SwaraSenayan.com. Ditengah memudarnya semangat nasionalisme di kalangan generasi muda bahkan sudah sampai titik nadhir pada darurat nasionalisme, membuat keprihatinan Majelis Kajian Jakarta (MKJ) untuk menggelar kajian bagi aktifis kepemudaan dan mahasiswa.
“Kami berharap, diskusi rumahan yang rutin digelar ini mampu merumuskan agenda kebangsaan untuk menguatkan keyakinan dan memperdalam kajian untuk memperluas cakrawala berfikir bagi aktifis pergerakan,” demikian Erwin H. Al Jakartaty Koordinator MKJ kepada SWARA SENAYAN (26/8/2016).
Lanjut Erwin, untuk itu forum-forum diskusi seperti ini perlu diintensifkan dimana-mana dengan keterlibatan berbagai komunitas kaum muda untuk membangun kepedulian dalam menjaga kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia hingga berujung pada suatu gerakan besar untuk menegakkan kedaulatan rakyat, agar kebijakan negara berpihak kepada kepentingan bangsa Indonesia.
Setelah hampir dua dasawarsa pasca reformasi nasional, perkembangan berkehidupan kebangsaan Indonesia masih belum mampu untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Sistem demokrasi yang telah diterapkan justru malah menimbulkan penguasaan ekonomi nasional bukan ditangan kaum bumi putera, karena yang terjadi justru liberalisasi hampir disemua sektor kehidupan.
“Hal yang memprihatinkan saat ini bahwa rasa kebangsaan telah luntur terutama dikalangan generasi muda, akibat pengaruh demokrasi yang kebablasan dan kepentingan pemodal yang difasilitasi pemerintahan sekarang,” ujar Budi Siswanto, Direktur Eksekutif Forum Cipta Bangsa dalam Diskusi Rumahan yang digelar oleh MKJ di Benhil, Jakarta Pusat (26/3/16).
Kondisi saat ini dirasakan Budi jauh berbeda dengan pengalamannya di masa kecil, dimana saat itu rezim Orde Baru dengan segala kekurangannya masih mampu memelihara dan memobilisasi rasa nasionalisme rakyat, meskipun terkesan dipaksakan tapi setidaknya rasa kebangsaan Indonesia masih ada dan disegani negara tetangga.
“Setelah sekian waktu berlalu, ternyata pola Penataran P-4, pelajaran PSPB dan lain sebagainya di zaman Orba dulu ada benarnya juga, dibandingkan dengan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang dilakukan MPR saat ini. Fungsi MPR sebagai lembaga tertinggi negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat sekarang direduksi keberadaannya yang tak jauh dengan event organizer, ” kata aktifis berkacamata ini.
Dalam diskusi MKJ yang bertajuk “Darurat Nasionalisme; Bagaimana Sikap Pemuda?” hadir pula narasumber lainnya yakni Achmad Suhawi, Ketua Umum DPP Persaudaraan Pemuda Etnis Nusantara (PENA) yang mengajak generasi muda untuk kembali menghadirkan semangat nasionalisme ditengah gempuran bangsa asing yang merangsek masuk ke negeri ini dengan beragam kepentingannya.
“Pemuda Indonesia harus dididik kembali soal nasionalisme agar tidak gampang terjebak yang mengakomodasikan kepentingan asing,” ujar Achmad Suhawi yang akrab di panggil dengan Cak Hawi ini.
Menurutnya, sebagai generasi penerus perjuangan bangsa, jika sudah mendidik dirinya tentang nasionalisme, pemuda harus mendidik pula masyarakat. Karena pengaruh asing dan aseng yang demikian kuat menguasai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini telah menjadikan kebanyakan elite bangsa mudah dibeli kebijakannya oleh uang. Pun demikian kebanyakan rakyat juga mudah dibeli suaranya untuk memilih pemimpin yang keliru dengan imbalan. Hingga akhirnya orang baik dan jujur serta memiliki nasionalisme dikalahkan oleh penguasa yang dimodali para cukong demokrasi.
Forum diskusi rumahan MKJ yang dihadiri oleh aktifis pemuda dan mahasiswa Jakarta dan Surabaya ini berlangsung dinamis dan interaktif. Di akhir diskusi Baik Budi Siswanto maupun Achmad Suhawi sepakat bahwa tanpa disadari telah terjadi Darurat Nasionalisme di bangsa ini, karena pengaruh asing dan aseng tak lagi hanya mendominasi sektor ekonomi yang mencakup hajat hidup orang banyak tetapi telah masuk pula dalam upaya mendominasi sektor politik, dan ini yang paling berbahaya. ■mtq
Saya mhn tanya: apakah penilaian2 kadar ataupun kualitas “nasionalisme” yg di sebut2 td (al. di titik nadir dll) telah diukur dgn benar, dan bagaimana serta apa alat ukurnya? Semoga penilaian tsb tdk salah, shg ketika pemegang kekuasaan merespon atau mengambil kebijakan tertentu jg tidak salah, dan atau sebaliknya.
Mhn maaf sy kl ini tdk mencantumkan identitas, kecuali pertanyaan2 sy td telah dijawab secara jujur dan memadai. Tks. Salam Takdzim.