SwaraSenayan.com. Sembilan Koordinator Kecamatan (Korcam) yang mengaku sebagai Tim Pemenangan Pasangan Cagub/Cawagub NTB nomor urut 4, H. Ali Bin Dachlan – TGH. L. M. Gede Sakti (Ali-Sakti) di Kabupaten Lombok Barat dikabarkan secara berjamaah mengundurkan diri. Surat bermaterai pengunduran diri sembilan Korcam itu diketahui setelah beredar di media sosial.
Dalam surat bermatrai pengunduran diri tersebut tidak disebutkan alasan. Mereka hanya menegaskan pengunduran diri mereka sebagai tim penghubung, sehingga dikemudian hari mereka tidak akan bersedia untuk diminta bekerja terkait aktifitas pemenangan Ali-Sakti.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Tim Pemenangan Ali-Sakti, M. Zainul Pahmi kepada SwaraSenayan, terkait surat pengunduran sembilan korcam tersebut, mengatakan pihaknya meragukan bahwa mereka adalah bagian dari relawan pemenangan Ali-Sakti.
Sebab menurut Pahmi, pasangan Ali-Sakti tidak pernah membentuk tim pemenangan di tingkat kecamatan, namun yang ada hanyalah tim relawan berbasis kecamatan.
“Banyak yang merasa sebagai Tim pemenangan, padahal sejak awal konsep kami semua relawan. Itulah yang membuat saya heran, pengorganiasian kami itu berbentuk relawan di masing-masing kecamatan, bukan korcam,” kata Pahmi, dalam keterangannya melalu WA kepada redaksi, Selasa (5/6/2018).
Oleh karena itulah pihaknya meragukan bahwa mereka yang mengundurkan diri tersebut sejak awal bukanlah sebagai relawan pemenangan Ali-Sakti. Namun demikian Pahmi tak berspekulasi bahwa mereka adalah orang-orang yang sengaja disusupkan oleh tim lawan untuk melemahkan tim pemenangan Ali-Sakti.
“Relawan dan pendukung itu datangnya dari kesadaran. Kalau masih ada motif-motif lain seperti meminta komitmen, mungkin mereka memang bukan pendukung dari awal. Karena kita berangkat dari calon rakyat yang menggunakan mesin relawan. Itulah yang menjadi concern jaringan kerja kami dalam menghimpun partisipasi masyarakat. Jadi tidak ada istilah komitmen, kecuali komitmen untuk melayani rakyat, itu menjadi harga mati,” tegasnya.
Tim Ali-Sakti yang dibentuk menurut Pahmi sebagai aktualisasi untuk turut serta memberikan pembelajaran kepada rakyat melalui pematangan dalam proses berdemokrasi yang sesungguhnya, bukan ada embel-embel yang lainnya.
“Sangat berbeda antara jadi relawan dan jadi Tim kalau calon dari partai, itu soal biasa terkait janji-janji dan iming-iming. Kalau kami ini calon dari rakyat menggunakan KTP, jadi yang ada relawan, sejak pengumpulan KTP dengan sukarelawan di tiap-tiap posko,” sambungnya.
Bahkan untuk perekturan Relawan, masyarakat mendaftar sendiri tanpa diminta. Karena pihaknya membuka diri kepada masyarakat yang mendukung tanpa ada unsur paksaan. Sehingga pahmi mengaku bahwa relawan di Lobar cukup banyak.
“Ali-Sakti punya lebih dari tujuh relawan di Lobar dan semua terkontrol, kita ini calon dari rakyat. Relawan adalah ujung tombak kami. Kami punya lebih dari tujuh relawan di Lobar. Salah satunya alim ulama TGH Muchlis Ibrahim,” katanya menyindir para pembelot yang dianggap hanya beberapa orang saja.
Pahmi menegaskan semua masih sesuai rencana. Sebagai calon perseorangan, ia mengklaim Pasangan Ali-Sakti didukung langsung oleh rakyat. Inilah yang diakui sebagai kekuatan menghimpun partisipasi rakyat secara langsung dalam memilih pemimpin NTB kedepan.
“Kita membuka diri bagi siapapun untuk mendukung dan menjadi relawan Ali-Sakti, tak boleh dipaksa-paksa,” tegasnya.
Dia menegaskan relawan sudah lama bergerak secara sukarela, semisal kala pengumpulan KTP.
“Relawan juga gabung sendiri, bukan kami yang minta. Makanya aneh kalau mau undur diri dari Ali-Sakti kok harus didramatisir,” pungkasnya. *MTQ