Hanura: Cawapresnya Jokowi Bukan Musuh Islam

Ayo Berbagi!

SwaraSenayan.com. Banyak pihak yang penasaran siapa calon wakil Presiden Joko Widodo dalam Pilpres 2019 mendatang. Baliho spanduk sudah banyak ditebar oleh ketua-ketua umum partai yang menanti dipinang Jokowi, namun hingga kini masih menjadi teka-teki politik dan kepenasaran publik.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif DPP Partai Hanura Djafar Badjeber kepada SwaraSenayan (29/6/2018).

“Memang sih ada yang mencoba memasangkan ini dan itu, ada yang mau si ini dan si itu. Bahkan masih ada yang menghendaki Jokowi dengan JK kembali,” katanya.

Meski ada pihak yang mengajukan permohonan ke Mahkamah Konsitusi untuk meninjau aturan presiden dan wakil presiden yang berturut-turut selama 2 periode, Djafar menilai hal ini tetap sebagai indikasi adanya kelompok yang tetap menginginkan duet Jokowi JK. Karena persoalan legal standing pemohon yang tidak mengalami kerugian konstitusi secara langsung, akhirnya ditolak permohonan pemohon, namun begitu, bisa jadi di suatu kesempatan perkara yang sama ini diajukan oleh pihak yang memiliki legal standing untuk menguji aturan pencapresan / cawapres.

Djafar juga menambahkan, terdapat juga yang ingin memasangkan Jokowi dengan mantan TNI, Polri, Ketum Parpol, Akademisi, Profesional dan bahkan agamawan.

“Nampaknya publik harus bersabar terhadap spekulasi siapa soal calon wakil presiden karena masih tanda tanya besar,” ungkapnya.

Menurut Djafar, situasi ini karena Jokowi belum memberikan keterangan pasti atau sinyal kuat yang mengarah kepada orang tertentu, maka wajar sajalah namanya jabatan penting dan prestisius pasti banyak yang mengincarnya.

“Kalau toh ada sinyal itu masih bersifat bahasa bersayap, sementara dari bahasa bersayap itu ada orang merasa gee-eerr, berabe kan?” sindirnya.

Djafar juga mengungkap, ketika ditanya apakah belum diketahui calon wakil presiden Jokowi karena harus menunggu keputusan dari pimpinan parpol.

“Ya bisa saja demikian. Itupun tidak salah, karena pimpinan parpol pasti ada keinginan dan ingin memberi pandangan serta masukan sehingga semuanya berjalan mulus,” ujar Djafar.

Meski demikian, Djafar mengingatkan bahwa keinginan ketum parpol tersebut harus sejalan dengan irama hati Jokowi. Cawapresnya Jokowi itu harus orang yang dapat dipercaya, memiliki basis dukungan kuat, mengakar, memiki kekuatan dana sekalipun bukan mutlak.

“Tapi, satu hal yang penting dicatat, cawapresnya Jokowi bukan ‘musuh’ umat Islam atau orang yang memusuhi Islam.  Itulah akseptabilitas dalam peta politik kekinian,” ungkap Djafar yang dikenal sebagai aktivis Islam sejak di PII.

Karena itu, Djafar menilai dalam kaitan penentuan calon wakil presiden, ia menyarankan untuk memberikan kebebasan kepada Jokowi untuk menentukan pilihannya. Sebaiknya tidak didikte oleh siapapun. Artinya siapapun pilihan Jokowi, ketum partai harus legowo menerima itu dengan sportif!  Jadi harus ada kesepahaman bersama siapapun yang pilih Jokowi maka semua pihak tidak keberatan.

Banyak pihak yang menganalisa bahwa Wapres hasil Pilres 2019 memiliki peluang besar untuk menjadi calon presiden berikutnya. Analisa itu bisa benar bisa salah. Tergantung apakah wapres tersebut termasuk orang yang berambisi.

“Iya, bisa jadi cawapres nya Jokowi memiliki tiket menjadi presiden 2024,” terangnya.

Djafar menyebutkan beberapa nama yang berpotensi untuk menjadi calon wakil presiden Jokowi. Berikut nama-nama yang dianggap layak dan kompeten:

  1. Airlangga Hartarto (Ketum Golkar)
  2. Mahfud MD (Cendikiawan)
  3. Jenderal (Purn) Moeldoko
  4. Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo
  5. Jenderal Polisi Tito Karnavian
  6. Sri Mulyani (Birokrat, Profesional)
  7. Muhaimin Iskandar (Ketum PKB)
  8. Rohmahurmuzy (Ketum PPP)
  9. Terakhir, dua ketua umum partai yang jarang disebut orang karena tidak menunjukan ambisinya, yaitu Surya Paloh (Ketum Partai NasDem) dan Oesman Sapta (Ketum Partai Hanura).

“Kedua ketum partai ini sangat dekat dengan Presiden Jokowi, begitu penglihatan orang dari luar. Bahkan secara khusus presiden sudah beberapa kali ke kediaman pribadi OSO, itu menandakan ada kesesuaian kemistri dan trust diantara mereka,” ujarnya.

Tentunya dari beberapa nama diatas, Djafar melihat masih ada nama lain yang bisa muncul, baik di endors oleh pimpinan partai atau oleh Jokowi sendiri. Maka, menurut Djafar paling bijak bila semua pihak berbesar hati menyerahkan sepenuhnya kepada presiden Jokowi siapa cawapres-nya. *MTQ

Ayo Berbagi!