Ahok Pemicu Sentimen Anti Cina??

Ayo Berbagi!
946470_10206778513955515_7791402193203990961_n
Mustaqim Abdul Manan

SwaraSENAYAN.com. Kita sudah merdeka dari penjajahan fisik, sudah merdeka dari penjajahan kulit putih. Tapi Bung Karno sudah mengingatkan bahwa akan datang “bahaya kuning” dari utara. Fakta lapangan, kini memang sedang berlangsung merangsek masuk ke RI dengan segala modus operandinya.

Sekarang, balatentara kuning yang tampak semakin besar, semakin pongah serta nampak berambisi bernafsu besar untuk menjadi aggressor sudah berkemas diri. Siapa lagi kalau bukan negeri Cina alias RRC. Di tengah geliat pertumbuhan ekonomi yang menguat, Cina pun begitu ambisius untuk menunjukkan dirinya sebagai negeri superpower di dunia. Dengan anggaran militer yang besar, Cina bukan saja ingin menguatkan pertahanannya, tapi mulai bernafsu menginvasi negeri-negeri jirannya.

Masa depan negeri ini ditentukan keputusan rakyatnya hari ini, jika rakyatnya abai dan membiarkan peringatan bahaya kuning dari utara tersebut maka jangan salahkan jika mereka menjadi pemain utama dan menguasai sektor ekonomi, menguasai arena politik bahkan menginvansi kedaulatan RI.

Kenapa ini bisa terjadi, bahkan pribumi atau yang diberi kesempatan berkuasa memimpin negeri nya sendiri hingga kini banyak yang melanggar konsensus nasional dari cita-cita pendirian bangsa dan negara. Kenapa melanggar, karena penyelenggara negara ini tidak tahu untuk apa kesepakatan dan konsensus bernegara ini diselenggarakan.

Kini, energi bangsa ini tersedot ke sosok Ahok. Padahal Ahok itu, bagi kekuatan Kapital Domestik di RI, yang kebetulan didominasi etnis Cina kelas atas, berkekuatan untuk bikin situasi anti etnis Cina yang kemudian dipaket dijadikan sebagai bargaining power untuk negosiasi dengan kekuatan Kapital Global yang dari RRC.

Akibatnya, saat ini orang yang jahat menjajah orang yang baik. Orang yang jahat berkongsi dan berkolaborasi menjajah dan mengeksploitasi orang-orang yang baik. Sejatinya, tidak ada perseteruan Cina vs. Anti Cina, Muslim vs. Anti non-Muslim, Pribumi vs. non-Pribumi, dan seterusnya. Yang ada adalah perseteruan antara manusia jahat memusuhi manusia baik. Artinya, orang-orang baik bisa bersatu tanpa melihat latar belakang etnis dan agama nya, begitu juga dengan orang jahat, mereka bisa bersatu tanpa melihat etnis dan agama nya.

Lalu, kenapa sentimen etnis Cina yang dimunculkan akhir-akhir ini? Sekali lagi, ini persoalan bukan untuk pertarungan antar etnis. Ini pertarungan orang jahat melawan orang baik. Apakah dalam hal ini Ahok yang merepresentasikan sebagai simbol Cina bisa dikatakan sebagai pihak yang mewakili orang baik? Lalu, pihak yang menyerang Ahok bisa dikatakan sebagai orang jahat?

Tidak otomatis seperti itu, kebetulan saja Ahok Cina. Karena paling gampang menyulut konflik horizontal dan pengkambing hitaman menggunakan etnis Cina. Sentiment ini adalah bagian dari konspirasi yang mengarah pada anti Cina, sebuah konspirasi memperalat Cina sebagai penyulut benturan sosial.

Akibat konspirasi jahat ini, kita bisa lihat indikasi dari sebuah perlawanan orang jahat terhadap orang baik. Diantaranya akibat dominasi orang jahat maka lapangan pekerjaan yang harusnya memberi ruang terhadap rakyatnya dikuasai oleh segelintir orang-orang jahat, generasi muda dihancurkan dengan narkoba, hutang luar negeri makin meningkat yang akan menjadi beban bagi generasi selanjutnya, korupsi makin marak, jurang si kaya dan si miskin semakin melebar, ekspolitasi SDA yang mengesampingkan kerusakan lingkungan yang  merugikan bagi generasi mendatang, dan seterusnya. Konflik horizontal ini dikehendaki karena dihasut orang-orang jahat.

Jadi, bagi kekuatan Kapital Domestik, Ahok itu berkekuatan sebagai pemantik konflik SARA berbasis anti etnis Cina di masyarakat untuk menggambarkan kepada kekuatan Kapital Global yang dari RRC bahwa betapa besar daya tolak bangsa Indonesia terhadap RRC.

Dan ingat, hingga hari ini cengkraman Kapital Domestik dan Kapital Global yang ada di luar RRC masih mapan mencekik kepentingan bangsa Indonesia. Bagi kekuatan Kapital Global yang dari RRC, Ahok dengan segala karakternya justru merupakan komunikasi politik yang tidak strategis untuk merangsek masuk ke RI. ■mtq

Ayo Berbagi!