Kang Yoto Lilin Kecil untuk Jakarta Bahagia

Ayo Berbagi!

IMG-20160608-WA0464Memahami Kontrak Baru Rakyat Jakarta

Sambutan Kang Yoto di Forum Majelis Pelayan Jakarta, Masjid Al-Azhar, 10 Juni 2016

 

SwaraSenayan.com. Pertama-tama ijinkan saya menyampaikan terimakasih atas undangan dan juga penghargaan kepada saya bersama bapak-bapak yang lain. Meskipun saya yakin ada lebih banyak yang lebih baik daripada saya.  Kehadiran saya di forum ini sebagai bentuk penghargaan saya kepada demokrasi yang telah diperjuangkan lewat gerakan reformasi Indonesia.

Demokrasi telah memberikan peluang kepada rakyat untuk menyatakan aspirasi dan pilihannya secara terbuka tanpa ada rasa takut. Kita semua menyadari latar belakang sejarah, pemahaman terhadap situasi dan harapan setiap orang pasti berbeda dan demokrasi memberi ruang untuk itu tanpa harus saling merendahkan.

Di berbagai daerah, walaupun masih banyak hal yang harus diperbaiki, demokrasi dan otonomi telah membawa gairah dan harapan perbaikan kesejahteraan rakyat. Adalah menjadi tanggung jawab atau amanah rakyat untuk memilih pemimpinnya, mengajukan masalah yang akan dimandatkan kepada para calon pemimpin. Rakyat Jakarta, dari bacaan dan pergaulan terbatas saya, patut bersyukur  atas berkah demokrasi pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang lalu.

Partai politik telah terbukti memberikan jawaban yang tepat atas kegelisahan rakyat. Untuk ini menurut hemat saya sudah sepantasnya rakyat Jakarta berterima kasih kepada demokrasi, partai politik dan Pak Jokowi-Ahok. Ada banyak perbaikan yang telah diperbuat dan dinikmati rakyat. Layanan pendidikan dan kesehatan jauh lebih baik dibanding periode sebelumnya. Begitu juga layanan pendidikan dan kesehatan. Persoalan banjir, sampah dan kemacetan juga telah mendapatkan penanganan lebih baik.

Jika ada yang perlu lebih didengar dan diperhatikan adalah mereka yang hidup terengah-engah mengejar kebutuhan hidup dan rentan jatuh dalam kemiskinan, jumlahnya bisa sampai 3 juta lebih. Orang-orang seperti ini akan sangat rentan emosinya, dan bila tidak diperlakukan dan digauli dengan tepat  dapat dengan mudah memicu perilaku radikal.

Situasi kerentanan sosial ini sangat potensial menohok kekenyalan modal sosial DKI yang telah terbentuk sejak zaman penjajah, kemerdekaan, orde lama, orde baru dan orde reformasi. Dari bacaan saya yang sederhana ini, dan dengan senang hati saya menerima masukan, maka bila berbicara apakah kira-kira kontrak baru yang akan diajukan rakyat DKI lima tahun mendatang, sesuatu yang menurut saya harus disuarakan keras oleh rakyat dan para tokoh masyarakat, agar ditangkap para calon pemimpin!

Kontrak baru itu antara lain:

  1. Jaga yang sudah baik dan tingkatkan, terutama untuk layanan pendidikan, kesehatan dan layanan pemerintah di Kecamatan dan Kelurahan, pengelolaan sampah dan banjir, termasuk juga pertamanan.
  2. Percepat pembangunan infrastruktur untuk kurangi kemacetan.
  3. Kelola kelompok rakyat yang rentan secara sosial dan ekonomi dengan cara tepat, tidak menyakitkan dan manusiwi.
  4. Optimalkan penggunaaan APBD DKI secara maksimal untuk selesaikan masalah utama rakyat DKI.
  5. Buatlah rakyat Jakarta lebih bahagia, aman, nyaman dan model Kota Ramah HAM.

Jika ada yang kurang mohon ditambahkan. Jika bacaan saya ini benar, maka menjadi tugas para calon pemimpin merumuskan jawaban dan meyakinkan kepada warga Jakarta bahwa ia kapabel dan sanggup menggunakan kewenangannya untuk memenuhi harapan tersebut secara lebih baik. Pilkada sarana perlombaan memberikan yang terbaik buat rakyat.

Bapak ibu, hadirin yang saya hormati!

Mungkin banyak yang belum kenal saya, sebelum menjadi Bupati Bojonegoro dua periode, saya adalah Dosen di Malang, Rektor UMG, anggota DPRD Jatim, Pengurus Partai dan aktifis Muhammadiyah. Yang tetakhir ini harus saya sebut, bahkan juga saat saya kampanye di Bojonegoro, dimana mayoritas rakyatnya warga Nahdlotul Ulama (NU). Saya meyakini sangat diperlukan kejujuran dalam politik, termasuk jujur dan terbuka latar belakang masing- masing.

Dengan kejujuran ini akan memudahkan para pihak membaca dan menggauli dengan tepat lebih lebih saat kita dipercaya memimpin jabatan publik. Agar tidak salah arah saat menjadi pelayan publik. Sungguh tidak dapat dipungkiri bahwa kita semua anak-anak negeri mendapatkan pengalaman yang berbeda dalam pendidikan, lingkungan sosial dan Politik, namun saat menjabat jabatan Publik, siapapun kita harus menjadi milik seluruh rakyat dan bekerja untuk rakyat, akan mendahulukan kepentingan publik (sabilillah), dibanding urusan komunal apalagi personal.

Saya yakin walaupun acara ini digagas oleh para tokoh muslim, sama sekali tidak dimaksudkan kelak agar memiliki pemimpin yang hanya menyenangkan sekelompok rakyat. Saya yakin dibalik ini ada semangat: mari buktikan keIslaman dengan mempersembahkan yang terbaik buat rakyat, Bangsa dan Negara. Pilar pilar kebangsaan akan semakin kokoh bila para pemimpin melandasi seluruh kerjanya dengan ketulusan wujudkan rahmatan lil ‘alamin. 

Saya masih ingat saat kampanye di periode pertama, ada pertanyaan jamaah: Kang Yoto kan Muhammadiyah, apakah nanti akan melarang tahlilan? Pertanyaan ini sangat penting, lalu saya jawab: bapak ibu, jangankan Bupati, Presiden pun tidak bisa melarang.

Kang Yoto pernah menjadi Rektor Univeritas Muhammadiyah, ibarat sopir, Kang Yoto saat itu nyopir kendaraan plat hitam. Saat jadi Bupati harus jadi sopir bus umum atau plat kuning, mengurus semua penumpang tanpa membedakan berdasar keyakinan, suku dan warna kulit.

Saya yakin pada saatnya nanti siapapun yang terpililih akan menjadi pemimpin bagi seluruh rakyat Jakarta dan akan berpijak pada UUD dan perundangan lainnya. Dalam istilah bapak ibu, pemimpin akan menjadi pelayan bagi semuanya. Dalam semangat itulah saya menyediakan diri saya menjadi bagian dari proses Pilkada DKI.

Saya yakin dengan menggunakan pendekatan sila keempat, demokrasi kerakyatan yang dipimpin hikmat kebijaksanaan dan musyawarah atau dialog bermakna, apa yang menjadi harapan rakyat DKI lima tahun mendatang dapat diwujudkan, Jakarta Bahagia untuk kita semua.

Terakhir saya yakin kerja politik seperti ini adalah bagian dari ibadah sosial yang harus kita jalani, kalau berhasil maka itu berarti amanah dan ibadah, dan kalaupun tidak sampai mendapatkan amanah juga sudah ibadah. Yang terpenting,, marilah kita rawat dan jaga apa yang sudah baik dan tingkatkan  sesuai dengan kaidah (Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah). Mari jadikan politik dan kekuasaan sebagai alat menebar kebahagiaan.

Trimakasih dan Salam Jakarta Bahagia

Kang Yoto  Lilin Kecil untuk Jakarta Bahagia

Ayo Berbagi!