Oleh: Dr. Firdaus Syam Pagar Alam (Dosen Universitas Nasional)
SwaraSenayan.com. Saya khawatir dan seperti apa jadinya Indonesia yang takdirnya demikian majemuk dengan menempatksn umat Islam sebagai penganut agama terbesar (mayoritas), bila dikalangan umat yang memiliki perbedaan lalu dalam perbedaan itu terus dipertentangkan dengan tajam.
Apa yang terjadi terhadap anak cucu kita dimasa depan, bukan saja berakibat Indonesia terkoyak-koyak, secara keumatan, namun juga terjadi runtuhnya persaudaraan saling serang, perang dan membunuh seperti yang kita saksikan di Suriah, Irak, Libia, Mesir, Libanon, Yaman, Arab Saudi. Mereka sama-sama meneriakkan “ALLAHU AKBAR” sebelum peluru meriam ditembakkan. Lalu, sesama muslim saling membunuh.
Saudarauku, mari dalam posisi umat, baik secara internasional maupun domestik kita sedang menghadapi tantangan yang berat. Bangsa Indonesia dengan pulau-pulaunya, penduduknya, wilayahnya dan kekayaan alam yang luar biasa dan dunia internasional paham bahwa penduduknya mayoritas muslim.
Barat dan musuh Islam tidak rela Indonesia dengan umat Islamnya kuat. Apa yang terjadi saat ini, tekanan yang sedang dihadapi umat dan bangsa Indonesia, menurut analisis saya ada upaya konspirasi besar untuk menghancurkan bangsa Indonesia melalui “perang asimetris”(proxy war) seperti: penyelundupan narkoba besar-besaran, memunculkan pengacauan / penyesatan opini melalui media, pemojokkan keberadaan umat yang dikaitkan dengan terorisme dan radikalisme, penghancuran budaya generasi muda melalui sekulerisme, hedonisme dan menajamkan perbedaan mazhab dengan saling menghujat bahkan mengkafirkan.
Lalu Apa target musuh Indonesia? Jawabannya adalah, pertama, kuasai Indonesia karena dimasa datang dunia akan mengalami krisis pangan, air dan kekayaan alam dan itu semua di bumi Nusantara ini keberadannya masih berlimpah. Kedua, menghancurkan Indonesia adalah menghancurkan umat Islam. Dunia mengakui Islam agama damai yang anti penindasan, membenci kerakusan, menghormati perbedaan agama dan aneka budaya, perlindungan atas keturunan (melarang aborsi), melindungi hak-hak dan harga diri perempuan, melarang prostitusi, menentang ekonomi kapitalis yang eksploitatif serta menolak diskriminasi dan menjunjung harkat nilai-nilai kemanusiaan yang bermartabat (HAM) serta hak menjalankan agamanya.
Hal-hal itu kini di.Barat dan dan pemilik modal besar dunia menganggap tidak penting dan tidak perlu. Mereka sadar hanya dengan menghancurka umat Islam, mempertentangkan mazhab, saling curiga antar sesama umat dan sesama anak bangsa, maka tiba saatnya Indonesia akan di skenariokan untuk dibuat seperti di Timur Tengah, Arab Spring. TARGETNYA SATU!! Ciptakan permusuhan dikalangan Islam dengan memunculkan fanatik mazhab (hilang persaudaraan umat) lalu kasih senjata untuk saling membunuh dengan sama-sama berteriak “Allahu Akbar…!!”. Na’uzubillah…
Saya merenung apakah ini salah satu tanda akhir jaman yang dikemukakan Nabi Muhammad SWA, bahwa akan ada fitnah dimana-mana terhadap umat. Salah satu fitnah terjadi sesama muslim karena beda mazhab saling menjelekkan dan mengkafirkan. Na’uzubillah.
Saudaraku yang cinta Islam, sesungguhnya Islam tak tegak tanpa kedamaian, takkan ada damai dalam umat untuk tegaknya persaudaraan bila permusuhan dan hujatan perbedaan mazhab terus dihembuskan.
Mari sebagai muslim umat terbesar di negeri ini dan menjadi harapan muslim dunia yang sedang terkoyak, umat Islam Indonesia harus menjadi pemberi solusi, menjadi teladan, menjadi juru damai bahwa Islam mengedepankan perdamaian (SALAM) sesuai namanya bukan mengedepankan mazhabnya dan menganggap mazhab yang berbeda itu sebagai musuh.
Muslim dunia berharap dari Timur lah (umat Islam Indonesia) muncul kekuatan Islam yang beradab. Peristiwa 411 dan 212 telah membuktikan umat berkumpul menyatu ketika ayat suci Al-Qur’an dihujat, dengan melepaskan perbedaan mazhab, golongan, kelompok, ternyata persaudaraan yang tulus kita temukan. Mari kita jaga dan rawat persaudaraan Islam dan persatuan bangsa. Indonesia kuat bila umat Islamnya kuat. Indonesia lemah bila umat Islamnya lemah. ALLAHU AKBAR…
Response (1)