SwaraSenayan.com. Kampus STIE Ahmad Dahlan dikabarkan telah didatangi oleh aparat dari TNI dan Polri yang meminta data dari kampus itu beberapa waktu lalu. Data yang dicari itu disebut-sebut ialah soal penceramah yang mengisi khotbah di lingkungan kampus.
Menanggapi kejadian tersebut, politisi Partai Hanura, Djafar Badjeber angkat bicara. Menurutnya, operasi ini bentuk agitasi untuk memperkeruh suasana yang dilakukan oleh kepentingan tertentu.
“Saya haqqul yaqin presiden Jokowi tidak memerintahkan kepada Kapolri maupun Panglima TNI untuk melakukan pendataan khotib di lingkungan kampus,” tegas Djafar kepada SwaraSenayan (19/4/2018).
Djafar menilai, jika sampai aparat masuk ke kampus, patut diduga itu bentuk sabotase yang memiliki motif untuk membenturkan aparat dengan kampus yang memiliki basis Islam.
“Modus ini sebenarnya sudah usang, tapi tetap saja dilakukan oleh oknum yang memanfaatkan institusi Polri dan TNI. Sebab dengan memanfaatkan operasi ini, akan mudah menyulut stigma bahwa kepemimpinan presiden Jokowi tidak pro terhadap Islam,” papar mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII).
Sebagai pendukung pemerintah, Direktur Eksekutif DPP Partai Hanura ini sangat menyesalkan kejadian aparat masuk kampus yang jelas-jelas menciderai kebebasan akademik. Operasi sweeping macam ini bisa saja dilakukan oleh aparat dari institusi lokal yang patut diduga telah ditunggangi skenario untuk mendiskreditkan Jokowi.
Jika operasi ini tidak dicegah maka dikuatirkan Djafar akan ada stigmatisasi bahwa pemerintahan Jokowi sudah mempraktekkan gaya otoritarian seperti di negara-negara komunis dan otoriter, lazimnya pihak aparat negara melakukan sweeping terhadap isi materi ceramah.
“Karena itu, saya sebagai aktivis Islam sangat terusik bila situasi yang kondusif ini dicederai dengan aksi aparat yang justru bisa membuat keruh,” kata mantan anggota legislator DKI Jakarta selama empat periode ini.
Diakui Djafar Badjeber, jelang Pemilu dan Pilpres ini memang sudah terasa suhu politik kian memanas. Balutan politik identitas dianggapnya sebagai kayu bakar yang mudah menyulut keadaan.
“Nampaknya masih ada pihak-pihak tertentu yang kurang senang dengan gaya presiden Jokowi yang kian akrab dengan alim ulama seperti yang baru-baru ini terjalin dengan ulama se-Jabar dan se-Jateng,” katanya.
Namun demikian, Djafar juga meminta kepada para alim ulama dan khotib untuk tetap memberikan nasihat-nasihat bijaknya kepada presiden Jokowi agar diberi kearifan dan kebijaksanaan dalam menelurkan kebijakan-kebijakan publik yang lebih bermanfaat bagi kesejahteraan ummat. *mtq