Demokrasi – Medsos dan Teladan Nabi Muhammad dalam Menghadapi Kebatilan

Oleh: Bambang Wiwoho
SwaraSENAYAN.com. Demokrasi itu punya 4 pilar penyangga. Pertama, perangkat Undang-undang / Hukum dan penegakkan hukumnya. Bagamana di Republik Indonesia? Amburadul dan wani piro? Tajam ke bawah tumpul keatas. Undang-undang dan aturan bisa dilanggar dan diubah seenaknya oleh penguasa. Contoh aktual Kereta Api Cepat dan Reklamasi.

Kedua, Sistem Politik dengan Partai Politik dan para elitenya. Bagamana realitanya? Juga amburadul, dikuasai pemodal / pengusaha penguasa (dwi fungsi gaya baru), korup dan wani piro?

Ketiga, Media Massa. Juga seperti halnya pilar 1 dan 2, dikuasai / didominasi oleh pengusaha penguasa.

Lalu, bagaimana dengan pilar keempat, yaitu masyarakat sipil? Ini yang masih bisa diandalkan. Taip itu hanya bisa bermanfaat untuk memperbaiki pilar 1 sampai pilar 3 saja, jika bisa terkonsolidasi menjadi gerakan dan bukan sekedar kumpulan orang-orang yang hanya bisa bermimpi, ndremimil, menggerutu,  ngegrundel, NATO (no action talk only) atau onani opini di ruang-ruang terbatas sepert di FB, di Twitter, BBM, WA, LINE, Telegram, milis dan sejenisnya.

Habis diskusi di ruang ber AC yang nyaman dan nulis di medsos sudah puas dan tidur nyenyak, seperti orang yang habis “onani”, syur sendirian tanpa bisa membuat orang lain ikutan syur.

Masyarakat sipil baru akan bisa memperbaiki kualitas demokrasi dan menyelamatkan keadaan apabila bisa bersatu menjadi gerakan sebagaimana dianjurkan junjungan mayoritas penduduk negeri ini yaitu Kanjeng Nabi Muhammad Saw, mengubah kemungkaran dan kebatilan dengan perbuatan atau gerakan.

Bukan hanya denga sekedar lisan dan hati. Karena itulah selemah-lemahnya iman. Hal itu juga telah dicontohkan oleh perjuangan Kanjeng Nabi, yang bukan hanya dengan sekedar ndremimil dan berdoa.

Termasuk yang manakah kita? Semoga kita menjadi pengikut setia Kanjeng Nabi Muhammad dan bukan orang-orang lemah yang hanya pandai menggerutu apalagi ‘onani opini’. ■