KomTak: Ahok Tidak Layak Dapat Award Anti Korupsi, Cabut Penghargaan dari BHACA dan Gus Dur Award

Ayo Berbagi!
Lieus Sungkharisma, Koordinator Komunitas Masyarakat Tionghoa Anti Korupsi (KomTak)
Lieus Sungkharisma, Koordinator Komunitas Masyarakat Tionghoa Anti Korupsi (KomTak)

SwaraSENAYAN.com. Komunitas Masyarakat Tionghoa Anti Korupsi (KomTak), mendesak Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) dan Keluarga Besar almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk segera mencabut anugerah Bung Hatta Anti Corruption Award dan Gus Dur Award yang sempat mereka berikan kepada Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Menurut Koordinator KomTak, Lieus Sungkharisma, ada dua alasan utama mengapa pihaknya meminta agar anugerah yang pernah diberikan kepada Ahok itu segera dicabut. Demikian pernyataannya kepada SwaraSENAYAN (15/4/2016).

Pertama, katanya, karena Ahok ternyata bukan orang bersih. “Sebagaimana dinyatakan BPK RI, ada indikasi keterlibatan Ahok dalam kasus korupsi pembelian RS Sumber Waras yang merugikan negara hingga ratusan milyar rupiah,” ujar Lieus.

Kedua, kata Lieus lagi, karena prilaku Ahok sama sekali tidak sesuai dengan sikap dan kepribadian Gus Dur sebagai tokoh humanis dan pembela rakyat kecil.

“Indikasi adanya kerugian negara dalam pembelian RS Sumber Waras sebagaimana yang dinyatakan BPK, serta kasus suap reklamasi Teluk Jakarta yang melibatkan anggota DPRD DKI Jakarta, adalah bukti bahwa Ahok sama sekali bukanlah tokoh yang bersih. Dan karena itu ia tidak pantas menerima anugerah BHACA itu,” kata Lieus.

Seperti diketahui, pada tahun 2013 Ahok menerima anugerah Bung Hatta Anti Corruption Award dari Perkumpulan BACHA karena saat itu dinilai sebagai pejabat publik yang tergolong bersih. Sedangkan pada Januari 2016 Ahok juga dianugerahi Gus Dur Award oleh Keluarga Besar Gus Dur karena dianggap sebagai politisi yang berani dan tegas, serta anti korupsi.

Namun faktanya, prilaku Ahok yang sangat arogan, berbicara kasar dan tindakannya yang sangat menyakitkan orang kecil, bertolak belakang dengan sikap Gus Dur yang selalu berpihak dan membela rakyat kecil.

Semua fakta tentang Ahok ini, ujar Lieus, sangat bertentangan dengan sikap dan prilaku Bung Hatta maupun Gus Dur. “Bung Hatta adalah tokoh nasional anti korupsi. Bung Hatta dikenal bangsa Indonesia sebagai tokoh yang satu kata dengan perbuatan. Sedangkan Gus Dur adalah sosok tokoh Bangsa pembela rakyat  yang tidak pernah sudi menyakiti rakyat kecil. Gus Dur adalah tokoh yang sangat anti penggusuran,” ujar Lieus.

Adanya dugaan keperpihakan Ahok terhadap para pengusaha sehingga tega menggusur tempat tinggal warga dan menistakan rakyat kecil, kata Lieus lagi, semakin menguatkan bukti bahwa prilaku Ahok sama sekali tidak sesuai dengan sikap, kepribadian dan idealisme Gus Dur.

Atas fakta-fakta itulah, tambah Lieus, Ahok sangat tidak pantas mendapat anugerah award atas nama kedua Bapak bangsa itu. “Prilaku Ahok selama ini telah mencederai nama besar kedua tokoh bangsa tersebut,” jelas Lieus.

Dengan alasan itulah KomTak, kata Lieus, mendesak Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award dan Keluarga Besar Gus Dur agar segera mencabut award yang pernah mereka berikan kepada Ahok.

“Saya yakin, kalau saja Bung Hatta dan Gus Dur masih hidup, kedua tokoh ini pasti akan menangis menyaksikan nama mereka dianugerahkan kepada orang yang prilaku, sikap dan omongannya sama sekali tak bisa jadi teladan,” kata Lieus. ■mtq

Ayo Berbagi!