SwaraSenayan.com. Beragam opini dan harapan dari berbagai lapisan masyarakat bertebaran menyarankan agar tidak memilih pemimpin daerah yang berasal dari dinasti politik. Sebab, kepala daerah yang sering disebut dinasti seperti ini harus dipertimbangkan betul-betul apakah penerusnya kompeten dan berintegritas tinggi dalam mengemban amanah sebagai kepala daerah.
Dinasti politik banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia yang saling mendominasi posisi kepemimpinan daerah. Nampaknya suara masyarakat tersebut direspon cukup serius dari tokoh Bangkalan Madura, KH. Fuad Amin.
Mantan Bupati Bangkalan dua periode ini, 2003-2013, sudah mengambil keputusan politik agar putranya, Makmun Ibnu Fuad Bupati Bangkalan saat ini tidak maju kembali untuk mencalonkan diri sebagai calon bupati Bangkalan untuk kali kedua.
Menanggapi keputusan KH. Fuad Amin tersebut, Imron Amin sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Bangkalan menyatakan mendukung sepenuhnya, bahwa dalam kehidupan di alam demokrasi modern dibutuhkan sikap responsif terhadap kehendak masyarakat.
“Putra beliau yang tidak boleh mencalonkan lagi sangat jelas alasannya, mengapa demikian, karena dari sektor pembangunan dan kemajuan Bangkalan saat ini bisa dikatakan sangat terpuruk dan sangat mengecewakan beliau,” tegasnya.
Menurut Imron, sosok Fuad Amin itu sangat mengedepankan kepentingan masyarakat Bangkalan, kenaikan APBD untuk membangun Bangkalan, pembangunan bertumbuh seperti Jembatan Suramadu, Bangkalan Plaza, Stadion Gelora Bangkalan (SGB).
“Pesan ayahanda kami, jika memegang jabatan itu harus amanah, melayani dan berkhidmat untuk kepentingan ummat. Jangan mementingkan diri sendiri, karena jabatan adalah amanah sekaligus alat untuk menyejahterakan masyarakat,” ujar Imron.
Parameternya adalah mandahulukan kemajuan pembangunan, kesejahteraan dan kebaikan masyarakat Bangkalan.
“Karena acuan standar tersebut, beliau tegas keberpihakannya pada pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini berlaku bagi siapapun, baik putranya sendiri atau orang lain, apabila tidak mengedepankan kepentingan masyarakat Bangkalan beliau sangat marah dan kecewa,” tegas Imron yang mengenyam pendidikan S1 dan S2 di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Imron juga sering mendapat masukan dari kepala desa yang kangen mendambakan hadirnya sosok pemimpin seperti Fuad Amin yang mengayomi, egaliter, ramah dengan masyarakat.
“Beliau itu dalam memimpin Bangkalan sangat terbuka dan akomodatif. Setiap saat menerima perwakilan dari beragam lapisan masyarakat di pendopo kabupaten. Tidak ada jarak antara rakyat dan pemimpinnya,” ujarnya. *mtq