Oleh: Aceng Ahmad Nasir, Panglima BARAK (Barisan Rakyat Anti Komunis)
SwaraSenayan.com. Partai Komunis Indonesia (PKI) telah bubar namun ideologinya masih mengakar, tidak ada parpol manapun di Indonesia yang melakukan makar secara progresive revolusioner, terintegrasi, bersenjata melakukan perlawanan sporadis kecuali PKI, ratusan ribu bahkan jutaan rakyat indonesia telah menjadi korban baik sebagai pelaku maupun sebagai korban, pergerakan perlawanan PKI sejak 1927, 1948, 1965.
Indischee Sociaal-demokratische Vereniging (atau disingkat ISDV) merupakan sebuah organisasi atau partai yang berpaham Sosialis. Seiring berjalannya waktu, partai ini berhaluan atau berpaham komunis (cikal-bakal lahirnya PKI). Pada tahun 1914, Henk Sneevliet dan kawan-kawan giat melebarkan jaringan-jaringannya di kota Semarang dan Surabaya.
Henk Snevliet adalah pendiri PKI, ideologi komunis masuk dan berafiliasi dengan komintren, dialah yang mengedukasi dan mendoktrinasi orang-orang Indonesia, sisi positifnya menimbulkan semangat perlawanan terhadap kolonialis, namun sesungguhnya ISDV dibentuk bukan untuk kepentingan kemerdekaan, tetapi lebih kepada kekuasaan pengaruh di internal kolonial dan rakyat Indonesia diperalat untuk itu.
Sejak awal PKI atau ISDV selalu berhadapan dengan Serikat Islam walaupun arah perjuangannya sama-sama untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme, persisnya pada tahun 1924 Lahirlah PKI. Diawali perlawanan terhadap Belanda di Jawa Barat dan Sumatra mengumumkan sebuah bangsa yang berbentuk republik, namun dampak perlawanan yang dipimpin Alimin dan Muso ini tidak kurang 13.000 ditahan, 4.500 dipenjara, 1.308 diasingkan dan ribuan rakyat meninggal. Sehingga tahun 1927 PKI dilarang Belanda. Setelah itu mulailah melakukan pergerakan bawah tanah.
Tahun 1935 Muso kembali dari Soviet dan PKI muncul lagi, terutama setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, meskipun PKI memainkan peran penting, Bung Karno khawatir peran PKI kuat dan mengancam posisinya, tahun 1948 PKI di rekonstruksi termasuk Nyoto dan Aidit terjadilah pemberontakan PKI terhadap NKRI di Madiun, disinilah Peran divisi Siliwangi melakukan operasi.
1950 PKI bangkit kembali dibawah kepemimpinan DN Aidit dan tahun 1960 Soekarno meluncurkan konsep NASAKOM, mulailah PKI masuk pada jajaran kepemerintahan dan pada tahun 1962 Aidit dan Nyoto diangkat menjadi menteri penasehat, lalu setelah masuk kekuasaan Juli 1965 PKI menggelar latihan militer melatih sekitar 2.000 anggota PKI di Halim dengan mempersenjatai Rakyat. 30 September 1965 Pemuda Rakyat dan Gerwani yang merupakan sayap PKI melakukan aksi massal terkait Inflasi, lalu 30 September – 1 Oktober 1965 terjadi kudeta dengan menyatakan Dewan Revolusi Baru. Bersama korban 7 Jenderal TNI AD, sebuah sejarah yang memilukan.
Pada 13 Oktober 1965 Pemuda Ansor melakukan aksi anti PKI di seluruh Jawa, Maret 1966 PKI dilarang Soeharto, namun PKI masih tetap hidup dan melakukan konsolidasi di Blitar pada tahun 1968 petani dilatih dan menyerang Pimpinan dan kader Nahdatul Ulama tidak kurang warga Nahdliyin 60 orang tewas, tahun 1999 pemerintahan Gusdur memperbolehkan mempelajari pemikiran paham Komunis, berbuntut aksi besar-besaran dan Gusdur lengser. Di Era Jokowi wacana permintaan maaf pemerintah terhadap keluarga korban PKI mulai muncul atas nama HAM, namun Jokowi dalam berbagai keterangan membantah akan melakukannya.
FAKTANYA, hari ini PKI yang berfaham komunisme belum redup bahkan makin menunjukan jati dirinya, jika saja PKI menyusup pada kekuasaan maka tidak menutup kemungkinan sejarah akan terulang, sejarah dimana sesama kita saling fitnah, sesama kita saling hantam, sesama kita saling pukul, sesama kita saling bunuh. Bukan kami mengkambing hitamkan PKI tapi PKI bukan kambing hitam tapi Srigala berbulu domba, makhluk ganas yang siap menerkam dan memangsa bangsa ketika melihat celah-celah kelemahan.
Lalu, jika itu terjadi NKRI akan terkoyak, umat beragama apapun akan tertindas dan kaum muslimin dimanapun di negeri ini akan menjadi bulan-bulanan mereka, Islam dan Islam dibenturkan, Agama dan Agama dikonfrontasikan, suku dan suku di benturkan, budaya dan budaya diadu jotoskan.
Inilah yang harus kita waspadai mereka mungkin hari ini bukan dengan cara Angkat Senjata seperti perlawanan sebelumnya, namun mereka masuk dalam ranah-ranah pemikiran, ranah-ranah kebijakan dan ranah-ranah kepentingan dan ini lebih berbahaya karena tidak nampak. Mereka ada tapi tidak ada, tidak ada tapi ada.
Saudara-saudara, saya sebagai Ketua Umum Santri Pasundan dengan ini akan dan sedang melakukan sebuah Gerakan, sebuah perlawanan ideologi, sebuah barisan (shaf) dengan musuh yang nyata, musuh itu bukan agama lain diluar Islam, musuh itu bukan penguasa, musuh itu bukan negara lain tapi musuh itu adalah Ideologi Komunis yang terkumpul dalam wadah PKI.
Mereka yang anti agama, mereka yang anti Islam, mereka yang anti NKRI. Mari persiapkan dan singsingkan lengan dengan satu kata LAWAN!! “BARAK“, Barisan Rakyat Anti Komunis, saya Aceng Ahmad Nasir, siap menjadi Panglima BARAK sebagai sebuah shaf bersama melakukan perlawanan terhadap paham Komunis, demi Agama, bangsa dan generasi masa depan bangsa, saya siap Mati. Inilah jihad sesungguhnya. Mari rapatkan barisan, Allahu Akbar!! *SS