SwaraSenayan.com. Tuban, Direktorat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama H. Abidin Fikri, SH., MH. selaku Anggota DPR RI Komisi IX dari Fraksi PDIP mengadakan kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana.
Kali ini kegiatan berlangsung di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur dengan menghadirkan 3 Narasumber.
Tulus Setyo Utomo, S.Sos. selaku Ketua Fraksi PDIP DPRD Kab. Tuban yang mewakili DPR RI menyampaikan bahwa kegiatan kolaborasi antara Abidin Fikri dengan BKKBN ini merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sehingga mereka tahu persis bagaimana melakukan cara pencegah stunting.
“Kami berharap, program sosialisasi ini betul-betul memberikan kebermanfaatan dalam mengedukasi masyarakat. Minimal masyarakat tahu ada keterlibatan dari kader BKKBN. Kemudian dari unsur pemerintah kabupaten, tokoh masyarakat maupun pemuka yang hadir dapat menjabarkan atau menularkan hasil daripada sosialisasi,” ujar Tulus, Minggu (13/11/2022).
Tulus juga menjelaskan bahwa di Tuban angka stunting masih sangat tinggi sekitar 6.200, presentasinya 25,1 persen di atas angka nasional maupun provinsi. Untuk itu pihaknya terus mendorong peningkatan anggaran untuk pencegahan stunting untuk terus disosialisasikan sampai ke tingkat masyarakat bawah secara bersama-sama.
“Untuk penanganan stunting, memang kita dorong untuk peningkatan anggaran, tahun ini bertambah. Bentuknya berupa pemberian makanan bergizi kita sebar kepada masyarakat. Termasuk ibu hamil mendapatkan penanganan yang lebih intens, mengingat kondisinya harus didukung untuk mendapatkan asupan vitamin sehingga dapat menjaga Kesehatan reproduksinya,” imbuhnya.
Kegiatan sosialisasi ini melibatkan kantor perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur. Tujuan kegitan ini untuk menyasar masyarakat kaitannya dengan sosialisasi program Bangga Kencana secara umum dan program percepatan pencegahan stunting.
“Kegiatan ini lebih fokus pada bagaimana masyarakat paham tentang kesehatan reproduksi, KB, pembangunan keluarga dan terutama tentang stunting,” kata Taufik Daryanto, S.Psi. M.Sc. selaku Sub Koordinator Advokasi dan KIE BKKBN Prov. Jatim saat memberi pemaparannya.
Menurutnya, KB Pasca Persalinan (PP) dapat mencegah stunting jadi jangan sampai “kesundulan” yaitu baru melahirkan sudah langsung hamil lagi. Maka diharapkan langsung menggunakan kontrasepsi supaya anak tidak kesundulan yang bisa beresiko stunting.
“Melalui sosialisasi ini kami berharap masyarakat dapat mengerti dan menyebarluaskan informasi ini. Diharapkan kemudian hari tidak ada lagi masalah ‘empat terlalu’ yaitu terlalu banyak, terlalu rapat, terlalu tua, dan terlalu muda,” ujarnya.
Taufik memberi informasi, untuk sosialisasi juga percepatan penurunan stunting menggunakan strategi pendampingan keluarga beresiko stunting atau yang disebut TPK (Tim Pendamping Keluarga) di setiap desa dan kecamatan karena tidak semua semua masyarakat tahu, sehingga hal ini merupakan kesempatan untuk sosialisasi.
Taufik juga mengakui bahwa masalah stunting itu kompleks dan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk menanganinya. Faktornya sangat banyak sehingga agak rumit untuk dijelaskan dengan satu sisi kecuali menggunakan narasi yang lengkap. Diantaranya masalah perekomian, gaya hidup, pengetahuan dan sumber informasi.
“Anak orang kaya yang terkena stunting juga banyak karena pola asuhnya kurang bagus dan tidak mengerti pentingnya asupan gizi terlebih pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dari hamil sampai anak usia 2 tahun,” tegasnya.
Narasumber terakhir dr. Atiek Supartiningsih selaku Kabid Pengendalian Penduduk dan KB Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Tuban menyatakan bahwa program Bangga Kencana ini sangat bagus sekali karena masalah stunting masalah kita bersama. Kondisinya di Kabupaten Tuban masih sangat tinggi dan harus didukung oleh semua elemen masyarakat.
“Selama ini masyarakat masih banyak yang belum tahu apa itu stunting dan bagaimana cara pencegahannya. Jika kegiatan ini berlangsung di semua kecamatan, itu sangat bagus sekali karena langsung interaksi dengan masyarakat,” tegas Atiek.
Atiek juga sudah melakukan intervensi melalui pemberian makanan tambahan, tablet tambah darah setiap minggu sampai setahun khusus remaja putri agar tidak anemia. Tetapi yang memang menjadi kunci adalah pengetahuan masyarakat. Mulai dari remaja dan calon pengantin, harus banyak kita edukasi supaya anak yang lahir nanti tidak stunting.
Diakui, remaja sekarang banyak yang anemia, mereka belum berfikir sampai kesana, sudah seharusnya para remaja sudah berfikir kedepan nanti kalau berkeluarga terus melahirkan, jangan sampai anakmya terkena stunting.
“Jadi memang harus banyak edukasi yang terus menerus seperti acara hari ini,” tukasnya.
Atiek juga mengungkap data bahawa perekonomian masyarakat tidak selalu menjadi faktor yang signifikan terhadap stunting. Ada masyarakat yang mampu tapi anaknya stunting karena pola makannya fast food atau cepat saji yang dapat mempengaruhi gizi. Inilah pentingnya edukasi semua elemen masyarakat, sehingga dari sini mereka juga harus bisa menyampaikan ke teman dan masyarakat disekitar.
“Harapan saya untuk peserta sosialisasi hari ini dapat memahami bahaya dan pencegahan stunting agar bisa melaksanakan sekaligus menyebar luaskan atau memviralkan informasi tentang bagaimana untuk mencegah stunting secara komprehensif dan massif,” ujarnya. **