Oleh: Djafar Badjeber (Tokoh Senior Partai Hanura)
SwaraSenayan.com. Partai Hanura sudah dua kali menjadi kontestan pada Pemilu, yakni tahun 2009 dan 2014. Dalam dua perhelatan tersebut, Partai Hanura selalu lolos dalam parliamentary threshold (PT). Meskipun telah mengikuti dua kali perhelatan pemilu, tetapi sampai saat ini elektabilitas Partai Hanura masih jauh panggang dari api. Pemilu 2019 adalah pemilu ke-3 yang akan dihadapi Partai Hanura.
Saya termasuk yang masygul (prihatin) akibat popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas Partai Hanura belum bisa terangkat. Saya belum tahu persis apa sebabnya Partai Hanura masih belum bisa terangkat dari posisinya sebagai partai papan tengah. Apakah ada yang salah atau kita hanya setengah hati untuk memenangkan Pemilu?
Menurut data faktual, elektabilitas Partai Hanura masih di bawah 2%. Hal ini menjadi pertanyaan, apakah kerja-kerja politik Partai Hanura belum maksimal, atau kebijakan partai yang belum sesuai? Karena setiap kebijakan berpengaruh signifikan terhadap kondisi internal dan mempengaruhi konstelasi politik eksternal.
Dalam sebuah organisasi, kebijakan dapat mengarah kepada perubahan, DPP yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis yang dapat membawa perubahan ke arah positif dan bukan kebijakan yang bersifat parsial, sporadis atau “yang penting aman”. Karena itu, setiap kebijakan harus memberikan manfaat dan maslahat bagi organisasi.
Saat ini kepengurusan DPP, DPD dan DPC Partai Hanura terdiri dari beberapa elemen strategis. Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta sendiri memiliki jaringan, peran dan jabatan strategis di tingkat nasional. Hadirnya OSO sapaan akrab Oesman Sapta yang membawa serta tokoh-tokoh nasional dari kalangan Anggota DPD RI adalah kekuatan besar. Jika semua kekuatan ini bisa bersinergi, bukan tidak mungkin Partai Hanura bisa menjadi 4 besar.
Idealnya, semua pengurus di setiap tingkatan harus memberikan kontribusi terbaik kepada organisasi, seperti nafas yang memberikan kehidupan, lentur dan militan sehingga dapat mencapai target yang diharapkan. Tidak perlu lagi ada dikotomi “orang lama” dan “orang baru”, apalagi sampai muncul rivalitas atau persaingan yang tidak sehat.
Semuanya sama, sama-sama orang Hanura, harus bersinergi. Jangan ada pihak yang menjadi duri dalam daging atau menjadi unsur pemecah belah. Kita adalah satu, kita adalah saudara satu partai, saudara seperjuangan. Tugas kita semua membesarkan dan memenangkan Partai Hanura dan memenangkan calon presiden Bapak Joko Widodo pada Pilpres 2019 nanti.
Perlu saya ingatkan, menurut Herman Kotler: Strategi tidak dibutuhkan bila tidak ada pesaing!! Sementara pesaing kita cukup banyak dan rata-rata sudah berakar dan kawakan. Selain itu kita perlu ingat bahwa dalam politik tidak ada yang gratis. Maka untuk menghadapi “pertempuran besar” ini kita harus bersatu, kompak dan solid..!!
Bangkiiiit !! Hanura
Jayaaaaa !! Hanura
Menaaang!! Hanura