Sosok Sri Rahayu Fitriani, Gemar Menata Lingkungan Sejak Dari Wapeala Undip

Ayo Berbagi!

SwaraSenayan.com. Sri Rahayu Fitriani adalah seorang Ketua RW awalnya ibu rumah tangga yang hanya berkecimpung dalam urusan rumah tangga saja. Namun pada akhirnya bu RW tersebut justru bisa menciptakan kampung yang hijau, asri dan bersih. Bahkan hobi dan kegiatan sosialnya tersebut tidak hanya memberi dampak kebaikan sosial semata, namun justru dapat mengisi pundi-pundi keuangan keluarga.

Sri Rahayu Fitriani, SH adalah alumni Fakultas Hukum UNDIP Semarang tahun 1988 yang kemudian hijrah ke Jakarta mengikuti suaminya yang berkarya di ibukota. Sosok Ani, panggilan akrabnya, karena empati sosialnya akhirnya didaulat oleh warga menjadi Ketua RW 01 Kelurahan Makassar, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur.

Penerima penghargaan Anugerah Rembuk RW Award 2018 ini, karena kepiawaiannya sebagai penyelenggara Rembuk RW Terbaik dalam rangka musyawarah perencanaan pembangunan kota administratif Jakarta Timur juga telah memberikan inspirasi bagi pengelolaan limbah rumah tangga.

“Awalnya dari menyimak berita di televisi tentang truk sampah DKI yang tidak bisa membuang sampah ke Bantar Gebang, maka saya mulai berpikir kok bisa ya
begitu banyak produksi sampah DKI, sampai berjumlah 8 ton/hari, lantas siapa pelaku utamanya? Ternyata ya kita-kita ini, para ibu rumah tangga yang masak makanan di rumah setiap hari,” demikian penuturan Ani kepada SwaraSenayan yang menemuinya pada Kamis pagi (24/5/2018).

Dari situlah timbul pemikiran Ani bahwa sebagai bagian dari ibu rumah tangga di DKI dirinya harus ikut bertanggung jawab atas sampah yang terbuang setiap hari. Ani yang sejak kuliah aktif sebagai mahasiswa pecinta alam yang tergabung dalam WAPEALA UNDIP mulai tumbuh kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang sehat dan asri.

Ani mulai browsing internet untuk belajar teknik pembuatan kompos. Ada yang manual, ada pula model takakura, yang langsung jadi kompos kering tanpa bau. Dari limbah rumah tangga inilah, lalu Ani bersama warga setempat mulai mengumpulkan sampah di rumah serta sisa sayur untuk dijadikan kompos.

Bak pepatah Jawa, “tumbu ketemu tutupe”, di saat gemar-gemarnya menghimpun warga dalam mengelola sampah serta aktif dalam bercocok tanam memanfaatkan lahan, saat itu Ani telah ditunjuk menjadi Plt Ketua RW. Karena jabatan tersebut, ia mendapat surat disposisi dari Camat Makassar untuk mengikuti rakor di Kementan Ditjen Hortikultura tentang Ketahanan Pangan DKI Jakarta. Di acara inilah Ani kemudian mendapat banyak info pertanian dan berkenalan dengan vendor-vendor Kementan.

“Saya ingin menularkan hobi bercocok tanam, karenanya saya mengajak ibu-ibu PKK untuk ikut bercocok tanam yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan,” tutur Ani.

Menurut Ani, pada awalnya tidak ada yang mau dengan ajakannya, dengan berbagai alasan seperti sibuk momong cucu atau anaknya masih kecil. Ani sendiri tinggal di sebuah gang sempit, yang lebarnya hanya 1.5 meter. Di gang tersebut hanya ada 4 buah rumah. Sehingga Ani harus minta ijin tetangga untuk menaruh pot-pot tanaman buah dan sayur. Ternyata para tetangga mengijinkan, bahkan merasa senang.
Ani pun mengeluarkan biaya sendiri untuk membeli benih, pemupukan, membeli pot, membuat rak tanaman dan perlengkapan pernak-pernik pendukung lainnya. Meskipun awalnya Ani merogoh kocek sendiri untuk keperluan tersebut, namun Ani merasakan kepuasan yang tak terhingga.

Setiap pagi Ani mengurus pohon cabe, tomat, caysim, jambu, dan lain-lain yang mulai berkembang, berbunga dan berbuah. Ani juga berhasil memotivasi warganya untuk gemar bercocok tanam menghijaukan pekarangan rumah masing-masing.

Pada akhirnya bakat Ani bercocok tanam ini membuahkan hasil melalui bisnis hortikultura nya. Ani mendapatkan kepercayaan untuk mengelola sebidang tanah di komplek AU Halim Jakarta Timur. Dari lahan tersebut, kemudian menanaminya dengan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan untuk dipasok ke hypermarket dan Transmart.

“Hobi berkebun yang membuahkan rejeki bagi saya dan keluarga,” katanya. *dam

Ayo Berbagi!