SwaraSenayan.com. Keputusan Ahok maju sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta melalui jalur Parpol dinilai Liga Pemuda Indonesia hanya sekedar taktik Ahok untuk menurunkan irama permainan, ibarat Ahok sedang bermain musik hari ini Ahok menurunkan nada 1 oktaf, yang sebelum nya bermain dari nada C tinggi hari ini ia turunkan jadi C rendah.
“Ini lumrah, dalam era politik transaksional saat ini. Jadi tidak ada yang Istimewa dari sikap oportunisnya Ahok,” demikian ditegaskan Lamen Hendra Saputra Wakil Ketua Umum Liga Pemuda Indonesia kepada SWARA SENAYAN (28/7/2016).
Pasalnya, menurut Lamen, sebelumnya Ahok melalui Teman Ahok sangat gencar melakukan manuver akan maju melalui jalur perseorangan, bahkan untuk memenuhi syarat dukungan sebagai calon perseorangan pun Teman Ahok sudah mengklaim berhasil memiliki 1 juta lebih KTP. Disela-sela itu Ahok pun berhasil mendiskreditkan peran partai politik dalam lapangan politik praktis hari ini. Ahok sendiri pernah berkata bahwa untuk maju lewat jalur partai itu ongkosnya sangat mahal, bahkan Ahok sempat menyebutkan nominal untuk mendapat dukungan dari satu partai politik harus membayar 300 Milyar.
“Ini adalah upaya nyata deparpolisasi yang belakangan ternyata hanya untuk meningkatkan nilai tawar Ahok dalam melobi partai politik secara murah,” terang Lamen.
Lamen menguatkan pandangannya, bahwa terbukti hari ini Ahok sudah mendeklarasikan dirinya maju melalui Jalur Partai Politik, dan berhasil menjaring 3 (tiga) partai sekaligus untuk menjadi pendukung nya yaitu Hanura, Golkar, dan Nasdem dengan jumlah kursi 24.
Karena itu hitungan Lamen dalam konteks Pilkada DKI Jakarta Ahok sudah menang 2-0, yaitu pertama, berhasil mengelabui rakyat yang sudah memberikan dukungan KTP-nya kepada Teman Ahok untuk maju melalui jalur perseorangan. Kedua, dengan deklarasi maju melalui partai politik Ahok berhasil mengangkangi parpol itu sendiri yang sebelumnya sudah dihabisi Citra dan Perannya.
Maka, jika sudah seperti ini situasinya, pertanyaannya hari ini Jelas tertuju ke PDIP yang sampai hari ini belum menentukan sikap. Sebagai partai politik yang memiliki jumlah kursi terbanyak di DKI Jakarta sekaligus juga partai yang dapat mengusung calon Gubernur nya sendiri.
“Apakah PDIP masih akan ikut dalam genderang permainan politik Ahok yang terkesan tidak konsisten, oportunis bahkan licik? Atau kah PDIP akan menabuh genderang permainannya sendiri dengan mengusung calonnya sendiri,” ungkap Lamen.
Lamen mensinyalir, sepertinya untuk mengambil langkah ini PDIP tidak harus kerja ekstra keras sebab PDIP memiliki banyak kader yang sangat potensial untuk bersaing melawan Ahok dan mendapat simpati positif dari masyarakat Jakarta. ■mtq