Politisi Hanura: Gerakan Ganti Presiden Sudah Kehilangan Momentum

Ayo Berbagi!

SwaraSenayan.com. Momentum dalam ilmu mekanika adalah perkalian antara massa dan percepatan, tapi dalam arti kata dalam bahasa Indonesia adalah kesempatan atau saat yang tepat.

Kalau kita gabungkan itu semua dalam bentuk momentum politik, maka bisa berarti bahwa untuk meraih kemenangan diperlukan perlibatan jumlah massa yang besar dengan aktifitas politik yang semakin cepat dan sesering mungkin untuk memperoleh keuntungan politik di waktu yang tepat.

Demikian disampaiakan Ketua Fraksi Hanura DPR, Inas Nasrullah Zubir kepada SwaraSenayan, Minggu (22/7/2018).

Inas menyoroti “Gerakan Ganti Presiden” yang dimotori oleh Mardani Ali Sera dan Neno Warisman, awalnya begitu intens sehingga viral di dunia maya tapi tidak disertai kemasifan massa di dunia nyata.

“Mereka lebih cenderung mengadakan deklarasi dari kota ke kota yang sangat melelahkan dan justru dapat menimbulkan kejenuhan dan kejemuan akibat kelelahan karena tidak memiliki agenda rencana yang jelas serta dana yang terbatas,” ungkap Inas.

Gerakan ini menurut Inas hanya sekedar menjadi euforia dari #(hastag) Ganti Presiden  yang dipopulerkan di kalangan netizen, padahal kita tahu bahwa viral di dunia maya tidaklah bertahan lama karena setiap hari akan muncul ribuan issu viral lainnya.

Karena itu, upaya untuk menaikkan kembali libido syahwat melalui “Gerakan Ganti Presiden” yang dilakukan dengan berbagai cara tapi sayangnya malah blunder, karene justru mendapat cibiran negatif yang menjadi viral juga di kalangan netizen.

Inas menyebutkan beberapa cibiran balik dari yang anti terhadap gerakan ini, yaitu sebagai berikut:

Pertama, deklarasi atau lebih tepatnya demo ganti presiden yang diselenggarakan di depan warung markobar Solo, milik anaknya Jokowi telah menutup akses ke warung tersebut sehingga menghalangi pelanggan markobar untuk berbelanja di warung tersebut, kemudian dianggap netizen sebagai upaya melecehkan, menghambat dan mendzolomi usaha anak Presiden Indonesia, dan hal itu sangat tidak pantas dilakukan oleh mereka yang membawa-bawa Islam dalam kemasan “Gerakan Ganti Presiden”.

Kedua, upaya untuk memviralkan ancaman kekerasan dengan bom molotov yang tidak meledak terhadap penggagas Gerakan Ganti Presiden, di rumah Mardani Ali Sera ternyata hanya rekayasa belaka, karena CCTV di sekitar rumah tersebut tidak merekam adanya pelemparan bom molotov tersebut dan juga bom-nya sendiri tidak meledak.

Ketiga, uapaya untuk memviralkan terbakarnya mobil Neno Warisman yang juga salah seorang pengggagas Gerakan Ganti Presiden juga gagal karena terbukti bahwa mobil tersebut terbakar karena kortsleting yang memang sudah terdeteksi sejak awal oleh supir Neno Warisman.

Inas menganggap upaya kedua dan ketiga adalah upaya untuk mengejar dan mencari kembali momentum Gerakan Ganti Presiden, tapi sayangnya gagal menaikkan eskalasi suhu gerakan tersebut baik di dunia maya maupun nyata bahkan cenderung semakin menurun suhunya. *SS

Ayo Berbagi!