SwaraSENAYAN.com. Ada apa dengan pemukiman Masjid Luar Batang, sehingga harus buru-buru digusur disamakan dengan pemukiman kalijodo yang sudah diratakan.
“Saya pernah bilang bahwa Pak Basuki jangan bermain isu politik dari Masjid Luar Batang,” demikian Muhammad Rifky (Eki Pitung) bakal calon gubernur DKI Jakarta kepada SwaraSENAYAN (8/4).
Pria yang tampil khas dengan peci merahnya menghimbau camat penjaringan untuk melakukan evaluasi kembali persoalan penggusuran tersebut. Seharusnya situs budaya betawi tersebut dibuat indah, diperbaiki saja lingkungan pemukiman tersebut karena lingkungan dan masjid tersebut juga merupakan salah satu destinasi wisata religi simbol peradaban Islam di Jakarta dengan nilai-nilai sejarah yang kuat sejak turun temurun.
Apa solusi buat mereka? Eki Pitung setuju jika untuk kebaikan lingkungan masjid, harusnya ditata keindahannya. Sebaiknya masyarakat diajak komunikasi dengan baik diberikan win win solution bukan main sikat, main hajar saja dengan orang-orang seperti mereka apalagi mereka orang-orang susah.
“Basuki jangan melakukan politik adu domba antara aparat kepolisian dan TNI dengan rakyat kecil dengan mengatasnamakan ketertiban dan keindahan kota,” tegasnya.
Karena itu, Jika gubernur Basuki tetap melakukan penggusuran, Eki Pitung menganggap ini jelas-jelas pemimpin yang tidak punya hati. Jika penggusuran ini tetap dilakukan, Eki menghimbau kepada warga Jakarta untuk tidak menutup mata atas kezdaliman ini.
“Mata hati rakyat harus dibukakan, jangan terkecoh dengan penggusuran. Jangan diberi kesempatan kembali atau dipilih untuk menjadi gubernur di Jakarta pada pilgub mendatang jika bisanya gusur menggusur rakyat susah,” pintanya.
Eki juga menyadari, bahwa Jakarta memang harus terus melakukan proses pembangunannya namun harus ada skala prioritasnya. Buat apa membangun, tapi mengorbankan rakyat kecil yang notabene nya kaum boemiputra sebagai pemilik sah atas negeri ini semakin dipinggirkan.
Eki mencontohkan kebijakan pemerintah Jepang yang selalu menghargai sejarah dan budayanya, ketika ada satu tempat destinasi sebagai situs sejarah yang tinggi justru lingkungan tersebut bukan digusur, apalagi ada pemukiman rakyatnya, disitu justru seharusnya pemukiman itu direnovasi, diperindah, diberikan modal untuk memperbaiki rumah-rumah bahkan diberikan lapangan pekerjaan untuk bertahan disitu dengan kehidupan yang layak dan cukup baik.
“Karena itu, saya meyakini disamping sebagai kewajiban pemprov DKI menjaga situs budaya betawi, tempat itu tentunya mengandung sejarah peradaban Islam di Jakarta yang kuat berintegrasi dengan pemukiman Masjid Luar Batang,” pungkasnya. ■mtq