SwaraSenayan.com. Seiring gelombang rakyat Indonesia, khususnya ummat Islam, menilai Ahok telah menista agama Islam, kini muncul persoalan susulan yakni Ahok mengaku pernah mengenyam pendidikan Islam.
Hal inilah yang mendapat sorotan Network for South East Asian Studies (NSEAS).
Mengacu pada kandungan pesan di dalam video yang memuat penjelasan Ahok seputar masalah pidatonya di Pulau Seribu tentang “…jangan dibodohi oleh orang yang menggunakan surat Al-Maidah 51…”, terdapat ungkapan atau pernyataan Ahok antara lain dia mengatakan “…saya sekolah Islam, SD, SMP 9 tahun …”
Menurut Muchtar Effendi Harahap sebagai Ketua Dewan Pendiri NSEAS, menilai pernyataan Ahok bertujuan dan bermaksud dengan mengatakan bahwa “saya sekolah Islam, SD, SMP selama 9 tahun”, barangkali untuk meyakinkan audience forum saat dia berceramah di Pulau Seribu bahwa dirinya, sekalipun Kristen, memahami betul tentang Islam khususnya Surat Al-Maidah ayat 51.
“Maksud dan tujuan ini tentu terkait mencari dukungan pemilih di Pulau Seribu untuk Pilkada DKI 2017 mendatang. Soal Ahok yang bermaksud untuk menggalang suara pemilih, terserahlah. Jika dia mengklaim bahwa dia paham betul tentang Islam, nampak urusan sangat pribadi. Biar pemilih Pulau Seribu memaknai klaim Ahok ini,” demikian disampaikan Muchtar kepada SWARA SENAYAN (9/10/2016).
Namun, bukannya Ahok berbohong jika ia mengaku pernah sekolah Islam selama 9 tahun? NSEAS mengemukan dari sumber yang sangat layak dipercaya, bahwa riwayat pendidikan Ahok adalah:
- SDN No. 3 Gantung, Belitung Timur Tahun 1977.
- SMPN No. 1 Gantung, Belitung Timur Tahun 1981.
- SMA III PSKD Jakarta Tahun 1984.
- S1 Teknik Geologi Universitas Tri Sakti Tahun 1990.
- Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya Jakarta Tahun 1994.
Di Kabupaten Belitung Timur tempat Ahok dibesarkan, untuk penyebutan sebagai sekolah negeri baik SD maupun SMP adalah seperti di atas, sebagai misal SDN No. 12 dan SMPN No. 7. Di Jakarta penyebutan SEKOLAH Negeri misalnya SDN 01 Menteng, SMPN 011 Kemanggisan.
“Dari data tersebut diatas, jadi jelas bahwa Ahok sewaktu SD dan SMP bersekolah di SD Negeri dan di SMP Negeri, bukan di Sekolah Islam seperti misalnya kalau di Jakarta SD Islam ….. dan SMP Islam …..,” tegas Muchtar.
Muchtar meganggap bahwa pendukung buta Ahok berdalih bahwa Ahok sekolah dengan murid-murid Muslim dan bermasyarakat dengan umat Islam. Itu maksudnya pendidikan Islam. Ada lagi pendukung buta Ahok yang membela Ahok tidak bohong dengan alasan pelajaran agama Islam di sekolah Ahok ikuti. Itu buat dia paham ayat-ayat Al-Quran. Dicari-cari alasan untuk bela buta Ahok.
“Tapi, apakah itu dimaksud ‘pendidikan Islam’? Tentu lazimnya TIDAK! Ahok tidak pernah sekolah Islam! BOHONG!!!” tegas Muchtar.
Dalam catatan NSEAS, Ahok dinilai sudah acapkali berbohong dan ngeles. Satu kasus Ahok berbohong terang benderang, dia bilang tidak ada ikan dan nelayan di sekitar lokasi Reklamasi. Begitu Rizal Ramli selaku Menko Maritim tanya nelayan setempat, ternyata masih ada nelayan dan ikan. Ahok dinilai, berbohong. Tentu saja, Ahok tak layak dipilih sebagai Gebernur lagi karena suka berbohong!
“Bisa jadi, ada pendukung buta Ahok klaim, Ahok setelah pagi sekolah di SD Negeri dan di SMP Negeri, siang / sore hari sekolah di SD Islam dan SMP Islam,” demikian Muchtar sambil berseloroh. *MTQ