SwaraSenayan.com. Banyuwangi. Untuk menurunkan angka stunting, Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan Koordinasi Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) selaku badan yang diberikan mandat gencar mengadakan kegiatan Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Hulu dalam Rangka Penguatan Peran Serta Mitra Kerja dan Stakeholder dalam Implementasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Keluarga.
Kali ini bersama H. Anas Thahir selaku Anggota DPR RI Komisi IX di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Jum’at (16/12/2022).
Sebagai Mitra Kerja BKKBN, Anas Thahir mengajak peserta untuk berpatisipasi dalam mempersiapkan dan membangun Sumber Daya Manusia.
“Sebagai bangsa yang besar, mari kita bersiap memasuki 100 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia, mari kita songsong Indonesia Emas 2045 agar menjadi negara yang maju dan gagah bisa sejajar dengan negara hebat yang lain di dunia,” ujar Anas dalam paparannya.
Anas mengingatkan, penduduk Indonesia yang sudah mencapai 270 juta jika tidak dikelola dengan baik, tidak dimanajemeni dengan baik dan produktif, maka akan menjadi beban pada tahun mendatang tidak sanggup menghadapi persoalan kemiskinan, kesehatan, pendidikan.
Sebaliknya, Anas menegaskan, jika kita mampu mengelola penduduk secara produktif, pintar dan sehat maka akan mendatangkan kebermanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan bangsa. Anas mengambil komparasi dengan negara tetangga Singapura, menurutnya, Singapura itu negaranya kecil, penduduknya cuma lima juta. Dulu tidak pintar sekarang pintar. Orang Melayunya cuma 20 persen.
“Mereka tidak punya sawah, tidak punya hutan, tambang emas seperti di Papua, seluruhnya Singapura negara kota. Sementara, Indonesia memiliki semua, apa saja bisa dilakukan oleh Indonesia. Apa yang dilakukan oleh negara lain harusnya kita jauh lebih bisa melakukannya untuk menjadi negara hebat,” urainya.
Lanjut Anas, tapi karena orangnya pintar, negaranya sanggup menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa. Barang sepatu dari Cibaduyut harganya 200 ribu, agar mahal di ekspor ke Singapura diberi stempel, balik ke Indonesia jual lagi 1,5 juta.
“Mereka membuat negaranya dikunjungi oleh banyak orang. Singapura dalam setahun 16 juta orang berkunjung, lebih dari jumlah penduduknya,” ujarnya.
Karena itu, Anas memberi titik tekan pada pembangunan SDM. Pembangunan SDM memberi dampak besar bagi kemajuan sebuah negara. BKKBN selaku badan yang diberi mandat untuk mengelola kependudukan dan keluarga berencana, khususnya terhadap penekanan angka stunting memiliki peran yang sangat strategis bagi kemajuan bangsa ke depan.
Anas juga menguraikan dampak dari pembangunan SDM ini terhadap dunia sektor pertanian. Kita ini negara kaya, punya lahan tapi belum bisa berswasembada pangan. Kita belum bisa saat ini, namun semoga kita segera bisa bangkit dan membangun negara ini dengan gemilang di masa depan.
“Karena itulah untuk membangun manusia yang berkualitas tidak ujug-ujug tapi harus disiapkan sejak dini, bahkan sejak sebelum nikah. Kita harus mempersiapkan generasi yang kuat pada tahun-tahun mendatang,” tegasnya.
Senada dengan Anas, Ronald Stefen Rigo selaku Kepala UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana (Diklat KKB) Jember, menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai cita-cita merayakan hari kemerdekaan yang ke-100 sudah menciptakan generasi-generasi emas.
“Untuk mencapai generasi emas ini yang harus kita lakukan adalah SDMnya berkualitas. Dalam 7 agenda Pak Jokowi, agenda yang ketiga mempersiapkan SDM yang memiliki kualitas baik dan memiliki daya saing,” urainya.
Lanjut Ronald, tahun 2045 diharapkan pembangunan yang merata dan inklusif, negara yang demokratis, kuat dan bersih, ekonomi yang maju dan berkelanjutan. Ekonomi yang maju dan unggul disemangati oleh slogan “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Masyarakat memiliki kecerdasan yang komprehensif dapat produktif dan inovatif, sehat menyehatkan dalam interaksi alamnya, damai dalam interaksi sosialnya dan berkarakter kuat, terakhir berperadaban unggul.
“Sampai saat ini kita sangat gencar menurunkan angka stunting karena salah satu penyebab ketidakunggulan daripada SDM Indonesia adalah stunting. Stunting adalah kejadian gagal tumbuh dan gagal kembang pada anak,” terang Ronald.
Salah satu program yang dilaksanakan BKKBN adalah Bina Keluarga Remaja, merupakan wadah kegiatan yang beranggotakan keluarga yang mempunyai remaja usia 10 – 24 tahun dan belum menikah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja, dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber KB bagi anggota kelompok.
Pemahaman tentang tingkat reproduksi, menurutnya belum sampai mendalam. Pembahasan tema ini jangan dianggap tabu. BKR membahas 1001 cara bicara, ada 10 item keterampilan berbicara kepada remaja diantaranya keterampilan pembelajaran pada orang dewasa, romantika remaja, memahami konsep pola asuh, perilaku beresiko, komunikasi efektif dengan anak remaja, mendampingi remaja dalam merencanakan hidupnya, membangun kemandirian anak, cakap berliterasi digital, kecakapan orang tua dalam pendidikan mengenai kespro dan seksualitas dan cakupan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas.
“Lakukan komunikasi yang baik dengan remaja, menjadikan dia sebagai teman. Jika tidak dia akan mencari orang yang memperhatikan dia. Akhirnya banyak kasus anak terlibat dalam narkoba dan sex bebas,” tuturnya.
Narasumber yang terakhir Henik Setyorini selaku Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Banyuwangi juga berharap kepada peserta sosialisasi yang agar dapat membantu program BKKBN, khususnya terhadap penurunan angka stunting.
“Semua profesi, semua posisi, kita semua punya peran terkait dengan penurunan angka stunting khususnya yang ada di Kabupaten Banyuwangi,” kata Henik.
Menurut survei stunting, di Banyuwangi pada angka 20. Sementara Presiden Jokowi menargetkan 2024 angka stunting supaya dapat diturunkan mencapai angka dibawah 14 persen.
“Dulu kemiskinan di Banyuwangi dapat kita atasi dari 8,07 turun ke 7,51. Sekarang stunting juga pasti bisa bahkan di bawah 14 persen. Hal ini membutuhkan kerjasama kita semua dari hulu sampai hilir. Mohon support, peran sesuai posisi kita untuk mewujudkan Banyuwangi zero stunting,” seru Henik.