Simbol Kebhinekaan Ketika Reog dan Tari Melayu dalam Satu Panggung

Ayo Berbagi!

SwaraSenayan.com. Keragaman bangsa Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku, budaya, ras, daerah, kepercayaan agama dan lain-lain. Namun Indonesia bisa mempersatukan berbagai keragaman tersebut sesuai dengan semboyan Negara Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. Meski berbeda-beda, kita dapat dipersatukan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikian disampaikan HM. Ali Umri, SH., M.Kn. selaku Anggota Komisi I DPR RI dalam gelaran yang bertajuk Pertunjukan Rakyat dengan tema “Mengaktualisasikan Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa melalui Seni dan Budaya,” bersama mitra kerjanya dari Direktorat Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO RI) yang digelar di Lapangan Desa Banyumas Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara 18 September 2019.

“Hari ini kita menyaksikan seni reog dapat berpadu apik dan harmonis dengan kesenian melayu. Pementasan budaya ini sebagai aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Inilah kekayaan budaya bangsa Indonesia yang kita miliki dan mari kita lestarikan bersama,” ujar Ali Umri.

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Di Indonesia keragaman budaya adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan, selain suku bangsa sekelompok kebudayaan, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai adat dan kebudayaan daerah, bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai adat, kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut.

Termasuk masyarakat Langkat, Umri menuturkan bahwa pertemuan-pertemuan dengan berbagai adat dan kebudayaan luar juga dapat mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia yang meyebabkan bertambahnya keberagaman jenis kebudayaan di Indonesia.

“Seni reog berasal dari Ponorogo Jawa Timur sekarang sudah menjadi bagian dari masyarakat Langkat melalui proses asimilasi kebudayaan. Pembauran masyarakat melalui kebudayaan mencerminkan sikap toleransi, gotong royong, guyub, rukun dan memupuk persatuan bangsa,” ujar mantan Walikota Binjai dua periode ini.

Selain Ali Umri, hadir sebagai narasumber Hypolitus Layanan, MAP selaku Kasubdit Informasi dan Komunikasi Politik Hukum dan Pemerintahan KOMINFO RI, Wawan Fachrudin, SIP dari Tenaga Ahli Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). *mtq

Ayo Berbagi!