Surat Terbuka Taufiqurrahman Ruki Muncul Karena Elit Parpol Buta dan Tuli

Ayo Berbagi!
Taufiqurrahman Ruki, Didaulat Memimpin Pergerakan "Mari Boeng Rebut Kembali"
Taufiqurrahman Ruki, Didaulat Memimpin Pergerakan “Mari Boeng Rebut Kembali”

SwaraSENAYAN.com. Beredarnya surat terbuka mantan Ketua KPK, Taufiqurrahman Ruki di sejumlah media online, ternyata mengundang banyak reaksi. Sebagian orang menyayangkan kenapa pak Ruki sampai menulis surat seperti itu, tapi sebagian yang lain setuju karena arah dan tujuan negeri ini memang sudah tak menentu.

Menurut Ruki, negeri ini bahkan sudah dikuasai oleh para komparador, traitor dan koruptor yang merampas hak-hak bangsa untuk hidup sejahtera, diperlakukan secara adil dan bermartabat. Karena itu Ruki bertanya; “Kemana perginya keberpihakan kita kepada rakyat dan kaum melarat? Dimana sekarang berada tekad padamu negeri kami berbakti, bagimu negeri kami mengabdi?”

Ditambahkannya, “Negeri sudah jauh menyimpang dari tujuan awal pembentukannya meski pun masih bernama NKRI. UUD 1945 sudah dipreteli, bahkan burung Garuda yang yang jadi lambang negara sudah disebut Bebek Nungging,” katanya geram sembari menutup suratnya dengan ajakan; “Mari Bung Rebut Kembali.”

Menanggapi surat terbuka Ruki itu, koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungharisma kepada SwaraSENAYAN, mendesak agar elit politik sudi introospeksi diri. “Surat pak Ruki itu tidak akan muncul kalau elit politik di negeri ini terbuka hati nuraninya. Surat itu muncul karena selama ini elit Partai Politik buta dan tuli,” katanya.

Seharusnya, kata Lieus, pejuang seperti pak Ruki itu sudah tinggal menikmati masa tuanya. Tapi karena kondisi bangsa ini tidak juga semakin membaik, orang seperti beliau terpaksa harus turun gunung lagi. “Ini jelas tidak baik. Generasi penerus yang kini memimpin bangsa dan negara ini, yang kini duduk enak menikmati kursi kekuasaan di legislatif, eksekutif dan legislatif, harusnya malu,” ujar Lieus.

Lieus mencontohkan apa yang terjadi di Jakarta. “Lihatlah bagaimana rakyat digusur-gusur atas nama pembangunan yang tak jelas arah dan tujuannya. Hanya demi keindahan kota, rakyat harus digusur dari tempat tinggalnya. Padahal, kalau hanya untuk keindahan, “kan cukup ditata ulang saja? Kenapa orang-orang miskin itu harus digusur dan disingkirkan? Ini karena gubernur Jakarta sekarang sangat berpihak pada kaum kapitalis,” jelas Lieus.

Senada dengan Lieus, budayawan Jaya Suprana pun sangat menyayangkan sampai munculnya surat terbuka Ruki itu. “Pak Ruki mestinya sudah menjadi panindito. Menikmati masa tuanya dan hanya bicara kalau diminta saran dan pendapatnya. Tapi faktanya justru terbalik. Itu karena para elit kekuasaan tak peduli dengan realitas sosial yang ada di masyarakat,” katanya.

Oleh karena itu, ujar Jaya Suprana, ajakan pak Ruki untuk merebut kembali martabat bangsa dan negara ini harus didukung. “Airmata dan darah para founding father yang tumpah di masa lalu tak boleh lagi kita biarkan tersia-sia. Kinilah saatnya ibu pertiwi memanggil. Saya setuju dengan pak Ruki, mari bung kita rebut kembali negeri ini dari cengkraman para komparador, traitor dan koruptor itu,” katanya. ■mtq

Ayo Berbagi!