarakatan. Kenyataan ini jadi salah satu faktor penyebab kenapa mayoritas dari mereka hingga saat ini masih “Indekos” akibat belum memiliki rumah sendiri.
Menurut Ali, semua pihak mengakui dengan anggota yang berjumlah 6 juta lebih alumni HMI yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, HMI memiliki potensi jaringan dan kekuatan sangat besar walau belum tertata, terdata dan terkelola dengan baik, profesional dan efektif.
“Oleh karena itu, HMI harus segera kembali ke khittah nya, tegakkan dan segera selamatkan kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sudahi keterlenaan terhadap godaan pragmatisme kekuasaaan,” tegas Ali Mahsun, M. Biomed kepada SwaraSENAYAN.
Lanjut Ali, HMI harus mampu menjawab perubahan tantangan zaman yang sangat cepat. Kini dan ke depan, sumber ekonomi dan pendapatan rakyat menjadi rahim lahirnya pemimpin bangsa di semua lini kehidupan.
Siapa saja yang mampu menciptakan sumber ekonomi dan pendapatan rakyat, dia atau mereka yang akan dilahirkan sebagai Pemimpin Bangsa. Oleh karena itu, menurut Ali HMI wajib perkuat socio–entrepreneurship dalam pola pengkaderan dan kiprahnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, selaku Alumni HMI, saya minta PB HMI segera melakukan treatment khusus atau ditangani lembaga khusus dari PB HMI hingga HMI Cabang di seluruh Indonesia.
“Saatnya HMI harus turun gunung berada di tengah-tengah rakyat dan bangsa Indonesia. Dan hal tersebut menjadi prasyarat HMI untuk survival sebagai organisasi kader dan pencetak pemimpin bangsa,” pungkas Ali Mahsun Ketua Umum Bakornas LKMI PB HMI 1995-1995. ■ss