Oleh: Johan O Silalahi – Pendiri Perhimpunan Negarawan Indonesia
SwaraSenayan.com. San Diego, 26 Desember 2016. Perjalanan sejarah kehidupan manusia seperti yang tercatat dalam beberapa kitab suci agama Samawi menunjukkan bahwa karakter dan perilaku primitif manusia sejak zaman dahulu hingga kini, akan selalu mengandalkan adanya pemimpin serta kepemimpinan yang dijadikan patron atau acuan, yang juga menjadi motor penggerak dan sumber motivasi bagi para pengikutnya. Agama Samawi seperti agama Islam dan agama Kristen adalah agama yang percaya akan adanya kekuatan dan kekuasaan tunggal yaitu Tuhan Sang Pencipta, yang menciptakan dan memelihara alam semesta beserta seluruh mahluknya.
Sesungguhnya realitas dari eksistensi agama Samawi itu sendiri menunjukkan pengakuan dan kesadaran bahwa alam semesta beserta seluruh mahluknya dikontrol oleh sebuah kekuatan dan kekuasaan kepemimpinan yang tidak tertandingi oleh kekuasaan dan kekuatan manapun. Terkandung didalamnya pengakuan bahwa sudah kodratnya manusia untuk selalu membutuhkan pemimpin dengan kepemimpinannya, yang membantu mereka untuk menjalani metamorfosa kehidupan, dari fase kelahiran hingga fase tua dan akhirnya sampai pada fase kematian, kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menciptakannya.
Catatan sejarah perjalanan kehidupan berbagai kerajaan di seluruh pelosok nusantara pada masa dahulu, juga menunjukkan realitas dan eksistensi tentang kelahiran, proses tumbuh, jatuh dan bangun, hingga fase berakhirnya berbagai pemimpin dan kepemimpinan dalam bentuk kerajaan yang tersebar di seluruh pelosok wilayah yang sekarang Kita namakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hingga akhirnya sampai pada masa perjuangan merebut kemerdekaan dari para penjajah serta proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, catatan sejarah juga jelas menunjukkan eksistensi dan realitas peranan para tokoh pemimpin serta kepemimpinannya dalam perjalanan metamorfosa kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia.
Terlepas dari adanya beberapa perbedaan catatan sejarah proklamasi Kita, fakta menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan bangsa dan negaranya dengan cara memberi kepercayaan kepada dua orang tokoh pejuang sebagai pemimpin yang layak menjadi wakil bangsa Indonesia. Pada akhirnya, kedua tokoh Proklamator kemerdekaan tersebut yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta juga dipilih dan diberikan kepercayaan menjadi Presiden dan Wakil Presiden, sebagai pemimpin tertinggi bangsa dan negara Kita.
Dimulailah perjalanan panjang kepemimpinan Presiden Soekarno yang dicatat dalam tinta sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, catatan tinta emas sejarah Presiden Soekarno menunjukkan jejak bahwa kepemimpinannya bukan hanya sekedar bisa dirasakan oleh para Kakek/Nenek dan orangtua Kita pada masa kemerdekaan dahulu, tetapi bisa dirasakan juga manfaatnya oleh Kita semua hingga sekarang ini.
Salah satu contoh nyata dan terbukti, bahwa ideologi dan pandangan hidup bangsa Kita Pancasila yang dibidani kelahirannya oleh Presiden Soekarno, hingga kini tetap menjadi perekat persatuan dan kesatuan seluruh bangsa Indonesia. Tidak dapat Kita bayangkan seperti apa keadaan bangsa Indonesia saat ini, jika Kita tidak memiliki ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila ini merupakan karya nyata yang abadi dari kepemimpinan Presiden Soekarno kepada bangsa dan negaranya.
Selanjutnya perjalanan sejarah bangsa Indonesia membuktikan kembali tesis tentang eksistensi dan realitas bahwa manusia selalu membutuhkan pemimpin dan kepemimpinannya. Presiden Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semasa kepemimpinan Presiden Soeharto dulu, menjadi pemimpin itu tidak mudah. Diperlukan syarat yang holistik dan komprehensif, serta penelusuran jejak yang panjang tentang karakter dan perilakunya. Bahkan diteliti hingga pada sejarah masa lalu kehidupannya.
Mulai dari kehidupan Kakek dan Neneknya, hingga Ayah dan Ibunya, termasuk semua saudara-saudaranya. Prosedur standar operasi yang ketat wajib dijalankan, sebelum diberikan kepercayaan dan amanah kepada siapapun untuk menjadi seorang pemimpin, mulai dari tingkat Menteri (sebagai pembantu Presiden), hingga para Kepala Daerah yang memimpin wilayah. Harus Kita akui bahwa hal ini yang hilang tidak berbekas sekarang ini di negeri Kita. Sekarang ini dapat dikatakan sudah musnah proses penelitian khusus (Litsus) yang dahulu mutlak dan wajib dilakukan dalam jangka panjang sebelum seseorang diberikan kepercayaan dan amanah untuk menduduki suatu jabatan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan Presiden Soeharto, catatan sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa harus diakui kepemimpinan Presiden Soeharto juga memberikan implikasi jangka panjang yang tidak hanya dirasakan oleh para manusia Indonesia pada zaman itu, tetapi juga dirasakan hingga beberapa generasi setelahnya.
Menyelami lebih dalam filosofi tentang pemimpin dan kepemimpinannya, Ayah Saya pernah berkisah bahwa ada 4 jenis pemimpin jika ditinjau dari pengetahuannya terhadap banyak hal. Yang paling tinggi tingkatnya adalah seorang Pemimpin yang menyadari dan tahu bahwa Ia tahu. Pada tingkatan kedua dibawahnya, yaitu seorang Pemimpin yang menyadari dan tahu bahwa Ia tidak tahu. Kemudian pada tingkatan yang lebih rendah lagi, yaitu Pemimpin yang tidak menyadari atau tidak tahu bahwa Ia tahu. Yang paling celaka dan sangat berbahaya adalah jika yang terpilih Pemimpin pada tingkat yang paling rendah, Ia tidak menyadari atau tidak tahu bahwa Ia tidak tahu.
Para pemimpin bangsa dan negara Kita terdahulu hingga kapanpun, bisa dipetakan berdasarkan 4 kriteria pemimpin tersebut. Berdasarkan analisis dan opini publik, Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto berada pada kedua tingkat tertinggi, yaitu pemimpin yang tahu bahwa Ia tahu. Ada kalanya mereka berada pada tingkat tertinggi kedua, yakni pemimpin yang tahu bahwa Ia tidak tahu. Itulah sebabnya mereka selalu mencari orang-orang cerdik dan pandai dari seluruh penjuru negeri untuk membantunya, melalui proses penelitian khusus yang sangat teliti, berhati-hati, serta proses yang panjang.
Sikap negarawan dari seorang pemimpin bangsa membutuhkan kebesaran jiwanya untuk tidak malu mengakui jika Ia tidak tahu tentang sesuatu hal. Merupakan hal yang wajar dan sangat manusiawi jika Ia mau dan tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah manusia biasa yang tidak sempurna. Pemimpin itu juga manusia. Selain memiliki kelebihan, Ia juga memiliki kekurangan. Menjadi hal yang aneh luar biasa dan tidak wajar, jika Ia merasa mendekati sempurna, merasa serba bisa dan paling tahu segalanya. Ia harus mau belajar dari keberhasilan dan kegagalan para pemimpin bangsa di masa lalu. Siapapun pemimpin bangsa dan negara Kita sekarang dan kedepan, patut dan wajib mengikuti salah satu kelebihan Presiden Soeharto.
Menjadi pemimpin yang tahu dan tidak malu mengakui ketika Ia tidak tahu tentang sesuatu hal atau bahkan beberapa hal. Bisa Kita lihat implikasinya, catatan tinta emas sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa Presiden Soeharto berhasil menjadi pemimpin yang terlama memerintah dan mengelola bangsa dan negara Kita.
Sebagai epilog, hikmah dan benang merah dari perjalanan kepemimpinan nasional di Indonesia hingga sekarang ini, bangsa Indonesia perlu selalu melakukan kontemplasi dan instropeksi atas realitas kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan yang terbaik bagi dirinya, kelompoknya, lingkungannya, komunitasnya, dan tentunya bagi bangsa dan negaranya. Jangan pernah bermain-main dan menganggap remeh pada saat memilih pemimpin. Pertaruhannya bukan hanya sekedar sampai pada masa kehidupan dirinya saja, bahkan lebih dari itu, pemimpin dan kepemimpinannya itu sesungguhnya juga mempertaruhkan zaman yang akan datang, serta kehidupan beberapa generasi setelah dirinya.