SwaraSenayan.com. Komite Relawan Nasional Indonesia (KORNI) menepis isu mengenai Indonesia mengalami de-industrialisasi atau kemunduran kinerja sektor industri. Ia menilai sebaliknya, bahwa selama empat tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), aktivitas industri manufaktur nasional semakin bergairah.
“Apalagi, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dan arah yang jelas dalam pengembangan industri manufaktur nasional agar bisa lebih berdaya saing global di era digital atau industri 4.0,” kata Ketua Umum KORNI M. Basri BK dalam keterangannya, Rabu (15/1/2019).
Basri menyebutkan, data World Bank tahun 2017 menunjukkan negara-negara industri di dunia, kontribusi sektor manufakturnya terhadap perekonomian rata-rata sekitar 17 persen.
“Jadi, di tingkat dunia, sudah tidak ada lagi sumbangan sektor manufaktur kepada ekonomi negara yang mencapai 30 persen seperti era tahun 2000-an,” ungkapnya.
Adapun lima negara yang sektor industri manufakturnya mampu menyetor di atas rata-rata tersebut, yakni China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), Jerman (20,6%), dan Indonesia (20,5%).
Sementara itu, negara-negara dengan kontribusi industrinya di bawah rata-rata 17 persen, antara lain Meksiko, India, Italia, Spanyol, Amerika Srikat, Rusia, Brasil, Perancis, Kanada dan Inggris.
“Artinya, kita sudah masuk lima besar di antara negara industri tingkat dunia. Bahkan, Indonesia merupakan negara terbesar di Asean, yang ekonominya sudah masuk dalam klub USD1 triliun atau sepertiga dari ekonominya Asean,” imbuhnya.
Basri menambahkan, saat ini pertumbuhan ekonomi global tidak lagi dua digit.
“Di China saja single digit. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, saat ini kita sedang memasuki realitas norma baru,” ujarnya.