Oleh : Johan O Silalahi – Pendiri Perhimpunan Negarawan Indonesia (PNI)
SwaraSenayan.com. Terminologi intelijen berasal dari ‘intelligence’ atau ‘inteligencia’, yang artinya kecerdasan atau bisa juga dianalogikan dengan kepandaian, brilian dan serba tahu. Oleh karena itu wajar bila orang-orang yang bertugas di bidang intelijen harus memiliki tingkat kecerdasan yang jauh diatas rata-rata. Karena tugas dan fungsi utama intelijen sebagai pengumpul informasi yang holistik dan komprehensif, maka sebagai pendukung dibutuhkan juga sifat dan karakter para pelaku intelijen sebagai orang yang peka dalam menyerap banyak informasi, tapi selalu rendah hati, tidak sombong, luwes dan mudah bergaul, adaptif dan cepat menyesuaikan diri, serta mudah bekerja sama dengan siapapun.
Pencalonan Budi Gunawan sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tentunya dilakukan oleh Presiden Jokowi dengan memperhatikan berbagai kriteria dan aspek-aspek dasar intelijen diatas. Bagi siapapun yang mengenal sifat dan karakter Budi Gunawan, kriteria dan aspek ‘kecerdasan’ ini memang dipenuhi olehnya. Budi Gunawan sejak mudanya memang dikenal sebagai perwira Polri yang cerdas, sangat peka dan cepat beradaptasi terhadap lingkungan, pemikir, serta ahli dalam analisis dan sintesis.
Jika Kita mendalami hubungannya dengan Presiden Jokowi, Saya bersama Komjen Syafruddin yang akan segera menggantikan Budi Gunawan sebagai Wakapolri, menjadi saksi sejarah bahwa memang ada hubungan historis yang sangat dalam diantara keduanya di masa lalu. Pada saatnya kelak, sejarah hubungan antara Kami bertiga dengan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada masa lalu, bisa dibuka sebagai bagian dari cerita yang belum pernah dibuka kepada publik (untold stories), yang menjadi kisah nyata sebagian kecil perjalanan bangsa dan negara Kita hingga bisa memasuki era pemerintahan Jokowi-JK sekarang ini.
Pengalaman Saya selama berinteraksi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla sejak terpilihnya beliau sebagai Wakil Presiden berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 yang lalu, dapat dijadikan catatan penting bagi Budi Gunawan sebagai Kepala BIN yang baru. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sifat dan karakter Wakil Presiden Jusuf Kalla sangat cepat dan taktis dalam mengambil keputusan.
Untuk itu dibutuhkan dukungan data dan informasi intelijen yang valid, akurat dan komprehensif agar keputusan penting yang diambil tepat dan akurat. Segi positif dari Wakil Presiden Jusuf Kalla ini, beliau sangat mau mendengarkan saran dan masukan, apalagi jika Kita menyampaikannya dengan rasional, sesuai data dan fakta yang akurat, serta berani mempertanggungjawabkannya dengan risiko apapun. Sudah menjadi catatan sejarah, pada masa lalu ada beberapa keputusan yang sangat penting yang sudah mau ditetapkan dan diumumkan oleh beliau, tetapi akhirnya dikoreksi dan berubah total setelah beliau memverifikasi berbagai saran dan masukan intelijen yang Saya sampaikan.
Walaupun tidak terlalu dekat, Saya sudah mengenal Presiden Joko Widodo sejak masih menjadi Walikota Solo. Persahabatan Kami menjadi lebih intens saat beliau mengontak Saya sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta dan meminta Saya untuk membantunya dalam beberapa hal pada saat itu. Sejarah mencatat, ternyata Saya masih tetap terus membantu hingga terpilihnya beliau menjadi Presiden RI pada Pilpres 2014 yang lalu berpasangan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Perjalanan waktu ini membuat Saya menjadi lebih dalam lagi mengenali sifat dan karakter beliau. Yang juga perlu menjadi catatan penting bagi Budi Gunawan sebagai Kepala BIN yang mungkin akan dilantik pada hari Jumat 9 September 2016 ini, sifat dan karakter pasangan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hampir sama dalam hal cepat dan taktis dalam mengambil keputusan.
Oleh karena itu, memang sangat dibutuhkan peran intelijen dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang cerdas, cekatan, taktis dan proaktif. Badan Intelijen Negara (BIN) harus selalu siap dan siaga dalam mendukung sifat dan karakter pasangan pemimpin ini, agar bisa cepat dan tepat dalam mengambil keputusan. Sebagai koordinator pelaksana seluruh tugas dan fungsi intelijen negara, Budi Gunawan sebagai Kepala BIN harus siap bekerja keras dan menguasai berbagai data, informasi dan fakta yang valid dan akurat, serta harus selalu proaktif menyampaikannya kepada Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Berbagai catatan peristiwa serta keputusan penting yang akhirnya dibatalkan atau diralat oleh Presiden Joko Widodo selama ini, menunjukkan pentingnya dan perlunya pemberdayaan Badan Intelijen Negara (BIN). Sudah menjadi rahasia umum bahwa sedemikian banyak keberhasilan kepemimpinan Presiden Soeharto pada masa dahulu, dimungkinkan karena ditopang oleh pemberdayaan intelijen yang kuat disekelilingnya. Bahkan keruntuhan ‘kerajaan’ yang didirikan oleh Presiden Soeharto dulu, juga terjadi karena melemahnya kekuatan intelijen disekelilingnya. Tentunya harus menjadi ‘hukum besi’ bagi siapapun pemimpin, baik di sektor swasta apalagi bagi pemimpin pemerintahan, jangan pernah meremehkan apalagi bermain-main dengan kekuatan intelijen. ■ss