Tuan Guru Bajang: Mengubah Kutukan Kemiskinan Menjadi Berkah, Memimpin dengan Welas Asih

Ayo Berbagi!

Oleh : Rusdianto Samawa, Direktur Eksekutif Global Base Review (GBR)

(Serial Kajian Ilmiah X)

SwaraSenayan.com – Nama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi muncul di tengah keriuhan bursa capres-cawapres dari Partai Demokrat. Namun, belum direstui Soesilo Bambang Yudoyono, karena SBY lebih gentlement mengandeng anaknya Agus Yudoyono kemanapun pergi untuk menawarkan paket Capres Cawapres. Gubernur NTB dua periode itu, dalam sejumlah survei masuk sebagai calon alternatif.

Ketua DPD Demokrat NTB, Mahally Fikri menuturkan bahwa Tuan Guru Bajang disukai oleh para kader di daerah. Tidak hanya di NTB tapi juga di Sumatera dan Kalimantan. Bahkan, pendukung TGB telah membentuk relawan untuk memuluskan jalannya bertarung di Pilpres 2019.

Apa prestasi yang pernah diraihnya selama menjadi Gubernur NTB?. Prestasi yang paling mungkin ditinjau kembali yakni Tuan Guru Bajang telah mampu mengubah kutukan kemiskinan dan sumberdaya alam di NTB menjadi keberkahan tersendiri. Tentu ya tidak jauh dinilai dari gaya Tuan Guru Bajang memimpin Nusa Tenggara Barat dengan “welas asih.”

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/tgb-setiap-orang-harus-bisa-menjadi-guru-sosial-budaya-transformasi-tuan-guru/

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/tgb-retrospeksi-dan-revolusi-pancor-untuk-indonesia/

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/selebritisasi-citra-tuan-guru-bajang-strategi-membangun-keadaban-masyarakat-indonesia/

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/tgb-membaca-arah-dan-masa-depan-umat-dalam-koalisi-keummatan-dan-kebangsaan/

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/tuan-guru-bajang-seorang-prophet-mission-wong-agung-yang-humble/

Data dari tahun 2015 saja, kalau tahun sebelumnya tentu lebih parah indeks kemiskinannya, katakan saja dari tahun 1980 – 2016 misalnya, sangat tinggi angka kemiskinan. Seolah tingginya angka masyarakat miskin ini sebuah kutukan bagi NTB.

Namun, sejak September 2015, Badan Pusat Statistik merilis angka kemiskinan di Indonesia sampai dengan Bulan Maret 2015. Ada hal yang sangat menyedihkan, yaitu penduduk miskin di NTB bertambah, baik secara agregat maupun secara prosentase. Secara agregat jumlah penduduk miskin di NTB bertambah dari 816.621 orang pada bulan September 2014 menjadi 823.890 orang pada bulan Maret 2015, atau dengan kata lain jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 7.269 orang. Sedangkan secara prosentase pun penduduk miskin di NTB meningkat dari 17,05% per September 2014 menjadi 17,10% per Maret 2015, atau penduduk miskin meningkat sebanyak 0,05%. (Bappeda, NTB Tahun 2015).

Bila dilihat dari angka-angka tersebut sebenarnya peningkatan prosentase penduduk miskin di NTB tidaklah sebesar peningkatan porsentase penduduk miskin di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ada provinsi lain di Indonesia yang mengalami peningkatan penduduk miskin di atas porsentase peningkatan penduduk miskin di Indonesia, yang sudah barang tentu juga di atas NTB.

Dengan membandingkan porsentase penduduk miskin per provinsi di Indonesia, posisi NTB berada di urutan ke-28 dari 34 Provinsi, atau dengan kata lain NTB berada di posisi nomor 7 (tujuh) dari bawah ada 6 Provinsi yang porsentase penduduk miskinnya lebih besar dari NTB, yaitu Provinsi Bengkulu, Gorontalo, Maluku, NTT, Papua Barat dan Papua. Bila dilihat dari bulan September 2014 memang posisi NTB melorot dari urutan ke-27 dari 33 Provinsi menjadi urutan ke-28 dari 34 provinsi, karena Kalimantan Utara sebagai Provinsi baru langsung merangsek ke urutan 8. (Bappeda, NTB Tahun 2015).

Ada hal yang menarik bila melihat fluktuasi perkembangan posisi penduduk miskin di NTB sejak tahun 2010. Pada tahun 2010 urutan NTB ada di posisi 28, tahun 2011 melorot ke urutan 29, tahun 2012 naik lagi ke urutan 28, tahun 2013 melompat ke urutan 26, tahun 2014 melorot lagi ke urutan 27, dan Maret 2015 turun lagi ke urutan 28. Bila dilihat dari selisih angka antara NTB dengan provinsi di bawah dan diatasnya, maka dengan Provinsi Bengkulu yang berada di urutan ke-29 terpaut 0,78%, sedangkan dengan Provinsi Aceh yang berada di urutan ke-27 hanya terpaut sebesar 0,02%. (Bappeda, NTB Tahun 2015).

Bila dilihat dari tren perubahan penduduk miskin sejak 2010, maka pengurangan penduduk miskin di NTB relatif lebih baik dari Aceh dan (terlebih lagi) Bengkulu. Dengan kata lain, dengan kerja keras maka amat memungkinkan bagi NTB untuk meningkatkan posisinya pada data kemiskinan per September 2015 yang akan dirilis pada Maret 2016. (Bappeda, NTB Tahun 2015).

Pada tahun 2016, penduduk miskin di NTB pada September mencapai 786.580 jiwa dari sebelumnya pada Maret 2016 sebanyak 804.450 jiwa. Berarti ada penurunan sebesar 0,46 persen. Pengurangan angka kemiskinan di NTB tahun 2016 sudah bagus walaupun dalam tahun tersebut situasi agak sulit, karena banyaknya persoalan yang dihadapi. Namun, pertumbuhan ekonomi di NTB di atas rata-rata nasional.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, angka kemiskinan yang terbanyak terjadi di pedesaan, yakni dari 419.230 jiwa pada Maret  dan berkurang menjadi 407.750 jiwa pada September 2016. Sementara penduduk miskin di perkotaan berkurang dari 385.220 jiwa, turun menjadi 378.830 jiwa. Jika dilihat pertumbuhan secara keseluruhan, NTB masih andalkan ekspor pertambangan. Padahal, kalau lihat di tahun 2014-2016, pertambangan mengalami situasi yang sulit, sehingga penerimaan dari APBD menjadi berkurang.

Turunnya angka kemiskinan tersebut menunjukkan komitmen kuat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dipimpin Atuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi untuk mengentaskan kemiskinan. Pada 2017, misalnya, pemerintah provinsi mengalokasikan anggaran mencapai Rp 1,7 triliun dalam program terpadu penanggulangan kemiskinan.

Hasilnya mengagumkan. Angka kemiskinan turun signifikan dari 24,99 persen pada 2008 menjadi 16,02 persen pada akhir 2016 atau 1,12 persen per tahun. Sebagai perbandingan, pengurangan angka kemiskinan nasional sebesar 1 persen membutuhkan waktu lebih dari lima tahun. Angka gini ratio atau ketimpangan di Nusa Tenggara Barat pun lebih baik dibanding nasional, yaitu 0,36 banding 0,40.

Keberhasilan itu mengukuhkan posisi Nusa Tenggara Barat sebagai provinsi paling progresif mengurangi angka kemiskinan secara nasional. Pemerintah provinsi juga berhasil meraih penghargaan Millennium Development Goals (MDGs) dan predikat Top Mover pada 2015. Berkat keberhasilan itu Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi diundang khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memaparkan testimoninya tentang penurunan angka kemiskinan yang tajam di Nusa Tenggara Barat dalam sidang umum PBB di New York, Amerika Serikat, pada September 2015. (Pemvrop NTB, 2016)

Selain itu, kinerja penanggulangan kemiskinan di NTB (Nusa Tenggara Barat) memang salah satu yang paling progresif secara nasional. Sekali pun 2-3 tahun belakangan ini mengalami pelambatan. Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat pada September 2017 mencapai 748,12 ribu orang (15,05 persen). Jika dilihat dalam periode Maret 2017 – September 2017, jumlah penduduk miskin berkurang 45,66 ribu orang (1,02 persen). (BPS NTB, Periode 01 Februari 2018)

Selama periode Maret 2017 – September 2017, secara absolut penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 18,49 ribu orang (dari 387,04 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 368,55 ribu orang pada September 2017), dan di daerah perdesaan penduduk miskin juga berkurang sebanyak 27,16 ribu orang (dari 406,73 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 379,57 ribu orang pada September 2017). (BPS NTB, Periode 01 Februari 2018)

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 17,53 persen, turun menjadi 16,23 persen pada September 2017. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 14,89 persen pada Maret 2017 menjadi 14,06 persen pada September 2017.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada September 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,44 persen untuk perkotaan dan 75,73 persen untuk perdesaan. (BPS NTB, Periode 01 Februari 2018)

Pada periode Maret 2017 – September 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di perkotaan maupun di perdesaan mengalami penurunan. Untuk perkotaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun dari 3,590 pada Maret 2017 menjadi 3,001 pada September 2017.

Untuk perdesaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun dari 2,758 pada Maret 2017 menjadi 2,316 pada September 2017. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan maupun di perdesaan cenderung mendekati Garis Kemiskinan. (BPS NTB, Periode 01 Februari 2018)

Selanjutnya, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan maupun perdesaan juga mengalami penurunan. Untuk perkotaan, Indeks Keparahan (P2) menurun dari 1,060 pada Maret 2017 menjadi 0,762 pada September 2017. Untuk perdesaan, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun dari 0,679 pada Maret 2017 menjadi 0,522 pada September 2017. Dengan menurunnya P2 berarti kesenjangan diantara penduduk miskin di perkotaan maupun di perdesaan semakin berkurang. (BPS NTB, Periode 01 Februari 2018)

Penanggulangan kemiskinan di Nusa Tenggara Barat harus dilakukan langsung dari akarnya, yaitu desa. Sebab, kemiskinan terpusat di desa serta jawaban itu juga tersedia di desa. Nusa Tenggara Barat memiliki 995 desa dan lebih dari 70 persen penduduknya tinggal di desa.

Maka Tuan Guru Bajang fokus melawan kemiskinan dari desa dengan optimalkan potensi masyaraka untuk dibantu percepatannya dan keberlanjutan program-program produktif di desa. Pengembangan sapi, jagung, rumput laut, penguatan badan usaha milik desa (BUMDes), penambahan jumlah desa wisata, pemantapan program ketahanan pangan, juga pemenuhan infrastruktur dasar yang meliputi perumahan, air bersih, dan sanitasi lingkungan merupakan sebagian program strategis pemerintah Provinsi NTB untuk percepatan penanggulangan kemiskinan di pedesaan. (Pemvrop NTB, 2016)

Selain itu, Tuan Guru Bajang juga telah mengembalikan semangat kegotongroyongan dan sukarela rakyat Nusa Tenggara Barat dalam partisipasi sosial, budaya dan politik yang semakin kuat. Walaupun sedikit yang mengerjakan gotong royong ini karena dianggap tifak menarik. Bajang bersama masyarakat tentu ada kerjasama tidak tertulis yakni universalisme kemanusiaan bersama (MoU). Itu sangat khusus. Syarat jadi Gubernur bagi Bajang waktu itu adalah cuma satu “manfaat lil umat”. Kalau tidak bermanfaat bagi umat, maka banyak orang yang akan mengeritiknya.

Sudah tentu pula, penurunan angka kemiskinan di NTB adalah komitmen Bajang untuk bisa bermanfaat bagi rakyat. sehingga maksud lil ummah itu adalah kebjikannya harus mementingkan kemanusiaan dan bukan kepentingan golongan, kelompok, dan lain sebagainya, keberpihakan Bajang harus tinggi.

Sekarang ini, masyarakat Nusa Tenggara Barat sangat penting untuk dilayani, diperhatikan rasa kemakmurannya. Kebijakannya harus tegas untuk membela kemanusiaan termasuk soal beragama di Nusa Tenggara Barat yang harus di pelihara secara baik dan benar. Karena karakter masyarakat NTB sangat kental universal dan berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Buktinya, dalam beberapa pidato dan ceramah TGB di masjid-masjid agar rakyat menyatu untuk membangun Nusa Tenggara Barat sehingga berguna bagi negara dan bangsa. Doktrin universalitas terhadap manusia sering dilupakan dan kadang di lakukan ketika kepentingan itu hadir. Fenomena kemunculan Bajang seolah menjadi takdir dari obat kesenjangan masyarakat Nusa Tenggara Barat.

Melihat sepak terjangnya yang cerdas, menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab sangat fasih, hafidz Quran, berakhlak baik, berpengalaman dalam pemerintahan, dan belum memiliki cacat etika, moral politik. Layak kiranya sosok ini diusung sebagai figur alternatif. Kini terlihat beberapa daerah (komponen masyarakat) seperti Sumatra Barat dan Aceh terkesan dengan gaya kepemimpinannya Tuan Guru Bajang.

Sebelum Tuan Guru Bajang menghadirkan tekad dan optimisme, telah terjadi desakralisasi terhadap diri mereka sendiri dalam keadaaan memimpin. Tetapi, kehadiran Bajang menjadi berkah bukan hanya berkhutbah tentang surga neraka, bahagia dan sakit, sejahtera dan miskin. Tetapi Bajang telah hadir dengan deklarasi nurani dirinya sendiri bahwa jalan kesalehan semua masyarakat adalah pintu awal menuju gerbang kemaslahatan bersama. Masyarakat Nusa Tenggara Barat dan bangsa Indonesia di ibaratkan seperti bulan dan matahari yang saling memberi harapan akan makna hidup universalitas tanpa ada rasa saling curiga.

Bagi Tuan Guru Bajang, hidup penuh dengan petunjuk yang bisa mengarahkan jawaban-jawaban atas berbagai persoalan. Banyak orang berfikir hanya soal kepentingan dan menganggap keunggulan orang lain sangat stereotip atas kesuksesan. Namun, sekali lagi harus di lihat secara objektif untuk bahagia karena memelihara masyarakat minoritas sangat sulit dengan memiliki dua sikap yang akan muncul ke permukaan sebagai model penilaian terhadap pemimpin yakni cenderung under achiever dan over achiever. Jika minoritas itu mengalami masalah yang di timbulkan mayoritas, maka penderitaan yang disebabkan kebodohan pun akan berlaku.

Sungguh, Tuan Guru Bajang hadir dengan kekuatan spiritualitas yang baik dalam memahami kemauan Tuhannya yang kemudian di interpretasikan bahwa berwelas Asih antar sesama, memberi pemahaman dan komunikatif terhadap segala urusan kepentingan sosial.

Tentu, bila nyaman dalam situasi sosial masyarakat untuk sekedar bijaksana mengekstrak diri dari situasi tersebut. Sehingga manusia itu benar-benar mengemban amanah dan bertanggung jawab kepada lingkungan sosial maupun pribadinya sendiri. Kebenaran lebih mampu mengontrol dari kekuatan apapun.

Tuan Guru Bajang sebagai manusia (insan) yang memiliki konsep tentang universalisme sebagai beban kerja (aktivitas) kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuan Guru Bajang sebagai manusia  berjulukan universal dan julukan diberikan oleh beberapa pendeta dari agama – agama lainnya yang merupakan sebuah jalan kemanusiaan yang dipilih.

Faktanya, selama dua periode kepemimpinan Tuan Guru Bajang, sukses mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi tertinggal. Dalam jangka waktu 2014-2016, laju pertumbuhan ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Prestasi ini membuat NTB diganjar predikat pertumbuhan ekonomi terbaik di Indonesia. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar 4,9 persen.

Tuan Guru Bajang juga berhasil menekan angka pengangguran di NTB hingga 3,32 persen. Prestasinya ini menyematkan NTB sebagai provinsi ke-6 dengan angka pengangguran terendah. Dengan sederet prestasi itu, Tuan Guru Bajang meraih penghargaan sebagai salah satu Gubernur terbaik versi Kementerian Dalam Negeri pada 2017. Penghargaan tersebut berdasarkan penilaian aspek kepemimpinan, kredibilitas dan akseptabilitas dalam rangka menciptakan pemerintahan bersih.

Itulah yang dimaksud universal konteks kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kedepankan aspek cinta sesama karena semuanya memiliki hak istimewa untuk menjadi bagian dari perubahan dalam sejarah dan sebagai utusan dari cinta itu pula, maka tanggungjawab untuk meluaskan makna positif peradaban yang damai dan berkeadaban. Ini adalah pertukaran ide, musik, seni, energi, positif dan emosi yang tampaknya hanya untuk menyebar dan tumbuh lebih lanjut saat menyadari bahwa manusia sangat saling membutuhkan satu sama lainnya. Perubahan besar itu akan cepat terjadi, jika seribu orang ada seperti Tuan Guru Bajang yang berjibaku memelihara simpul-simpul pluralitas dan memahami kekuatan minoritas yang harus hidup berdampingan.

Bayangkan saja, ketika satu keluarga melampaui negara, bahasa, warna, usia, agama dan bahkan darah, di mana seluruh generasi akan hidup dengan ide-ide dari kesatuan, cinta dan saling menghormati. Ini adalah ide dari pemahaman agama universalnya yang inklusif.

Jika proses beragama di infus dengan energi cinta, senyum, kebahagiaan, positif dan suka-cita. Maka harus mengakui diri kita sendiri bahwa “Tidak ada guru, tidak ada murid, tidak ada pemimpin, tidak ada penyelamat, anda sendiri adalah guru dan murid, master dan guru, kau pemimpin, anda penyelamat dan anda sangat universal”. Itulah semboyan cara melihat Tuan Guru Bajang saat ini yang sudah sangat berhasil membawa perubahan di Nusa Tenggara Barat.

Dalam beberapa video pidato dan ceramah Tuan Guru Bajang ungkapkan kebersamaan sangat penting dan perlunya membangun spiritual dan persatuan di antara semua kelas dan ras manusia. Bahwa harus ada perbedaan politik dan sosial di antara sesama masyarakat sama sekali tidak mengejutkan.

Tuan Guru Bajang melihat dalam ajaran agama pembawa perdamaian di bumi, bukanlah pertunjukan antagonisme dan permusuhan diantara sesama beragama. Di Nusa Tenggara Barat banyak aliran beragama dan kepercayaan, namun tetap hidup berdampingan.

Lebih hebat lagi, Tuan Guru Bajang, sangat menyenangkan melihat orang-orang yang memiliki harapan keselamatan dan mendapat percikan kebenaran dalam pikirannya sendiri. Sehingga harus percaya atas kebenaran dan kedamaian hanya milik seluruh agama, bukan pertumpahan darah dan terorisme. Agama itu sudah universal, maka ketika Tuhan selalu membimbing dan bersama manusia maka kebenaran akan hadir dan milik bersama.

Sekali lagi, jika kita siap untuk melakukan rasa kebersamaan itu berdasarkan khittah nabi dan orang-orang besar dari segala bangsa dan ras. Maka tentu, akan datang negeri keadilan dari pemahaman agama universal dan mutlak sebagaimana yang ada dalam Tuhan.

Untuk membuktikan benar kepada-Nya, kita harus melakukan keadilan untuk semua seperti yang dimanifestasikan dalam berbagai usia dan berbagai belahan dunia dalam prinsip beragama. Bagi Tuan Guru Bajang masyarakat harus berada dalam harmonisasi kemanusiaan agar tercipta kondisi masyarakat yang aman dan damai.

Terbukti, Tuan Guru Bajang sedikit demi sedikit mengubah kutukan kemiskinan menjadi berkah untuk masyarakat NTB ke arah lebih baik. Dalam penelitian resmi ACI Lee Kwan Yew School of Publicity, Universitas di Singapura, tingkat daya saing NTB naik drastis dari peringkat 26 pada 2015 menjadi 19 pada 2016 dan naik lagi 21 tahun 2017.

Selama kepemimpinannya, Tuan Guru Bajang seorang sosok teladan dan welas asih yang sangat layak diusulkan sebagai pemimpin alternatif yang lebih mencerminkan kepentingan umat. Sejatinya sudah cukup populer, tetapi belum setenar “pemain” lama dalam politik. *SS

ADVERTISEMENT
Ayo Berbagi!