Oleh: Batara R. Hutagalung
SwaraSenayan.com. Ada adagium yang menyebut bahwa kekuasaan itu manis, makin lama berkuasa, makin manis rasanya. Di seluruh dunia, kelompok yang sedang berkuasa tentu ingin mempertahankan kekuasaan, ingin mempertahankan manisnya kekuasaan. Kadang-kadang dengan segala cara. Yang paling ditakuti oleh penguasa yang zalim adalah kekuatan rakyat yang sudah tidak ingin dipimpin oleh penguasa yang zalim dan sewenang-wenang.
Biasanya penguasa mengaitkan people power sebagai gerakan atau aksi damai rakyat dengan tindak kekerasan, kerusuhan, penjarahan, tindakan-tindakan anarkis lain. Namun gerakan rakyat di banyak negara adalah aksi damai, yang berhasil menekan pemerintah yang berkuasa untuk merubah kebijakan, atau melengserkan pemerintah, bahkan memberi kemerdekaan kepada bangsa yang dijajah, seperti halnya di India.
Di dunia internasional dikenal civil rights movement (gerakan hak masyarakat sipil) yang merupakan fungsi kontrol sosial masyarakat terhadap suatu pemerintah, atau untuk melakukan protes terhadap hal-hal yang dinilai tidak sesuai dengan kehendak rakyat.
Civil rights movement yang paling terkenal adalah yang digerakkan oleh Martin Luther King Jr., tanggal 28 Agustus 1963 di Washington, Ibukota Amerika Serikat. Aksi damai yang diikuti oleh sekitar 300.000 warga, terutama kulit hitam, adalah untuk memprotes politik rasis dan diskriminatif dari pemerintah Amerika Serikat terhadap warganya yang berasal dari keturunan Afrika, yang sebagian besar adalah keturunan para budak. Aksi damai ini adalah kelanjutan dari aksi-aksi di berbagai kota di Amerika Serikat, a.l. di Birmingham, Alabama, bulan April-Mei 1963.
Aksi damai di Washington tersebut berhasil merubah politik dalam negeri Amerika Serikat untuk persamaan hak seluruh warganya, walaupun dengan harga yang mahal yang dibayar oleh Martin Luther King Jr. Dia ditembak mati oleh pria kulit putih yang rasis.
Gerakan Rompi Kuning di Perancis sejak tahun 2018 yang lalu, telah berhasil menekan pemerintah Emanuel Macron untuk merubah beberapa kebijakan yang tidak dikehendaki oleh rakyat. Gerakan damai Mahatma Gandhi, AHIMSA (tidak menggunakan kemerasan), yang menganjurkan agar rakyat India melakukan pembangkangan dan SWADESI yaitu memboikot produk-produk Inggris, sang penjajah, telah berhasil menekan pemerintah kolonial yang kemudian memberikan kemerdekaan kepada India. Juga dengan harga yang sangat mahal, yaitu Mahatma Gandhi tewas ditembak oleh seorang ekstremis tanggal 20 Aguatus 1948.
Adalah di Filipina yang pertama kali civil rights movement disebut sebagai People Power, aksi damai tanpa menggunakan kekerasan, yang berhasil memaksa sang diktator yang telah berkuasa selama 20 tahun, Fersinand Marcos lengser, dan melarikan diri ke luar Filipina.
Gerakan people power di Indonesia telah dimulai sejak bulan September 1945, di mana rakyat Indonesia membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang menjadi cikalbakal TNI, dalam mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Di Indonesia, gerakan people power yang dilakukan oleh para mahasiswa pada bulan Mei 1998, dengan menduduki gedung DPR RI/MPR RI tanpa kekerasan, telah berhasil memaksa penguasa orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun untuk lengser keprabon.
Kerusuhan-kerusuhan dan penjarahan-penjarahan toko-toko, yang terjadi sebelum people power, gerakan mahasiswa, tidak dapat dikaitkan dengan aksi damai dari para mahasiswa. Para petinggi di Republik Indonesia pasti mengetahui, bahwa kerusuhan-kerusuhan di bulan Mei 1998 tersebut diciptakan untuk memperkeruh suasana.
Kerusuhan-kerusuhan tersebut bukanlah people power, karena tujuannya bukan untuk perubahan, melainkan tindakan kriminal untuk menjarah toko-toko. Apabila ditinjau lebih dalam, kerusuhan-kerusuhan tersebut dilakukan secara Terstruktur, Sistematis dan Massif (TSM). Sebagian kalangan di Indonesia menilai, bahwa kerusuhan-kerusuhan tersebut adalah operasi intelijen.
Beberapa hari yang lalu, mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn.) Moeldoko mengancam, akan menggunakan TNI jika ada people power. Oleh karena itu penguasa saat ini, tidak perlu alergi atau fobia terhadap kata people power. *SS