Oleh: Dr. Syahganda (Asean Institute for Information and Development Studies)
SwaraSENAYAN.com. Jusuf Kalla tertawa, ha…ha…ha…, ketika wartawan bertanya soal gaduh antara Rizal Ramli vs Sudirman Said soal beda usulan keputusan terkait Blok Gas Masela. Entah apa yang membuat pak JK tertawa menyangkut nasib ekploitasi gas yang ditaksir bernilai sekitar 400 trilyun rupiah tersebut. Jokowi, yang dijanjikan Luhut akan mengambil keputusan saat ini setelah pulang lawatan ke Medan minggu lalu, pun tidak jelas, setelah ditunggu-tunggu.
Ribut antara para menteri sudah jadi hal lumrah di masa Jokowi. Dimulai dengan yang kelas ringan, seperti ribut antara Pramono Anung dengan Marwan Ja’far, Menteri Pembangunan Desa, terkait ejekan Pramono terhadap Marwan yang sok jadi raja.
Pertentangan yang lebih parah, kelas tengah, adalah antara Meneg BUMN, Rini Sumarno dengan Jonan, Menteri Perhubungan, terkait KCIC (Kereta Cepat Indonesia Cina). Lebih parah karena menyangkut persinggungan kekuasaan sektoral antara menteri.
Kita akan melihat yang terberat dalam persengketaan antara menteri Jokowi: Rizal Ramli vs Sudirman Said (SS). Persengketaan ini mengapa terberat? Pertama, persengketaan ini dimulai Rizal sejak awal dia menjadi menteri dalam reshuffle lalu. Berturut-turut Rizal meng-attack soal sensitif yang dibawah kewenangan SS, dari mulai Listrik 35.000 MW, Freeport dan terakhir Block Masela. Ketiga hal ini merupakan urusan raksasa baik dalam skala uang maupun jaringan perusahaan lokal dan asing yang terlibat. Kedua, pertarungan ini adalah pertarungan lama antara RR vs Kuntoro (“Ginanjar’s boys”)
Pentingnya nama Kuntoro masuk dalam pertarungan Rizal dengan SS dimunculkan tangan kanan Rizal, Adhi Masardi, dalam mendukung Rizal, di berbagai kesempatan di media, antara lain seperti di media online ini http://m.tribunnews.com/tribunners/2016/03/01/jaringan-kuntoro-kepung-istana?page=3). Intinya Adhi menunjukkan bahwa SS hanyalah pion yang dikendalikan oleh Kuntoro. Dan jaringan Kuntoro ini, menurut Massardi, adalah para monster yang lebih berbahaya dari iblis. (http://m.edisinews.com/berita-kalah-oleh-monster-di-rapat-kabinet-rizal-pilih-bermulut-ember.html).
RIZAL VS Kuntoro
Benarkah pertarungan yang ditertawakan JK adalah pertarungan Rizal vs Kuntoro? Bukan Rizal vs Sudirman?
Untuk sampai kepada pikiran Massardi perlu kita lihat beberapa sejarah sebagai berikut:
- Kuntoro yang disebut Massardi sebagai mentor Sudirman Said adalah “murid” Ginanjar yang utama. Berbagai sosok besar di republik ini pernah dibina Ginanjar dalam apa yang sering dulu disebut sebagai Ginanjar Boys.
- Besar pengaruh atau kekuasaan Kuntoro dalam sektor energi dan pertambangan merupakan kelanjutan pengaruh “Rezim Ginanjar” yang memang tidak mungkin menempatkan sosok Sudirman sebagai tokoh sentralnya.
- Meski Massardi (yang biasa menterjemahkan pikiran Rizal Ramli) membangun posisi vis a vis Rizal vs Kuntoro, bukan Rizal vs Sudirman Said, apakah memang kendali jaringan Ginanjar sudah berpindah ke Kuntoro? Apakah jaringan Kuntoro ini seperti Monster?
Permusuhan Lama
Untuk mengatakan Ginanjar sudah “pensiun” tentu spekulatif. Pertama, kita melihat bahwa GK menjadi mitra Jusuf Kalla dalam politik. Hal Itu terlihat dari posisi GK sebagai wakil JK di PMI. Mereka bekerja sama dalam merebut PMI kembali dari tantangan Titi Suharto. Kedua, GK langsung pasang badan melawan RR ketika RR menyerang JK saat awal RR mempersoalkan Projek listrik 35.000 MW tempo hari. GK bahkan, segera setelahnya, menghimpun Paguyuban Pasundan di Bandung dan memberi panggung kehormatan pada JK untuk terlindungi dari serangan RR.
Memberikan cap monster bagi Kuntoro tentu bisa missleading. Apalagi Kuntoro dikenal sebagai figur bersih bagi pengikutnya.
Permusuhan antara Rizal vs Kuntoro adalah permusuhan lama. Pertama, permusuhan ini merupakan warisan Soeharto yang membelah kubu Ginanjar (kubu veteran warisan Sudharmono) dengan kubu Wijoyo / Ali Wardana / CSIS. Ketika RR melihat Ginanjar sebagai musuh, RR lebih memilih jalan politik interseksi kepada kelompok non Ginanjar. Saat GK dalam masa jayanya, sebagai pengendali ekonomi rezim Suharto, Ginanjar melakukan aliansi politik dengan Islam modernis. Hal ini membuat terjadi nya aliansi (taktis?) kubu di luar GK. Kubu ini memunculkan Gus Dur sebagai tokoh nya. Di sini posisi RR berada. Pada saat ini, Kuntoro dan RR berada pada kubu yang berbeda.
Kedua, permusuhan kedua kubu ini semakin mengental karena terjadi perebutan kekuasaan istana saat 97/98. Pada tahap satu, kubu GK berhasil mengambil alih kekuasaan dari Soeharto. Namun, pada tahap lanjut, kubu Rizal Ramli berhasil menjatuhkan kubu Ginanjar. Pada tahap berikutnya, ketika Megawati berkuasa, Rizal Ramli disingkirkan dan kubu GK berhasil mempertahankan pengaruh nya melalui “anak kost” di PDIP.
Zero Sum Game
Tentu saja alasan Jusuf Kalla tertawa karena dia memahami sejarah permusuhan ini. Tapi juga mungkin Jusuf Kalla tertawa karena perang kubu ini adalah perang besar dan harus kalah salah satunya.
Pertama, Ginanjar dan murid muridnya, sepeti Kuntoro, adalah sosok penting dalam hubungan Indonesia dengan pemerintahan Jepang dan Amerika serta pengusahanya, khususnya dalam sektor Migas dan tambang.
Kedua, sebagaimana pengamatan Massardi, jaringan ini menguasai isu isu good governance yang sentral, yang menjadikan mereka sebagai sosok yang bersih dimata masyarakat.
Sementara, dari sisi Rizal Ramli, kita melihat pertama, Rizal Ramli sudah berhasil menancapkan sosoknya sebagai sosok anti kapitalis sejati. Kedua, Rizal Ramli identik dengan kekuatan perubahan yang militan. Ketiga, Rizal mempunyai basis dukungan rakyat yang kuat, yang mewakili kaum aktifis dan akar rumput.
Blok Masela, Siapa Kalah?
Saling ejek Sudirman Said dan Rizal Ramli semakin membara. Kubu-kubu terkait juga sudah keluar jendela. Faisal Basri yang membela SS menuding adanya konspirasi baru RR dengan Bakrie, karena proyek pipa dalam skema Onshore akan jadi bisnis besar. Betti Alisjahbana menyerang Forum Tujuh Tiga (Fortuga) ITB sebagai organ alumni ITB ilegal. Karamoy, menyerang RR karena dapat menghambat bisnis dan investasi Migas di Indonesia. Yang lebih parah lagi, kubu SS melemparkan isu bahwa RR akan mendepak investor existing (INPEX / SHELL) dengan investor bawaannya.
Rizal yang melihat dukungan masyarakat Maluku dan jaringan expert lepas alumni ITB, tentu tetap bertahan pada keinginannya untuk membubarkan skema bisnis blok Masela yang hampir diteken SS.
Luhut, yang dikenal sebagai “sahabat” RR yang menjanjikan adanya keputusan Jokowi setelah pulang dari kunjungan kerja ke Sumatera Minggu lalu, ternyata masih gigit jari. Siapakah yang akhirnya didukung Jokowi dalam proposal Blok Masela ini?
Melihat cekikikan Jusuf Kalla, bisa jadi Rizal Ramli akan menghadapi kekalahan ketiga pada kubu Kuntoro ini, yakni setelah ribut listrik 35.000 MW dan Freeport. Tentu bisa juga sebaliknya. Tergantung Jokowi memihak siapa? ■ss