SwaraSenayan.com. Merapatnya Partai Golkar ke pemerintahan Jokowi-JK meninggalkan Koalisi Merah Putih (KMP) usai musyawarah nasional luar biasa di Bali beberapa waktu lalu mendapatkan tanggapan dari banyak pihak. Salah satunya datang dari politisi PDI-Perjuangan Darmadi Durianto.
Menurut pria yang juga anggota Komisi VI DPR RI itu, manuver yang dilakukan oleh partai berlogo pohon beringin dan beberapa partai lainnya dengan manuver yang sama, harus mendapatkan perhatian yang serius. Karena menurut dia, apa yang dilakukan oleh Partai Golkar saat ini tidak terlepas daripada kepentingan tertentu.
“Tentu kita serahkan pada presiden bagaimana dia menyikapi hal ini, beliau (Jokowi) harus hati-hati dari manuver yang dikembangkan oleh Golkar dan partai-partai yang bergabung kemudian setelah beliau jadi presiden,” kata Darmadi Durianto kepada SWARA SENAYAN, Jum’at (20/5/2016).
Bekas Wakil Ketua Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan DPP PDI-Perjuangan itu menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Golkar tentunya berbeda dengan apa yang dilakukan PDI-P sebagai pengusung bekas orang nomor satu DKI Jakarta tersebut.
“Kalau kita (PDI-P) dengan presiden kan diikat dengan ideologi presiden yang masih sama. Kita punya ideologi partai, beliau juga lama bergabung di PDI-P, karena itu ada ikatan emosional, struktural dan ada ikatan ideologis. Golkar kan tidak punya ikatan ideologis dan emosional dengan presiden, dulu mereka (Golkar) menentang,” paparnya.
“Beliau harus bisa out manuver, mengakali berbagai dukungan dari partai (bekas) KMP, jadi harus pintar, kami juga harus pintar menyiapkan taktik jitu sebagai antisipasi manuver dari Golkar terutama. Kami akui Golkar lebih berpengalaman, makanya kami harus lebih dalam melakukan analisis,” sambungnya.
Ada pun kerugian yang dialami PDI-P dengan bergabungnya Partai Golkar dengan pemerintah adalah bahwa berarti posisi tawar-menawar PDI-P ke depannya akan semakin tergerus, berbeda ketika dibandingkan pada awal-awal masa pemerintahan bekas Walikota Solo itu.
Tidak hanya itu, anggota DPR Dapil Jakarta III itu juga mempertanyakan loyalitas yang dimiliki partai-partai bekas KMP yang datang merapat belakangan. “Sekarang presiden sudah banyak didukung oleh partai lain kan, banyak yang dari KMP pindah ke Jokowi. Menjelang pilpres ke depan bisa jadi akan berpindah lagi, karena loyalitas mereka diatas kepentingan, tidak kuat, sangat bisa berubah. Karena itu Presiden Jokowi harus hati-hati,” ujarnya mengingatkan.■mrf