SwaraSenayan.com. Kehidupan berdemokrasi di suatu negara salah satunya ditentukan oleh seberapa besar partisipasi politik dari masyarakat. Partisipasi itu akan tampak ketika masyarakat ikut terlibat secara aktif dalam kehidupan berpolitik, misalnya ketika pemilu, pilkada, pilpres, dan pilleg .
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Usman Kansong, S.Sos., M.Si, menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan informasi telah mengubah wajah politik diberbagai negara, termasuk indonesia dimana politik tengah berubah menjadi politik yang terdigitalisasi.
“Kemajuan teknologi digital dalam kegiatan berpolitik digital jangan sampai meninggalkan akar budaya dan kearifan lokal yang membuat kita besar sebagai sebuah bangsa,” ujar Usman Kansong selaku keynote speaker pada acara Webinar Forum Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Ditjen IKP Kominfo yang bertajuk “Membangun Politik Kebangsaan di Era Milenial” secara virtual. Jakarta (23/08/2021).
Menurutnya, kemajuan digital ini juga harus digabungkan dengan sikap kritis, optimistis, kreatif, serta arif dan bijak, sehingga kita dapat memberikan manfaat bagi persatuan bangsa.
“Generasi milenial tidak boleh berdiam diri dan mengiyakan semua tindakan politik pemerintah, akan tetapi wajib mengkritisi. Dan dalam penyampaiannya harus dengan cara yang baik, benar, dan bijak,” pintanya.
Anggota Komisi I DPR RI, H. Teuku Riefky Harsya, MT. Selaku narasumber menyampaikan bahwa generasi milenial memiliki keunikannya tersendiri, dimana kemajuan teknologi informasi telah merubah pola perilaku dan kebiasaan mereka. Misalnya memiliki kebutuhan internet yang sangat tinggi, kerja cerdas dan cepat, multi tasking, meskipun kadang cuek dengan politik.
“Politik seolah menjadi momok menakutkan, karena selama ini yang mereka lihat adalah bagaimana pecah belah, polarisasi, bahkan fitnah mendominasi kegiatan berpolitik,” ujar politisi Demokrat dari Aceh.
Padahal politik bukanlah hal yang terpisahkan dari kehidupan kita. Proses politik merupakan elemen penting sebagai penghasil kebijakan-kebijakan yang diambil dan menentukan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara.
“Saya mengajak generasi muda agar yakin dan jangan pernah lelah mencintai Indonesia dan meperjuangkan cita-cita luhur kemerdekaan. Jangan antipati apalagi memilih jalan apatis, generasi muda harus tampil dan membuktikan bahwa kita mampu mengisi pembangunan,” tegasnya.
Sementara itu, paparan ketiga disampaikan oleh Dosen UNIGHA Sigli, Teuku Syahwal, M.Pd., CHt, ia mengatakan bahwa penanaman nasionalisme dalam dunia digital saat ini menjadi tantangan yang lebih besar.
“Pemuda dalam berpolitik kebangsaan harus mengenal terlebih dahulu bahwa republik ini bergitu majemuk dan demokratis. Oleh karena itu kita harus mengetahui dan mendalami nilai pancasila dan bhineka tunggal ika pada ruang digital,” ujarnya.
Pada saat penyampaian closing statement ia mengharapkan dengan adanya ruang diskusi tersebut kita bisa lebih memahami nilai-nilai Pancasila yang akan meningkatkan rasa semangat dan cinta tanah air sebagai warga negara. *SEP