SwaraSenayan.com — Bulutangkis bukan sekedar olah raga bagi Indonesia. Prestasi cabang olah raga ini menjadikan buku tangkis kebanggaan nasional (national pride). Karenanya, pemaksaan mundur tim Indonesia di helatan All England 2021, tidak bisa disikapi sekedar persoalan teknis belaka. Apalagi, ada indikasi diskriminasi dalam perlakuan terhadap sesame atlet yang juga merupakan suspek.
Tim bulutangkis Indonesia dan All England tidaklah terpisahkan. Prestasi tim Indonesia di laga ini menjadikan Indonesia dijuluki Raja All England. Adapun Indonesia sejak 1979 hingga 2020 mengoleksi 46 gelar, yang terdiri dari 14 tunggal putra, 4 tunggal putri, 20 ganda putra, 2 ganda putri, dan 6 gelar di sektor ganda campuran.
Di tahun 2021, Tim Indonesia hamper dipastikan pulang tanpa tanding. Seluruh pebulutangkis Indonesia dan ofisial saat ini tengah melakukan isolasi di Crowne Plaza Birmingham City Centre. Sebanyak 24 orang itu akan melakukan isolasi selama 10 hari terhitung sejak kedatangan tim di Birmingham pada Sabtu (13/3) lalu. Indonesia dipaksa mundur dari All England 2021 dan harus menjalani isolasi sesuai dengan prokotol pencegahan Covid-19 pemerintah Inggris. Hal itu dilakukan karena mereka satu pesawat dengan orang positif Covid-19 saat penerbangan dari Istanbul, Turki ke Birmingham pada akhir pekan lalu.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali mengatakan Presiden Joko Widodo ikut memantau langsung kasus yang dialami atlet badminton Indonesia di All England 2021.
“Presiden meminta kami dan Kemenlu melakukan langkah cepat dan terbaik. Terutama menyelamatkan anak kita yang ada di sana. Kemudian Presiden juga minta supaya perlakuan-perlakuan tidak baik jangan didiamkan,” ia melanjutkan.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Barisan Rakyat Kawal Demokrasi 98 (BARIKADE 98) Arif Rahman mengecam keras sikap tidak professional WBF dan pemerintah Inggris yang memaksa Tim Bulutangkis Nasional Indonesia tidak melanjutkan laga di All England.
Dia juga menyampaikan, dukungan penuh kepada Presdien Republik Indoensia Joko Widodo untuk mengambil sikap yang tegas dan jelas terhadap Pemerintah Inggris dan World Badminton Federation (WBF) selaku penyelenggara All England.
“Kami melihat ini sebagai upaya boikot agar Tim Bulutangkis Indonesia tidak bisa berlaga di All England. Alasan bahwa itu sebagai konsekuensi penanganan Covid19 terlalu mengada-ada. Mengingat, atlet lain dengan kondisi sama sempat diizinkan main. Bahkan, tim Indonesia pun sempat bermain dan berinteraksi dengan pemain dan officiald ari negara lain. Jika pemerintah Inggris konsisten dengan alasan penanggulanagn covid19, maka bukan cuma tim Indonesia yang dilarang berlaga. Namun, laga All England harus dibatalkan,” ujar Arif, Minggu (21/3/2021).
Sebanyak 20 dari 24 anggota skuad Indonesia mendapatkan email dari Pemerintah Inggris terkait informasi bahwa mereka harus menjalani isolasi mandiri selama 10 hari. Hal itu dikarenakan ada seseorang yang dinyatakan positif dalam penerbangan yang sama dengan yang ditumpangi oleh skuad. Pengumuman dari Pemerintah Inggris tersebut baru disebar setelah tiga wakil Indonesia memastikan langkah ke babak kedua All England 2021.
Arif menambahkan, Pemerintah Inggris dan WBF secara sengaja telah melukai hati rakyat Indonesia yang demikian mencintai Bulu Tangkis dan All England sebagai bagian dari sejarah kejayaan olah raga nasional. Jika, alasan yang digunakan masuk akal dan logis, rakyat Indonesia pun akan menerima apapun keputusan penyelenggara dengan sportif.
“Alasan penanggulan covid19, sungguh bukan hanya sekedar menyinggung perasaan, sekaligus juga merupakan tamparan bagi pemerintah RI seolah-olah kita tidak memiliki standar protokol penanganan Covid. Pemerintah dan Rakyat RI tentunya sangat paham dan mengetahui apa dan bagaimana protokol covid itu,” katanya.
Di Indoneia bahkan test, track and trace sudah berjalan dengan baik. Sehingga, seseorang dijadikan suspek karena apa. Test pun dijalankan dengan masif. Sehingga, tak masuk akal kalua Tim Indonesia dijadikan suspek yang wajib isolasi karena 1 pesawat dengan Mr. X.
“Tak dijelaskan posisinya seperti apa. Jika karena 1 pesawat, tentunya seluruh penumpang pesawat itu pun juga mestinya mendapatkan perlakuan yang sama,” ungkapnya.
Sikap mencla-mencle dari Pemerintah Inggris dan WBF yang terkesan saling lempar tanggung jawab membuat Arief semakin yakin kalau insiden ini bukanlah sebuah kebetulan dan karena persoalan teknis belaka. Bisa-bisanya Dubes Inggris untuk Indonesia mengirim surat keprihatinanm seolah Indonesia tidak bisa melanjutkan laga All England semata-mata karena WBF. Sementara WBF pun seolah merasa tak berdaya karena keputusan dari pemerintah Inggris.
Dia mengharapkan Jokowi bisa mengambil sikap tegas dengan mengirim nota protes resmi ke pemerintah Inggris. “Bahkan kalau perlu, selama insiden ini belum clear, Indonesia sebaiknya menarik sementara Duta Besar Indonesia untuk Inggris Raya,” tandasnya. *HP