Muncul Sebagai Elit Tandingan, Habib Rizieq Bak “Tsunami Politik” yang Akan Menggulung Kepentingan Status Quo

Ayo Berbagi!
WP_20170429_11_59_35_Pro (1)
Dr. TB Massa Djafar, Direktur Program Doktoral Universitas Nasional

SwaraSenayan.com. Perubahan sosial dan dinamika politik tidak selalu linier. Krisis politik – political distrust inheren – selalu melekat dalam perubahan dan dinamika politik itu sendiri. Kehadiran tokoh-tokoh atau elit politik baru, yang mengusung agenda perubahan bisa dibaca sebagai katalisator perubahan. Fenomena ini kerap muncul, dan mengisyaratkan krisis politik sedang berjalan. Kehadiran “elit tandingan” ini punya sasaran pada pusat kekuasaan. Yang berarti pula akan menggugat legitimasi status quo.

Demikian disampaikan Dr. TB Massa Djafar, Direktur Program Doktoral Universitas Nasional (UNAS) Jakarta kepada SWARA SENAYAN (22/5/2017).

Menurutnya, fenomena Habib Rizieq atau kemunculan elit tandingan lainnya telah mencuat ke publik diluar perkiraan atau sebuah kelaziman ditengah representasi politik formal. Kehadiran Habib Rizieq dalam panggung politik sudah membuktikan mampu menumbangkan dan memporak-porandakan konspirasi politik yang luar biasa kekuatannya.

Kemunculan elit tandingan ini menjadi “tsunami politik” yang akan mengancam dan menggulung kepentingan status quo dalam momentum pemilu yang akan datang.  Ancaman itu tentu saja tidak hanya tertuju pada kekuatan politik non Islam yang terusik kepentingannya, tapi juga akan mengganggu kemapanan kepada representasi Islam politik formal yang telah berkhianat pada konstituennya.

TB Massa melihat bahwa pembunuhan karakter Habib Rizieq dengan berbagai cara, termasuk menggunakan instrumen kekuasaan adalah logis, menurut nalar kaum realis dan Machiavelis. Politik kepentingan bisa mempertemukan berbagai aliran ideologi, agama atau lebel apapun namanya untuk sebuah kepentingan. Kepentingan yang utama adalah kepentingan berburu material.

“Kalau orang Batak bilang hepeng, fulus kata orang Arab. Kalau pemikir struktural menggunakan istilah rent seeking atau pemburu rente,” ujarnya.

Dalam konstelasi seperti itu, sinyalemen kaum Marxian ada benarnya, bahwa agama, hukum, budaya, aparatur bisa dimanipulasi bahkan bisa berfungsi sebagai alat legitimasi, alat kekuasaan, alat kepentingan para pemilik modal (kapitalis) untuk melindungi dan melanggengkan kepentingan-kekuasaannya.

Menurut TB Massa, tokoh Habib Rizieq adalah kekuatan yang lahir dari bawah, diluar mainstream politik formal. Ternyata ia tidak bisa dikontrol oleh penguasa, ia dianggap sangat berbahaya, karena itu ia harus “dibunuh sebelum memporak-porandakan rencana besar pemilik kepentingan kapital dalam menjalankan skenario 2019 mendatang. *MTQ

Ayo Berbagi!