SwaraSENAYAN.com. April 2016 akan ada evaluasi harga jual BBM, bila mengacu pada rata rata harga MOPS bulan Januari s.d Maret 2016 maka harga jual BBM akan bisa diturunkan bahkan lebih dari Rp.1.000/liter. Tapi pemerintah perlu lebih bijaksana sekarang dan lebih menggunakan pertimbangan kestabilan harga daripada memasuki harga pasar yang tidak menentu. Melihat trend harga minyak dunia, maka bulan puasa dan lebaran nanti harga BBM harus naik karena rata-rata harga crude cenderung dikisaran USD 40 / barel. Beda sekali dengan Januari – Maret 2016 yang jatuh terendah diangka USD 27 / barel.
Demikian pendapat Ferdinand Hutahahean Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) kepada SwaraSENAYAN (28/3).
Menurutnya, sangat beresiko bila pemerintah menurunkan harga BBM terlalu jauh pada April mendatang. Resikonya nanti akan berdampak besar ketika harga harus naik jelang lebaran, tentu ini akan sangat memukul daya beli masyarakat.
“Kenapa pemerintah lebih baik tidak menurunkan harga BBM sesuai harga keekonomian? Kami melihat ada beberapa faktor yang sangat vital bagi kestabilan pasar,” ujar Ferdinand.
Pertama, penurunan harga BBM belum berdampak pada penurunan harga bahan bahan pokok dipasar.
Kedua, penurunan harga BBM ditengah kemampuan daya beli masyarakat yang sudah nyaman dengan harga sekarang tidak perlu diganggu.
Ketiga, bisnis Pertamina terutama penjualan BBM lainnya seperti Pertalite dan Pertamax akan terganggu karena harga cukup jauh selisihnya, sementara Pertamina harus mensubsidi silang hulu yang hampir pasti rugi ditengah anjloknya komoditas ini.
Keempat, hasil keuntungan harga jual BBM sekarang bisa ditempatkan pada pos dana stabilisasi harga ketika harga minyak harus naik jelang lebaran. Sehingga pada saat harus naik, maka harga BBM tidak perlu dinaikkan karena sudah ada dana bantalannya, dengan demikian tidak terjadi lonjakan harga yang tidak terkendali jelang lebaran.
Kelima, keuntungan Pertamina juga bisa digunakan untuk pengembangan energi baru.
Kelima alasan utama diatas menurut Ferdinand harus menjadi pertimbangan serius bagi pemerintah untuk kaji harga BBM periode April. EWI sarankan Premium turun maksimal Rp. 500/liter, jangan lebih dari itu, atau ditetapkan flat diangka Rp. 7000/liter lebih rasional. Harga ini tidak akan berubah hingga akhir tahun.
EWI menyarankan kepada pemerintah agar waspada menetapkan harga jual BBM periode April. Resiko besar akan terjadi ketika nanti jelang lebaran harus naik. Harga akan meroket dan inflasi akan tinggi.
“Kasihan rakyat nanti pada saat lebaran harus dihadapkan pada harga bahan pokok yang melambung. Sebaiknya pemerintah jangan ceroboh lagi. Kestabilan harga lebih penting bagi publik daripada sekedar ngikuti trend fluktuasi harga minyak,” pungkasnya. ■mtq