JOKOWI-TGB: Kalah Di NTB, Pilpres Presiden Baru

oleh -122 Dilihat
oleh
Rusdianto Samawa, Direktur Eksekutif Global Base Review (GBR)
banner 468x60

Oleh: Rusdianto Samawa, Direktur Eksekutif Global Base Review (GBR)

SwaraSenayan.com – Saya pernah menulis sesi I – XX tentang Tuan Guru Bajang, tak ada satupun kritik dalam tulisan itu, semua baik-baik saja. Karena tulisan yang saya buat berdasarkan objektifitas dan bukan pencitraan. Tulisan inipun bukan kritik, tetapi bentuk pengharapan kepada Tuan Guru Bajang agar objektif memilih pendamping atau mendampingi.

banner 336x280

Mengapa Jokowi – TGB? psikologi politik, pihak pendukung (cebong) Jokowi banyak berharap dukungan terhadap Tuan Guru Bajang. Selain, untuk mendegradasi PA 212 dan juga untuk menghadang arus besar umat Islam #2019GantiPresiden.

Cara-cara tidak lazim, Jokowi bersama rezimnya menekan Tuan Guru Bajang agar menyerah saja dalam konteks kasus saham NNT. Ada pengalaman pahit selama ini bagi politisi, yakni kalau saja bulan-bulanan KPK dan penegak hukum lainnya, maka dipastikan mereka tidak akan jadi apa – apa. Ada banyak contoh kasus seperti itu. Begitu juga, Tuan Guru Bajang menjadi bulan-bulanan KPK, konon Jokowi sudah bilang ke sala satu anggota DPD asal NTB, pertanyakan persoalan saham.

Hal itu nerupakan tanda-tanda TGB diruntuhkan marwahnya. Sebelumnya TGB sudah aman, bahkan Prabowo Subianto datang dan menggendong anaknya. Namun, mungkin saja bacaan naluri politiknya agak berbeda sehingga mengambil sikap yang terlalu berlebihan.

Pasca memberi dukungan kepada Jokowi, saat itu pula seluruh relawan yanga kental gerakannya #2019GantiPresiden kini berbalik arah, tidak lagi mendukung Tuan Guru Bajang. Padahal, asset terbesar Tuan Guru Bajang adalah kerelaan para pendukung membawa Bajang untuk bersanding dengan calon presiden diluar nama Jokowi.

Sebetulnya kebatinan pendukung TGB dan umat Islam khususnya sudah di pahami oleh TGB sendiri. Namun, karena tekanan dan lain hal sehingga keburu-buru memberi dukungan.

Apa yang diharapkan oleh warga masyarakat NTB agar Tuan Guru Bajang untuk tidak memberi dukungan kepada Jokowi seharusnya dipahami jauh-jauh hari. Kali ini masyarakat menjadi antipati terhadap TGB sendiri. Arus bawah masyarakat NTB, sudah sangat muak dengan pemerintahan Jokowi -JK saat ini. Walaupun tanggal 23 Juli 2018 nanti, Presiden Jokowi akan datang ke Pesantren Dea Malela Sumbawa, pesantren milik Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA. Bukanlah sesuatu yang di khawatirkan, apakah Jokowi datang ke Sumbawa, lalu merasa sudah menang. Masyarakat Sumbawa sudah teguh pendiriannya tidak memilih Jokowi nanti pilpres 2019. Faktanya, selama seminggu ini saya jalan ke berbagai pelosok, rakyat NTB tidak inginkan Jokowi lagi.

Dari dukungan Tuan Guru Bajang itu, pendukung Jokowi sudah girang bukan kepalang. Namun, mereka belum paham bahwa masyarakat yang tidak lagi mendukung Tuan Guru Bajang, apalagi Jokowi capai 100%. Jadi Jokowi tetap akan kalah telak di Nusa Tenggara Barat.

Apa buktinya kalau Tuan Guru Bajang kalah apabila berdampingan dengan Jokowi?. Sala satunya dihitung dari perolehan Suara Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat. Dalam pemberian dukungan Tuan Guru Bajang, memilih pasangan Zul-Rohmi untuk di dukung. Selisih suara juga sangat objektif. Untuk membukti fakta-fakta kekalahan Jokowi – TGB ada pada dua faktor, yakni:

Pertama: perolehan Suara Cagub NTB pada pilkada 2018, misalnya di Kab. Lombok Timur: 1). Suhaili – Amin = 123.064: 2). Ahyar – Mori = 72.283: 3). Zul – Rohmi = 244.622: 4). Ali – Sakti = 207.113.

Kemudian, perolehan Suara Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat di Kab. Lombok Tengah: 1). Suhaili – Amin = 341.980: 2). Ahyar – Mori = 46.245: 3). Zul – Rohmi = 45.966: 4). Ali – Sakti = 74.139: Di Tetapkan di Lombok Tengah, 5 Juli 2018.

Lalu perolehan Suara Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat di Kab. Sumbawa Barat: 1). Suhaili – Amin = 7.162: 2). Ahyar – Mori = 8.045: 3). Zul – Rohmi = 39.312: 4). Ali – Sakti = 7.409: Total Suara Sah: 61.928, Suara Tidak Sah: 1.057, Total Suara Sah: 62.985. Di Tetapkan di Sumbawa Barat, 4 Juli 2018.

Perolehan Suara Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat di Kab. Lombok Utara: 1). Suhaili – Amin = 30.711 (24.68%): 2). Ahyar – Mori = 26.491 (21.29%): 3). Zul – Rohmi = 41.179 (33.09%): 4). Ali – Sakti = 22.283 (17.90%): Total Suara Sah: 120.664, Suara Tidak Sah: 3.793, Total Suara Sah: 124.457. Di Tetapkan di Lombok Utara, 4 Juli 2018.

Terakhir, perolehan Suara Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat di Kab. Dompu: 1). Suhaili – Amin = 17.670: 2). Ahyar – Mori = 55.757: 3). Zul – Rohmi = 35.261: 4). Ali – Sakti = 7.366. Di Tetapkan di Dompu, 4 Juli 2018.

Kedua: Cagub menang NTB penggusungnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat (PD). Sementara arus PKS #2019GantiPresiden sangat dominan keberpihakannya kepada Prabowo Subianto karena deal politik kader PKS harus mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 mendatang.

Jadi, kalau ditracking ke Nusa Tenggara Barat (NTB) calon dari PKS yang mendampingi Prabowo Subianto sudah final. Maka, NTB bagian dari proses pemenangan kader PKS yang akan mendampingi Prabowo Subianto. Apalagi, Pasangan Zul-Rohmi merupakan kader PKS dan Demokrat yang mendukung #2019GantiPresiden.

Ketiga: Koalisi umat Islam dan kelompok-kelompok organisasi kegamaan lainnya, lebih besar visi dan gerakannya #2019GantiPresiden. Persoalan Tuan Bajang beralih dukungan kepada Jokowi tidak memberi efek negatif kepada umat Islam. Bahkan umat Islam lebih solid untuk mendukung dan mencari alternatif Calon Presiden Baru yang siap mereka menangkan, yang penting bukan jatuhkan pilihan kepada Jokowi.

Keempat: Rival politik pada pilkada lalu, sudah jelas bahwa pemilih militan dari pasangan Suhaili – Amien, Ahyar – Mori dan Ali – Sakti sudah jelas tidak akan memilih Tuan Guru Bajang apabila berdampingan dengan Jokowi.

Kontestasi politik Tuan Guru Bajang memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif apabila Tuan Guru Bajang tidak mendukung Joko Widodo sebagai capres untuk periode kedua. Hal ini akan disukai oleh umat Islam dan sebagian besar rakyat Indonesia. Sedangkan dampak negatif, kalau saja Tuan Guru Bajang mendukung Joko Widodo maka akan banyak membuat blunder dan kemungkinan Wars on Teror media sosial akan lebih kencang, bahkan mengarah kepada konten fitnah dan tidak produktif. Lagi pula umat Islam tidak akan mendukung apabila Tuan Guru Bajang memberi dukungan kepada Joko Widodo.

Dari beberapa analisa diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pemilih umat Islam dan mayoritas rakyat pemilih, JOKOWI – TGB apabila akan nerdampingan, akan tetap kalah dari hitungan survei dan analisa. *SS

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.