SwaraSenayan.com – Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Hanura langsung tancap gas mengejar ketertinggalan agenda politik. Pasalnya, partai yang dinakhodai Oesman Sapta Odang (OSO) ini masih berada di zona tidak aman untuk menembus ambang batas parlemen (parliamentary thresshold).
Sebagai ikhtiar politik, Bapilu Hanura merupakan badan adhoc yang diberi amanah untuk meramu dan menyusun strategi pemenangan pemilu. Salah satu agenda yang digelar adalah diskusi dengan para pakar dan ilmuwan politik sebagai sparring partner dalam menyusun strategi dan taktik pemenangan.
“Di era demokratisasi yang semakin terbuka sekarang ini, Hanura tetap memiliki peluang untuk menggaet pemilih dalam memenangkan pemilu,” demikian disampaikan Prof. Indria Samego dalam diskusi yang digelar Bapilu Hanura di bilangan Benhil Jakarta (25/5/2018).
Menurutnya, meski ditempatkan oleh rilis lembaga-lembaga survey Hanura kurang aman untuk lolos ambang batas parlemen, Hanura sebagai partai modern sudah memiliki sistem dan pengambilan keputusan organisasi yang demokratis serta kemampuan finansial merupakan kekuatan yang dimiliki nya.
“Ditengah pasar bebas pemilih yang nir-ideologi, semua partai termasuk Hanura memiliki kesempatan yang sama untuk menggaet cerug pemilih yang masih terbuka lebar,” papar Indria.
Soal kekuatan finansial, Indria menyatakan mestinya setiap partai memilikinya. Tapi di Indonesia, keuangan partai itu dimiliki oleh pribadi, akibatnya anggota DPR dari partai politik rentan dengan korupsi untuk memperkaya diri sendiri.
“Pribadi-pribadi inilah sebagai pendukung keuangan partai. Makanya, jangan heran bila para anggota DPR banyak yang terlibat korupsi,” bebernya.
Karena itu, Indria Samego memandang bahwa masuknya OSO kuasai Hanura semata-mata karena alasan kemampuan keuangan dia. Kekuatan finansial inilah yang ditunggu kader Hanura untuk menggerakkan mesin politiknya.
“Jangankan Hanura, partai yang tergolong papan atas saja masih menghadapi persoalan finansial. Jika OSO mampu menggunakan kekuatan finansialnya, Hanura berpeluang besar menjadi pemenang pemilu bahkan menjadi partai papan atas,” jelas Indria.
Namun begitu, Indria tetap memastikan bahwa penguatan kelembagaan dan ideologisasi partai akan menguatkan militansi kader-kader partai sebagai faktor meraih dukungan publik.
“Kekuatan finansial yang dimiliki OSO harus ditransformasikan kedalam peningkatan jaringan politik, perekrutan dan kaderisasi terbuka yang berkesinambungan sehingga melahirkan nilai dasar kejuangan partai yang berorientasi bukan pada figur semata,” papar Indria Samego.
Untuk mencapai target politik tersebut, Indria Samego menyatakan bahwa Bapilu Hanura memiliki posisi strategis untuk menyaring caleg-caleg Hanura yang berkualitas.
“Membangun kekuatan partai politik tidak bisa dilepaskan dari kerja politik anggotanya, terlebih caleg-caleg yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” tegasnya.
Indria mengetengahkan contoh, seorang caleg bisa memenangkan di satu daerah pemilihan di Jawa Barat. Padahal si caleg bukan dari daerah setempat. Kata kunci kemenangannya ya karena caleg aktif menggalang dukungan dari masyarakat, tidak semata-mata mengandalkan pada kekuatan partainya.
Dari sini, Indria Samego memompa semangat kader Hanura untuk tetap optimis meraih kemenangan dan lolos ambang batas parlemen 4%. Perekrutan dan penetapan caleg-caleg yang berkualitas bisa jadi penentu kemenangan Hanura.
“Jangan takut tidak lolos PT, tingkatkan konsolidasi partai intra DPP dan antar pusat dengan daerah. Lebih baik bersatu daripada bercerai berai,” pungkasnya. *mtq