SwaraSENAYAN.com. Pidato Kyai Muhammad Muchtar Mu’thi, Pendiri dan Dewan Penyantu Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI) yang dijiwai manunggalnya keimanan dan kemanusiaan, dalam HUT PCTAI ke-6 di Sasana Kriya, TMII, Jakarta (21/3).
Kemerdekaan yang kita peroleh, jangan sampai kerdil lagi. Harus menjadi Indonesia Raya. Tanpa bangun dan membangun tidak ada Indonesia Raya ini. Kita harus teliti. Dalam Lagu kebangsaan Indonesia Raya: ada kalimat: Indoneisa tanah airku, ini mencakup tanah dan air semua tercakup. Indonesia kebangsaanku, ini mencakup seluruh bangsa Indonesia dan seluruh kekayaannya, tapi belum sampai pada Indonesia Raya.
Oleh sebab itu, semua kekayaan yang melimpah ini. Semua daratan, lautan tidak ada artinya kalau jiwa bangsa Indonesia ini tidur. Maka selanjutnya: bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya. Jadi tidak mungkin kita menjadi Indonesia Raya kalau hanya tidur ngorok, ngiler. Sudah diambilin habis, masih tidur.
Yang ada semakin meluasnya kapitalis. Jiwa kita harus bangkit, betul-betul harus bangun jangan tidur untuk membangun Indonesia Raya. Untuk apa bangun kalau tidak membangun. Bagun itu saudaranya hidup, tidur itu saudaranya mati. Kalau jiwa kita tidur terus sama dengan mati, tidak ada apa-apanya. Itulah hebatnya lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Munculnya lagu itu, penjajah Belanda seperti kebakaran jenggot, bagai tersambar halilintar disiang bolong. Yang ditakuti penjajah ada kata merdeka, bersatu. Secara singkat dapat dijelaskan tidak mungkin, bisa menjadi Indonesia Raya jika tidak ada 7 komponen: berseru, bersatu, hidup, bangun, membangun, merdeka, cinta.
Kita jangan sampai menjadi orang yang durhaka, maka kita ajak semua komponen untuk ikut organisasi yang bersifat merajut nusantara. Semoga setelah tahun ke-6, Organisasi PCTAI terus meningkat, terus berjuang, jangan tidur. Terus berjuang tidak berhenti. Jangan malu sama puncak monas. Lambang apa? Lambang tingginya, uletnya Cita-cita bangsa Indoneisia yang Mulya.
Perjuangan yang tidak pernah padam. Tugu Monas tingginya 137 meter. Puncaknya berbentuk jilatan api yang dilapisi logam emas 35kg. Emas logam mulia, itu lambangnya cita-cita bangsa Indonesia memang mulya. Jilatan api perlambang semangat yang tidak pernah padam sampai sekarang. Selama 434 tahun bangsa Indonesia dijajah, (sejak Malaka dikuasai Portugis).
Sejak Malaka dikuasai Portugis sampai sekarang cita-cita tidak pernah padam. Yang padam hanya pemberontakannya Jika perjuangannya berhenti, apa tidak malu? Setiap saat kita bisa melihat Monas? (Hanya melihat tapi tidak tahu maknanya).
Monas melambangkan tingginya, uletnya cita-cita bangsa, sebagaimana disebut dalam Mukhaddimah UUD 1945 alenia ke-3. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan atas keinginan luhur…. dst, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kehendak bangsa: berkehidupan, kebangsaan (bukan kesukuan, individu, kelompok) yang bebas (bangsa bebas merdeka, kedaulatan bebas merdeka).
Karena niat yang suci itu kemudian masih dijiwai berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Maka berhasillah proklamasi kemerdekaan – “maka dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaan bangsa (bukan kemerdekaan RI).
Oleh sebab itu penulisan DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI ini adalah salah. Yang benar adalah DIRGAHAYU KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA. Beberapa dasar yang menjelaskan hal ini terdapat dalam teks proklamasi dan Mukhaddimah / Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:
Di teks proklamasi tidak ada kalimat RI, yang ada kemerdekaan bangsa. Demikianpun di alenia 1, 2, 3, 4. Tapi seakan-akan terjadi konsensus di surat kabar, penceramah, pintu-pintu gerbang menjadi kemerdekaan RI (ini keliru), ini kata-kata yang menghina bapak bangsa, (atas nama bangsa Indonesia, Soekarno Hatta), tidak ada atas nama Republik Indonesia.
Bangsa-bangsa Indonesia adalah bangsa yang mikul duwur mendem jero. Sesuatu yang membawa keluhuran bangsa harus dipikul. Sesuatu yang membawa kehinaan bangsa harus dikubur sedalam-dalamnya. Tapi ini, yang dikubur bapak bangsa. Bukan hanya itu, dengan kata-kata KEMERDEKAAN RI, RI itu negara, di dalam negara yang merdeka rakyatnya belum tentu merdeka. Sampai sekarang rakyat belum merdeka. Ini mengubur bangsa Indonesai sendiri.
Tapi jika bangsa Indonesia, sudah merdeka. Di dalam negara yang merdeka, rakyatnya belum merdeka. Ini aneh. Pikirlah yang jernih NKRI pun terkubur. Kapan RI dijajah?. Padahal yang dijajah itu Bangsa Indonesia, bukan NKRI (350 tahun dijajah Belanda, 3,5 tahun dijajah jepang). Ini memperkuat tuduhan RI hadiah dari sekutu, RI itu perjuangan dengan sungguh-sungguh (Alenia ke-2), masih didepan pintu gerbang kemerdekaan.
Aneh, didalam bangsa yang merdeka, rakyatnya belum merdeka. Pikirlah yang jernih. Bukan itu saja, NKRI pun terkubur. Kapan RI dijajah, berarti RI yang dijajah, padahal RI tidak dijajah. Apakah RI hadiah sekutu, memperkuat tuduhan RI hadiah sekutu. Tapi tidak ada dalam sejarah RI itu perjuangan, bukan hadiah.
Jadi setelah 17 Agustus, baru NKRI berdiri (18/8). Pancasila belum ada pada tanggal 17, baru final tanggal 18/8. Telitilah menggunakan bahasa / kata-kata. Bacalah buku, sejarah kemerdekaan Bangsa oleh Muhammad Hatta – bapak koperasi, bukan bapak keprasi, dikepras dikasihkan kapitalis. jika demikian terus, bukan kemiskinan yang digusur tapi orang miskin.
Padahal yang seharusnya digusur bukan orang miskin tapi kemiskinan. Hidupkanlah koperasi, perekonomian rakyat, jangan takut. Itulah sebabnya, dibuat organisai yang bersifat nasional, organisasi yang merajut nusantara. Agar tidak durhaka. Yang tidak cinta tanah air durhaka, dosa besar.
Jika organisai tumbuh PCTAI, terus eksis, akan kelihatan siapa yang sungguh-sungguh cinta tanah air, siapa yang tidak cinta, mana yang cinta sejati, mana yang palsu, mana yang benci terhadap Indonesia, mana yang tidak cinta, tidak benci, tidak peduli (sukanya menggeroti, menaiki saja).
Ini adalah soal rasa, nanti akan kelihatan tanda-tanda nya saya orang Indonesia yang beragama Islam, saya orang Indonesia yang beragama Kristen, saya orang Indonesia yang beragama Budha dan seterusnya. Ciri-cirinya peduli pada bangsa Indonesia. Oleh sebab itu : saya orang Indonesia beragama Islam, bukan orang Islam di Indonesia.
Sebab jika merasa orang Indonesia, pasti akan peduli dengan Indonesia. Saya bertekad, berjuang sampai titik darah penghabisan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Insyaallah Indonesia akan dirahmati dan diberkati Allah SWT. ■mtq