SwaraSenayan.com. Peningkatan dan percepatan produktivitas pertanian dapat dicapai melalui berbagai cara, termasuk intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, penggunaan teknologi, dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan. Disinilah memerlukan sinergi antara pemerintah, swasta, komunitas masyarakat petani dan koperasi petani memiliki peran penting dalam mendukung upaya ini.
Sebagai komunitas masyarakat petani, Suta Nusantara terpanggil untuk melakukan gerakan percepatan dan peningkatan produkvitas pertanian khususnya di sektor tanaman pangan.
“Kami menyambut baik kerjasama ini sebagai pendamping penggunaan pupuk hayati Biotek kepada anggota binaan petani dan masyarakat Suta Nusantara,” ujar Dadung Hari Setyo ketua umum Suta Nusantara kepada SwaraSenayan di kawasan Bukit Tajur Halang Bogor, Rabu (9/Juli/2025).
Dadung menegaskan, bahwa pupuk hayati Biotek ini memiliki keunggulan secara teknologi dan ekonomi, karena mampu menekan biaya pembelian pupuk kimia dan mampu menekan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia.
“Ketergantungan terhadap pupuk kimia harus terus diupayakan solusinya, salah satunya adalah hadirnya pupuk hayati di masyarakat petani. Penggunaan pupuk hayati Biotek ini selain ramah lingkungan juga ramah di kantong karena akan menekan biaya pembelian pupuk kimia,” terang Dadung optimis.
Dadung juga menjelaskan pentingnya pangan yang sehat bagi masyarakat, maka penggunaan pupuk organik seperti pupuk hayati Biotek adalah faktor yang sangat penting bagi produksi tanaman pangan yang sehat sekaligus melestarikan kesuburan tanah pertanian.
Disamping ramah lingkungan dan ramah di kantong, penggunaan pupuk hayati Biotek ini juga mampu meningkatkan percepatan dan peningkatan produktivitas panen. Karena alasan utama inilah, Suta Nusantara merekomendasikan dan sebagai pendamping penggunaan pupuk hayati Biotek ini ke jaringan Komunitas Masyarakat Petani Suta Nusantara yang tersebar di berbagai daerah.
“Kami akan mulai pendampingan penggunaan pupuk hayati Biotek di Jawa Barat dan Banten, selanjutnya kami akan kembangkan di NTT dan NTB,” ujar Dadung.
Dalam kesempatan yang sama Dibyo Surjono selaku Dirut PT Biotek Agri Lestari menyatakan senang dan optimis kerjasama ini akan membangun kemandirian petani serta mewariskan tanah yang subur bagi generasi muda.
“Kami selaku produsen pupuk hayati Biotek sangat senang dan optimis, kerjasama ini bisa membangun petani yang mandiri. Penggunaan pupuk hayati ini kita berharap hasil yang melimpah dan tanah yang subur untuk petani dapat memberikan warisan lahan yang subur kepada generasi anak cucu kita supaya memberikan sugesti kepada generasi muda untuk bertani dengan hasil pangan yang berlimpah,” terang Dibyo.
Dibyo menegaskan perbedaan pupuk organik cair dengan pupuk hayati. Pupuk organik cair itu hasil dari fermentasi kotoran atau limbah seperti sampah, kotoran hewan, kelelawar, air kencing kuda dan lainnya, sementara pupuk hayati Biotek itu bahannya 100% organik seluruhnya dari bakteri makhluk hidup, bukan dihasilkan dari limbah. Kalau pupuk organik belum tentu hayati, kalau hayati pasti organik. Penggunaan pupuk yang tepat itu sangat menentukan hasil suatu tanaman. 70% faktor tanaman itu hasilnya sangat ditentukan oleh pupuk.
“Berdasarkan penelitian kami, penggunaan pupuk hayati Biotek ini mampu meningkatkan hasil tanaman minimal 15%, dan juga menghemat penggunaan biaya pupuk hingga menekan 50%, misalnya biasanya penggunaan pupuk kimia seperti urea dan NPK 600 kg, artinya penggunaan pupuk kimia hanya membutuhkan 300 kg dan dicampurkan pupuk hayati Biotek sebanyak 6 liter per ha,” ujar Dibyo.

Sebagai informasi, PT Biotek Agri Lestari adalah perusahaan pertanian yang bergerak dalam penelitian dan pengembangan teknologi pertanian berkelanjutan. Perusahaan ini mengembangkan produk dekomposer dan pupuk hayati cair untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara ramah lingkungan yang beroperasi di bukit Tajur Halang Bogor.
Biotek Pupuk Organik Hayati Cair (POHC) diformulasikan menggunakan teknologi AGPI (Agriculture Growth Promoting Inoculant) merupakan inokulan campuran yang berbentuk cair, mengandung hormon tumbuh dan berbahan aktif bakteri penambat N2 secara asosiatif, mikroba pelarut Phospat dan penghasil selulose yang di kembangkan oleh Dr. Lukman Gunarto melalui riset unggulan dan berkesinambungan dan merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan. *mtq












