SwaraSenayan.com. Setelah Balaikota DKI dibanjiri karangan bunga yang mendukung Ahok, kini giliran Mabes POLRI kebanjiran ratusan karangan bunga dari orang per orang sampai komunitas tertentu yang berjejer di depan Mabes Polri Jl. Trunojoyo sampai ke Jl. Aditiawarman Jakarta pada Rabu (3/5/2017).
Beragam pesan yang ditulis, diantaranya “Bekerja Profesional Transparan dan Akuntabel untuk NKRI yang Lebih Baik” (Haryanto). Ada juga pesan “Pak Tito maju terus dalam menjaga NKRI, Proses Aktor Radikalisme & Pemecah Persatuan di Indonesia!!! NKRI & Pancasila Harga Mati!!! (Soeharto).
Entah siapa itu Haryanto dan Soeharto, untuk apa pesan itu dikirim secara massif (ter-mobilisasi). Apa mobilisasi karangan bunga sekarang ini menjadi trend ketika ada kelompok masyarakat lainnya yang memilih dengan cara unjuk kekuatan massa dalam menyampaikana aspirasinya.
Sebagai masyarakat yang sudah cerdas mencerna dan menganalisis berbagai informasi, fenomena karangan bunga yang tentunya digerakkan dengan mobilisasi dana yang tidak sedikit ini harus ditujukan untuk kedamaian, kesejahteraan dan kejayaan NKRI. Bukan untuk pesan-pesan gelap yang justru membingungkan masyarakat sendiri. Pesan-pesan tersebut harus jelas, siapa sebenarnya yang dimaksud pemecah belah NKRI, sementara di Papua Barat sudah jelas ada gerakan separatis yang mengatasnamakan Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB) yang tentunya menggerus keutuhan NKRI.
Jika pesan-pesan dalam karangan bunga tersebut tidak jelas siapa yang dimaksud pemecah belah NKRI, maka karangan bunga bisa menjadi karang-karangan belaka. *Mustaqim Abdul Manan, Pemred SwaraSenayan