Wakil Ketua DPRD Tuban: Stunting Harus Kita Tanggulangi Bersama-sama

oleh -82 Dilihat
oleh
banner 468x60

SwaraSenayan.com. Tuban, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus gencar melakukan Sosialisasi dan KIE Program Banagga Kencana bersama H. Abidin Fikri, SH. MH. selaku anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP. Kali ini sosialisasi digelar di Trubus Subur Boutique Sidorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Minggu (6/11/2022).

“Saya menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya yang mestinya Pak Abidin Fikri bisa hadir pada acara hari ini, karena tugas dan tanggung jawab yang lain maka beliau belum bisa hadir. Namun demikian mari kita tetap mendoakan agar beliau tetap mendapat perlindungan, kekuatan, dan kesehatan dari Allah SWT untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai wakil rakyat,” ujar Andhi Hartanto, S.Pd  selaku Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tuban.

banner 336x280

Lanjutnya, kegiatan hari ini kerjasama antara Komisi IX DPR RI dengan BKKBN sebagai mitra kerja berupa Sosialisasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi program pembangunan keluarga kependudukan dan keluarga berencana dengan tema hari ini adalah mencegah stunting mulai dari dalam kandungan.

“Stunting menjadi isu yang sangat besar dalam pemerintahan Pak Jokowi. Semua komponen pemerintahan, elemen masyarakat digerakkan bersama-sama dalam mencegah stunting,” tegas Andhi.

Andhi menjelaskan bahwa stunting harus ditanggulangi secara bersama-sama, sebab jika sudah terjadi akan sulit untuk ditanggulangi, karena itu harus dicegah mulai dari awal. Mulai dari pernikahan, usia, apakah sistem reproduksinya sudah siap atau belum.

“Angka stunting di Kabupaten Tuban berdasarkan survei dikisaran 25%, angka ini masih tinggi dari rata-rata provinsi dan nasional. Sehingga Pak Jokowi menyampaikan 2024 harus turun sampai di angka 14%. Ini penkerjaan yang berat, harus dilakukan bersama-sama dari pemerintahan Kabupaten Tuban sampai RT / RW melalui seluruh celah menggunakan dana desa dan lainnya,” serunya.

Dikatakan, dampak dari anak-anak yang stunting harapan kedepannya sangat terbatas. Selain menjadi beban keluarga juga menjadi beban pemerintah dan masa depan generasi bangsa. Pihaknya juga sedang membahas Raperda Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga yang didalamnya termasuk ada bagaimana pencegahan stunting dimulai dari keluarga.

“Tentu kita sebagai keluarga berharap dijauhkan dari stunting. Saya berharap peserta hari ini dapat mendengarkan materi dengan baik dan seksama mengenai apa itu stunting, kemudian bagaimana cara pencegahannya,” imbau Andhi.

Dalam sambutan sekaligus paparannya, Andi menegaskan bahwa pemerintah daerah melalui Bupati dan Wakil Bupati bersama-sama DPRD Kabupaten Tuban terus bergerak sampai ke bawah agar angka stunting ini bisa dicegah semaksimal mungkin.

“Saya sampaikan terimakasih kepada kader KB yang tetap semangat menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat berkaitan dengan program-program Bangga Kencana,” ucapnya.

Selanjutnya, Nyigit Wudi Amini, S.Sos, M.Sc selaku Sekretaris Perwakilan BKKBN Jawa Timur menyampaikan materi berkaitan dengan stunting yang salah satunya harus memperhatikan remaja.

Pesannya kepada masyarakat bahwa kunci pengasuhan pada remaja adalah komunikasi yang efektif. Beberapa hal yang dapat orang tua lakukan dalam berkomunikasi dengan remaja diantaranya menghargai pendapat remaja, banyak mendengar apa yang dia sampaikan, hindari menghakimi merupakan cara komunikasi dengan remaja yang baik.

Selain itu untuk menetapkan aturan bagi remaja sebaiknya dengan membangun kesepakatan artinya melibatkan remaja dalam membuat aturan.

“Komunikasi yang baik tidak main perintah atau melarang namun membangun kesepakatan lalu konsisten melaksanakannya. Hal ini diharapkan orang tua menjadi sumber informasi dan pendidik utama mengenai kesehatan reproduksi agar siap dalam berkeluarga,” tegas Nyigit.

Dari sisi program di BKKBN ada Program Genre (Generasi Berencana) melalui PIKR (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) untuk langsung menyentuh remaja dan BKR (Bina Keluarga Remaja) yang menyasar keluarga remaja. Memperhatikan remaja merupakan rangka penguatan program Bangga Kencana untuk percepatan penurunan stunting, Hal ini sebagai upaya meningkatkan komitmen untuk menjalankan program Bangga Kencana, khususnya Percepatan Penurunan Stunting, untuk mencapai zero stunting di wilayah Jawa Timur.

Narasumber yang ketiga yaitu dr. Atiek Supartiningsih selaku Kabid Pengendalian Penduduk dan KB Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Tuban menyampaikan materi mengenai stunting.

Atiek menjelaskan bahwa bayi stunting pada usia 0-2 tahun mungkin masih bisa diintervensi, jika sudah usia 2 tahun ke atas itu tetap bisa dilakukan intervensi namun hasilnya tidak maksimal, oleh karena itu dicegah supaya tidak terlahir bayi yang stunting.

“Ada 5 sasaran yang harus kita intervensi untuk mencegahnya yaitu Remaja Putri, Calon Pengantin, Ibu Hamil, Ibu Pasca Melahirkan/Ibu Menyusui, dan Balita/Baduta,” terangnya.

Karena itu, remaja putri harus kita perhatikan mulai dari pola makannya, karena jika kekurangan makan bisa menyebabkan anemia / kekurangan gizi. Hubungannya ketika dia berkeluarga dan melahirkan dalam posisi kekurangan darah, anak yg terlahir kemungkinan stunting.

Dinas Kesehatan Pendataan Penduduk dan KB bekerjasama dengan banyak sekolah mempunyai program pemberian tablet tambah darah untuk anak-anak SMA setiap minggu 1 kali. Ini perlu pengawasan karena terkadang tabletnya hanya dipegang, disembunyikan lalu dibuang. Kemarin kami mengadakan aksi bergizi di beberapa sekolah SMP & SMA untuk bersama-sama minum tablet penambah darah dengan tujuan memastikan bahwa tablet benar-benar diminum remaja putri agar tidak anemia.

Kedua, calon pengantin. Tiga bulan sebelum menikah harus sudah mendapat pendampingan dari puskesmas. Tujuannya persiapan untuk kehamilannya. Ada aplikasi Siap Nikah dan Hamil dari BKKBN, bisa langsung dipasang dan masukan data dengan lengkap, nanti akan terlihat kesimpulan apakah sehat, atau ada gangguan gizi/anemia, kemudian usia sudah cukup / belum dan lain-lain.

Selanjutnya ibu hamil harus dipantau satu bulan sekali oleh tenaga kesehatan atau tim pendamping keluarga yang teridiri dari Kader KB, Kader PKK, dan Bidan. Agar kondisinya betul-betul sehat, tidak kekurangan energi kalori, gizinya bagus, tidak anemia, tidak ada penyakit-penyakit infeksi sehingga ketika melahirkan bayinya sehat. Jika ibu sehat bayinya sehat karena bayi dalam kandungan mendapat gizi dari ibunya. Lalu ibu pasca melahirkan yang diwajibkan memberi ASI ekslusif selama 6 bulan dan harus KB. Kemudian balita khusunya baduta. Jika bertemu dengan yang gizi kurang harus diintervensi dengan tambahan makanan bergizi.

Terkait dengan stunting bukan hanya gizi saja, tetapi juga lingkungan. Jika lingkungannya tidak bersih, buang air besar sembarangan, air bersih tidak maksimal, anaknya sering sakit. Kemudian juga karena ekonomi, untuk membeli makanan yang bergizi tidak mampu. Lalu faktor pendidikan orang tua, sudah diberi ilmu mengenai stunting namun tidak mengerti. Banyak faktor yang perlu dintervensi secara langsung dan tidak langsung.

“Mohon kerjasamanya karena ini menjadi PR untuk Kabupaten Tuban yang menjadi isu strategis di kesehatan adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, stunting, odf (open defecation free) atau bebas buang air besar sembarangan. Peran serta seluruh masyarakat sangat berarti dalam hal percepatan penuruan stunting. Target di tahun 2024 harus 14% sekarang masih 25% jadi masih jauh, masih banyak bayi terlahir stunting. Masa depan Kabupaten Tuban berharap melahirkan generasi yang cerdas,” ujar Atiek. *

 

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.