SwaraSenayan.com. Tuban, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) gencar melakukan sosialisasi pencegahan stunting mulai dari hulu. Kali ini sosialisasi digelar di Desa Bulujowo, Kecamatan Gancar, Tuban, Selasa (1/11/2022).
Sosialisasi yang digelar bersama mitra kerja ini dihadiri sekitar 150 peserta yang terdiri dari kalangan remaja hingga orangtua sebagai pihak-pihak yang perlu mendapatkan literasi pencegahan stunting mulai dari hulu.
Hadir sebagai pembicara, Mohamad Abu Cholifah, ST. selaku Anggota Komisi 2, DPRD Kabupaten Tuban, Dr. Victor Palimbong selaku Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN RI, Dr. Atiek Supartiningsih selaku Kabid Pengendalian Penduduk dan KB Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Tuban.
“Dalam peraturan daerah menyebutkan bahwa untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan keluarga menjadi kewajiban bersama masyarakat, pemerintah, dan juga pihak-pihak yang lain pemangku kepentingan agar pembangunan keluarga benar-benar dimulai dan dilaksanakan dengan baik,” ujar Mohamad Abu Cholifah dalam paparannya sekaligus membuka acara secara resmi.
Menurutnya, pemerintah kabupaten mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi dalam pemahaman masyarakat terhadap pencegahan stunting, dimulai dari diklat untuk pasangan yang akan menikah, ilmu kesejahteraan keluarga, mengandung, melahirkan, hingga asupan gizi pada pola asuh anak.
Abu Cholifah menegaskan bahwa pembangunan di sektor pemberdayaan perempuan dan anak di Tuban belum menjadi prioritas, karena belum ada dinas yang menangani secara khusus. Padahal, angka prosentasi stunting di Kabupaten Tuban ini masih lumayan tinggi. Angka stunting di Kabupaten Tuban menurut data Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) di tahun 2021 prevalensi stunting masih berada pada angka 25,1 persen. Angka tersebut berada di atas provinsi yaitu 23,5 persen dan nasional 24,4 persen.
“Ini menjadi perhatian kami dari DPRD Tuban sehingga kami terus mendorong untuk melakukan pembinaan keluarga masyarakat. Persoalan kesejahteraan di Tuban harus terus diupayakan termasuk kerjasama dalam kolaborasi dengan BKKBN sebagai mitra kerja DPR RI ini,” katanya.
Acara sosialisasi yang berjalan dengan penuh kekeluargaan ini memang diharapkan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pencegahan terhadap stunting.
“Kami berharap kegiatan ini benar-benar bermanfaat, dapat memberi pemahaman dan pendidikan masyarakat terhadap pencegahan stunting sehingga ada peningkatan kesejahteraan, pengetahuan dan wawasan kepada seluruh penduduk, khususnya bagi warga Tuban khususnya,” imbau Abu Cholifah.
Sementara itu, Dr. Victor Palimbong selaku Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN RI dalam paparannya kembali menegaskan pentingnya menekan angka stunting tentunya menjadi tanggungjawab bersama pemerintah serta seluruh stakeholder. Untuk itu, sebagai salah satu upaya menekan angka stunting dilakukan sosialisasi secara gencar mulai hulu, tentang arti pentingnya hidup sehat guna mencegah bayi stunting. Terlebih angka stunting di Tuban masih di atas angka rata-rata Jawa Timur dan nasional.
Dijelaskan definisi stunting, yaitu kumpulan dari berbagai penyakit biasanya disebut sebagai kurang gizi, infeksi berulang pada anak kecil berumur dibawah 2 tahun, sering sakit-sakitan, pengasuhannya yang kurang baik, dan tinggi badan tidak sesuai dengan berat badan.
“BKKBN mempunyai inovasi yaitu mencegah sebelum kehamilan. Jadi calon ibu, calon pengantin, remaja, semua gizinya harus terpenuhi dengan baik agar melahirkan anak-anak yang sehat. Untuk itu dikampanyekan ada 4 jangan, yaitu jangan terlalu banyak, jangan terlalu rapat, jangan terlalu tua, dan jangan terlalu muda,” urai Victor.
Victor juga menegaskan kepada peserta, orang tua zaman sekarang harus punya 1001 cara untuk menyampaikan apa yang kita inginkan pada anak-anak remaja. Menyampaikan pesan supaya jangan kawin terlalu muda, ini merupakan salah satu strategi komunikasi agar anak-anak remaja memiliki pengetahuan yang cukup terkait masalah reproduksi maupun gizi.
“Anak-anak sekarang memiliki cara yang berbeda dengan generasi sebelumnya, maka diperlukan cara berkomunikasi yang efektif dan cara yang tepat. Jangan sampai anak-anak kita mendapatkan sumber informasi yang salah,” kata Victor.
Selanjutnya, narasumber yang ketiga yaitu dr. Atiek Supartiningsih selaku Kabid Pengendalian Penduduk dan KB Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Tuban menyampaikan tentang ajakan bersama-sama menangani stunting yang sudah ada dan mencegah munculnya stunting yang baru.
“Penanganan terhadap stunting ini menjadi tugas semua elemen masyarakat. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dapat dilihat secara fisik atau badannya dan perkembangan dapat dilihat dari otaknya. Cara mengetahui umur, berat badan dan tinggi anak seimbang harus datang ke posyandu,” ujarnya.
Diungkapkan, bahwa angka stunting di Kabupaten Tuban masih tinggi yaitu 25.1%. Angka yang lebih tinggi dari rata-rata provinsi dan nasional. Secara khusus, angka stunting di Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban kurang lebih 382 anak.
“Menjadi tugas bersama untuk memberi perhatian besar pada penanganan stunting mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca melahirkan, dan balita,” terangnya.
Atiek juga menegaskan dan menghimbau kepada remaja putri untuk peduli terhadap Kesehatannya dengan memberi tablet penambah darah, yang biasanya remaja putri ini enggan meminumnya. Padahal pemberian tablet ini sangat beranfaat bagi kesehatan reproduksinya.
“Banyak remaja putri anemia atau kekurangan darah maka kami beri tablet penambah darah satu minggu sekali, jadi dalam 1 tahun itu ada 52 kali. Hal ini dapat mencegah terlahirnya anak stunting karena jika anak umur lebih dari 2 tahun sulit untuk diubah,” pungkasnya. *