Islam Dan Pancasila

Ayo Berbagi!

Oleh : Zainal Muttaqin – Direktur Program Suwaib Amiruddin Foundation (SAF)

SwaraSenayan.com – Prinsip paling fundamental Islam adalah Bertaqwa kepata Allah SWT, maka Pancasila menempatkan posisi Agama sebagai fundamental bagi setiap warga negara Indonesia.

“Tidak hanya bangsa ini bertuhan, tapi tiap-tiap orang bangsa Indonesia hendaknya bertuhan.” (Pidato Soekarno 1 Juni 1945).

Disamping itu sikap ketaukhidan tertanam kuat sebagaimana surat Al-Ikhlas : 1 “Katakanlah adalah Dia (Allah) yang Esa”. Fundamen inilah yang menancapkan kekuatan Nasionalisme ala Indonesia, sehingga keutuhan bangsa masih terjaga sampai saat ini.

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/ryaas-rasyid-pancasila-harus-dijalankan-jangan-digendong-terus/

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/mengenang-lahirnya-pancasila/

Baca juga: https://www.swarasenayan.com/yudi-latif-terima-kasih-mohon-pamit/

Atas dasar itulah maka hendaknya kita, setiap manusia Indonesia saling mengasihi, saling mengayomi, saling menguatkan sari setiap terjangan arus modernisasi. Karena pada prinsipnya sejarah Indonesia memiliki perbedaan yang tajam dengan sejarah Eropa sebagai tonggak modernisasi klasik. Maka nasionalisme kita berbeda coraknya dengan nasionalisme Barat, untuk itu prinsip kemanusiaan menjadi landasan kedua daripada pembangunan bangsa ini.

Sebagaimana bisa kita kutip surat An-Nisa : 135 yang berbunyi “maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, hendaklah kamu menjadi manusia yang adil.” Maka kemanusiaan yanh adil dan beradab menjadi suatu jembatan madani bagi bangsa Indonesia.

Persatuan dan kesatuan bangsa juga menjadi landasan dalam pembangunan negara ini. Atas perwujuan kesatuan bangsa Indonesia, maka sesungguhnya prinsip “Persatuan Indonesia” mengedepankan komitmen silaturrahim bagi seluruh elemen bangsa, prinsip saling mengenal dan bersaudara menjadi dasar keutuhan bangsa ini, sebagaimana yang tersajikan dalam Surat Alhujarat : 13 yang berbunyi “Dan kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling kenal-mengenal.” Pada prinsip persatuan, sikap tabbayun lah yang perlu dikedepankan ketimbang egosentrik golongan.

Keutamaan Indonesia dalam hal demokrasi bagi saya jauh lebih maju daripada demokrasi Barat, kenapa? Karena demokrasi kita mengenal prinsip permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan yang secara terang benderang merupakan anjuran Islam dalam memecahkan permasalahan atau dalam menghadapi kebuntuan ialah dengan bermusyawarah, sebagaimana yang terdapat dalam ayat 38 surat As-Syuro “sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka”, adapula hadits yang mengatakan “bermusyawarah lah dalam menentukan seorang pemimpin diantara orang-orang yang mengerti.”

Terakhir, Pancasila merupakan dasar negara yang paling maju di muka bumi, karena jelas mengeksplisitkan kalimat “kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sebagai cita-cita bangsa yang disimpan pada dasar Indonesia merdeka. Kemajuan cita-cita ini juga secara eksplisit tersapat dalam Qur’an Surat An-Nahl : 90 “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil…” Maka atas dasar-dasar itulah kita hendaknya mengedepankan prinsip saling memghormati satu dengan yang lain, prinsip saling melindungi dan prinsip untuk saling menjaga keutuhan bangsa, sebagai pengakuan kita pada prinsip ketuhanan.

Ketuhanan bukanlah sekedar sikap taukhid kita, tapi sikap saling menjaga keharmonisan dan kedamaian antar sesama ciptaan tuhan. Keseimbangan menjadi penting disini, baik keseimbangan terhadap alam dan lingungan, maupun keseimbangan hubungan antar manusia, yang tidak saling merusak, tidak saling mendesak, tidak saling menyerang dan  tidak saling menghantam. Kebersamaan harus menjadi konsensus bersama demi keutuhan bangsa, karena pada dasarnya bangsa kita adalah bangsa kekeluargaan yang dibingkai melalui Bhineka Tunggal Ika.

Sejatinya Islam ada dan menjiwai dari setiap butir dalam pancasila, dan Pancasila berada pada setiap jiwa orang-orang Indonesia. Maka jauhkanlah klaim atas oraganisasi paling pancasilais atau setiap orang yang paling Pancasilais, karena Pancasila adalah ideologi negara, bukan ideologi setiap orang atau organisasinya. Saya pun dalam membuat tulisan ini tidak mengklaim bahwa saya paling Pancasilais, tapi ini merupakan cermin dan pengingat bagi kita semua bahwa pondasi kehidupan bernegara kita mengintegralkan nilai-niali religious dengan nilai-nilai kebangsaan.

Demikianlah opini singkat saya di bulan Bung Karno ini, semoga menjadi semangat mengkoreksi diri untuk lebih baik. *SS

ADVERTISEMENT
Ayo Berbagi!