SwaraSENAYAN.com. Presiden Joko Widodo telah memutuskan proyek gas bumi (liquefied natural gas/LNG) di Blok Abadi, Masela dibangun di darat (onshore). Meski sebelumnya investor blok gas ini telah menyiapkan skema pengembangan di laut (offshore).
Arief Poyuono, SE, M.Kom (Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra) kepada SwaraSENAYAN memberikan beberapa alasan yang akan dikemukakan oleh Inpex dan Shell untuk menolak onshore Gas Masela atau pengelolaan gasnya didarat, sebagai berikut:
Pertama, resiko sosial dan keamanan investasi yang akan ditanggung Inpex dan Shell jika dibangun di darat (onshore) akan jauh lebih beresiko dibandingkan offshore, mulai dari konflik dengan masyarakat, hingga keamanan akan asset-assetnya di darat.
Kedua, dalam teori ekonomi, yang namanya sebuah perusahaan jika ingin mendirikan pabrik dipastikan pabrik akan lebih dekat dengan sumber bahan bakunya. Begitu juga dengan Blok Masela yang ada di tengah laut dalam dipastikan akan lebih ekonomis jika membangun gas floating refinery nya didekat sumber gasnya dibandingkan dibangun didarat.
Ketiga, infrastrutur yang dibangun di darat jauh lebih mahal dibandingkan di laut sebab di darat diperlukan lahan untuk membangun refinery nya, membutuhkan waktu yang panjang dan biaya yang sangat mahal untuk beli lahan serta bangun jalan dan pelabuhan besar untuk tempat bersandar VLCC gas.
Keempat, resiko pencemaran lingkungan di darat akibat pengelolaan gas jauh lebih besar dan akan menciptakan konflik sosial dengan masyarakat.
Kelima, jika terjadi kecelakaan ledakan akibat meledaknya refinery gas akan berbahaya bagi penduduk disekitarnya.
Keenam, bank yang akan mendanai pengelolaan Blok Masela jika dilakukan secara onshore juga akan berpikir ulang, karena bank-bank luar negeri sudah mencatatkan kalau Papua dan Indonesia timur masuk dalam garis high country risk investment.
Ketujuh, jika dibangun dengan offshore tidak perlu bangun pelabuhan, cukup dengan STS (shipping transit station) ditengah laut.
Kedelapan, jika onshore diperlukan jaringan pipa bawah laut untuk menyalurkan gas mentah ke refinery didarat dan ini juga sangat high cost maintenance untuk pipa gas bawah lautnya.
Kesembilan, jika yang diinginkan agar gas dari Blok Masela bisa memberikan trikcle down effect terhadap Industri lainnya di sekitar Blok Masela seperti industri pupuk, keramik, dan lain-lain gampang saja, tinggal dibuat MOU antara Pemerintah dengan Pengelola Inpex atau Shell agar disediakan kuota Gas LNG nya untuk Industri di sekitarnya.
Jadi INPEX dan Shell akan lebih memilih offshore untuk pengelolaannya dibandingkan onshore. Karena itu, dengan analisa diatas, Arief meyakini 100 persen, kecil kemungkinan Inpex dan Shell akan melakukan investasi di Blok Masela. Kementerian ESDM harus bekerja keras untuk mencari investor baru pangganti Inpex dan Shell. ■mtq