SwaraSENAYAN.com. Ibukota DKI Jakarta memang benar-benar dijadikan tolok ukur bagi perpolitikan nasional. Mengusai DKI adalah simbol kemenangan bagi kaum Boemiputra dalam menentukan nasib dan masa depannya sendiri di tanah tumpah darahnya.
Demikian disampaikan Muhammad Rafik Perkasa Alamsyah Ketua Umum Ikatan Pemuda Pemudi Minang Indonesia (IPPMI) kepada SwaraSENAYAN (6/4).
Pilkada DKI menurutnya membutuhkan figur tokoh yang benar-benar bersih, berintegritas, beradab, berintelektual dan menjadi simbol kekuatan bagi kebangkitan kaum Boemiputra.
“Kenapa kaum Boemiputra harus menang dan memimpin ibukota? Karena sebagai mayoritas dan pemilik sah saham negeri ini, DKI harus dikuasai dan dipimpin oleh Boemiputra sebagai simbol penguasaan aset nasional oleh kaum Boemiputra.
Sosok ideal pemimpin Boemiputra yang memimpin DKI menurut Rafik ada pada sosok dwitunggal Soekarno-Hatta. Bung Karno yang dari Jawa merupakan simbol kepemimpinan, simbol kekuatan mayoritas.
Sementara Bung Hatta sebagai orang minang merepresentasikan keterampilan suku minang pandai berdagang, pintar mengelola administrasi birokrasi, negawaran dan sebagai ekonom yang sangat berpihak terhadap nasib Boemiputra.
“Sebagai generasi muda, kami berharap ada pengulangan sejarah dwi tunggal Soekarno-Hatta, yang merepresentasikan suku bangsa Indonesia yaitu Jawa-Minang yang memimpin Ibukota DKI Jakarta. Saya meyakini, simbol kekuatan suku bangsa ini mampu meneruskan cita-cita kebangkitan kemandirian ekonomi Boemiputra,” pungkasnya. ■mtq