SwaraSENAYAN.com. Saya bukan ahli hukum. Tapi perasaan saya mengatakan bahwa penegakan hukum di negeri kita ini tidak adil. Mungkin karena masih pakai kitab hukum warisan penjajah sehingga bau kolonial dan diskriminasinya sangat kental dan terasa.
Demikian disampaikan M. Hatta Taliwang Direktur Institut Soekarno Hatta (ISH) kepada SwaraSENAYAN (1/4).
Pernyataan Hatta sebagai respon terhadap operasi tangkap tangan (OTT) yang jadi pola dan kebanggaan KPK selama ini, tapi dalam satu sisi kita setuju-setuju saja tapi apakah adil dalam konteks penegakan hukum di negeri ini?
“Ini persoalan yang mengganggu pikiran dan perasaan saya selama ini terhadap KPK,” ujarnya.
Hatta bercerita sewaktu ketemu pimpinan KPK beberapa waktu yang lalu, Ketua KPK menyatakan dihadapannya bahwa KPK di era sekarang tidak akan mengurus korupsi ecek-ecek lagi. KPK akan konsentrasi pada korupsi besar.
Sehingga, Hatta dan kelompok aktivis lainnya berkesimpulan bahwa KPK akan menuntaskan korupsi mega-besar seperti: BLBI, Century, Mafia Minyak, Mafia Pajak dan juga akan fokus pada Mafia Tanah, Mafia Tambang, Mafia Utang Negara, Mafia Listrik, Mafia Telekom, Mafia Pangan, Mafia Impor Ekspor dan seterusnya.
Dengan kasus OTT terhadap Anggota DPRD DKI Jakarta Sanusi, dimata Hatta KPK masih KPK yang dulu juga. KPK yang senang dengan berita entertainment korupsi dan karena rakyat Jakarta sedang fokus menyerang korupsi Ahok di RS Sumber Waras, maka mau tidak mau ada yang curiga bahwa OTT terhadap Sanusi terindikasi kuat berbau politis.
Satu persatu, kata Hatta anak muda potensial calon pemimpin jadi korban jaringan “batman KPK”. Lantas bersorak gembira rialah pendukung Ahok karena salah satu anak muda yang potensial mengganggu Ahok pada Pilgub mendatang berhasil digusur dari panggung.
“Ikut bersorak pula anak-anak bangsa lainnya yang masih lugu politik dengan mencerca dan memaki Sanusi. Suatu target yang sesuai dengan keinginan dalang dan sponsor dibalik KPK telah ditunaikan dengan berhasil. Didukung mayoritas media massa yang kini sudah menjadi corong resmi kepentingan kolonialis di negeri ini,” tutur Hatta dengan nada lirih, sedih dan prihatin.
Dengan pola operasi KPK seperti itu maka dimanakah nurani KPK dalam menegakkan Keadilan? Itulah yang berkali-kali dipertanyakan Hatta Taliwang dan kelompok aktivis, ditengah rakyat menuntut penuntasan kasus Ahok di RS Sumber Waras ditunaikan, tapi KPK menjawab dengan menjerat anggota DPRD?
“Dimana keadilan dengan membiarkan skandal yang sangat telanjang bulat menyangkut Ahok dengan sumber waras?” pungkasnya. ■mtq
Kasihan sekali M.Sanusi yg begitu santun dan agamis dijadikan tersangka oleh kpk. Bukan ahok yg kafir, mulut kasar yg ditangkap kpk. Padahal sudah di datangkan dukun sakti utk menjerat pak ahok ehhhh malah M.Sanusi yg di tangkap. Dunia memang terbalik , orang yg takut akan Tuhan malah di tangkap KPK sedangkan orang yg berani melawan Tuhan malah di biarkan kpk