Lebaran Betawi dan Multikultural

Ayo Berbagi!

Oleh : Usni Hasanudin, Pengajar Budaya dan Perilaku Politik FISIP UMJ dan Direktur Eksekutif Laboratorium Ilmu Politik FISIP UMJ.

SwaraSenayan.com. Tanggal 21 Juli 2019 bersamaan di hari car freeday sebagai rutinitas bersama keluarga ikut memadati jalan Husni Thamrin. Ada yang berbeda tidak seperti hari-hari biasanya. Kami biasa mengakhiri jalan santai di Monas. Sebagai orang Betawi tentu penasaran dan bertanya-tanya, kok banyak orang menggunakan baju sadariyah khas Betawi memadati monas, tak ketinggalan ondel-ondel yang turut memadati area parkir Monas. Baru saya ketahui setelah mendekati panggung acara dengan tajuk Lebaran Betawi.

Selaku orang Betawi tentu merasa bangga, lebaran Betawi menjadi tradisi tahunan yang dapat dinikmati bukan saja untuk orang Betawi melainkan bagi warga Jakarta. Dari beberapa referensi, lebaran Betawi merupakan sebuah ajang silaturahmi bagi para seluruh warga Betawi. Semua orang, keluarga, kelompok, organisasi, hingga sanggar seni, boleh ikut merayakan Lebaran Betawi. Tradisi yang terbilang baru ini digagas dan pertama kali diselenggarakan di tahun 2008 atas gagasan Amarullah Asbah dari Organisasi Bamus Betawi dan di bawah kepemimpinan Fauzi Bowo.

Tapi bukan hanya soal silaturahmi dan kumpul-kumpul. Pelaksanaan lebaran Betawi merupakan bentuk asimilasi warga Betawi di era keterbukaan informasi. Esensi Perayaan lebaran Betawi menjadi satu diantara keinginan untuk menghadirkan tuan rumah didaerahnya sebagai multikulturalisme kosmopolitan. Yaitu sikap yang berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

Monas sebagai lokasi pelaksanaan Lebaran Betawi bukan saja bernilai sejarah. Saya melihat dengan keramaian yang ada, orang Betawi menunjukkan sikapnya yang mau mengajak budaya lain untuk berdialog. Dialog yang dapat menjaga keseimbangan (equilibrium) sebagai bentuk interaksi budaya. Dialogisme yang menarik di perayaan Lebaran Betawi, warga Betawi menunjukkan kehendaknya untuk memecahkan masalah persoalan bersama, tidak menunjukkan dominasi justru membuka ruang bersama yang didalamnya perbedaan dibicarakan, dihargai dan menekan kepentingan kelompok tertentu.

Sisi yang lebih menarik, ornamen, simbol dan pagelaran seni yang ditampilkan. Tidak berlebihan kalau saya mengatakan memiliki kode ganda. Charles Jenks, mendefinisikan kode ganda sebagai pengkombinasian teknik modern dengan merujuk secara simultan pada dua konteks yaitu Betawi masa kini dan masa lalu. Sebuah ornamen dan simbol yang melukiskan lebaran Betawi adalah sebuah keterbukaan yang memberikan kesempatan yang sama bagi berbagai lapisan masyarakat. Tidak ada ornamen maupun simbol yang menciptakan rasa takut masyarakat tetapi menciptakan kegembiraan dalam interaksi sosial dan budaya.

Perayaan yang disertai dengan teriknya matahari tidak membuat keterlibatan seluruh lapisan masyarakat surut. Saya sempat mengunjungi stan-stan yang ada dan mewakili setiap kotamadya. Pluralitas dan heterogenitas budaya menjadi corak tersendiri setiap stan yang sempat saya kunjungi. Cara berpikir yang heterenomi, yaitu penguturan di dalam keanekaragaman, yang di dalamnya pengaturan diri sendiri dikombinasikan dengan pengaturan bersama (baca: Yasraf). Secara kultural perayaan Lebaran Betawi berlandaskan pada keanekaragaman dan berasal dari sumbe-sumber budaya berbeda untuk hidup dan saling kontes, lomba, bersaing, berpacu sehingga menciptakan dinamisitas kultural yang yang kondusif bagi setiap daerah.

Otonomi memang mensyaratkan setiap budaya dapat tumbuh dan berkembang. Meskipun negara sudah menjamin secara konstitusi diperlukan kontinyuitas dan konsistensi semua pihak terkait perayaan lebaran Betawi. Otonomi memang mensyaratkan setiap budaya dapat tumbuh dan berkembang. Meskipun negara sudah menjamin secara konstitusi diperlukan kontinyuitas dan konsistensi semua pihak terkait perayaan lebaran Betawi. Diperlukan satu regulasi khusus agar dapat berdampak pada ekonomi orang Betawi. Kemauan para stagholder baik pemerintah maupun ormas serta pihak terkait agar dapat diselenggarakan lebih baik dan memiliki kontinyuitas. Selamat berlebaran warga Jakarta. *SS

 

 

Ayo Berbagi!